KABARBUURSA.COM - Wall Street ditutup di zona merah setelah sesi perdagangan yang diwarnai gejolak tajam. Dua dari tiga indeks utama mencatat koreksi, dipicu oleh komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memadamkan optimisme pasar soal pemangkasan suku bunga pada September mendatang.
Indeks Dow Jones Industrial Average tertekan 171,71 poin atau turun nol koma tiga delapan persen menjadi 44.461,28. Sementara itu, S&P 500 melemah 7,96 poin atau nol koma satu dua persen ke 6.362,90. Di sisi lain, Nasdaq Composite justru berhasil mencatat kenaikan 31,38 poin atau nol koma lima belas persen dan mengakhiri sesi di 21.129,67.
Padahal, di awal sesi, S&P sempat naik hingga nol koma empat persen sebelum akhirnya terseret turun akibat pernyataan The Fed.
Pasar saham Amerika Serikat langsung kehilangan daya dorong begitu Powell berbicara. Seperti yang sudah diperkirakan luas, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya. Namun, nada pernyataannya tegas: tingkat pengangguran masih rendah, pasar tenaga kerja masih tangguh, dan inflasi belum cukup turun. Menariknya, dua anggota dewan bank sentral terlihat berselisih pandangan dalam keputusan ini.
Sebelum pernyataan itu keluar, pasar sempat bergairah. Data awal pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang lebih kuat dari estimasi menjadi katalis. Namun rincian dalam laporan tersebut mengindikasikan potensi pelemahan aktivitas ekonomi dalam waktu dekat.
Pernyataan Powell menjadi pembalik arah. Ia menekankan bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan apakah pelonggaran kebijakan bisa dilakukan di pertemuan The Fed bulan September. Ia menyebut kebijakan moneter saat ini sudah cukup ketat—walau belum cukup menahan laju ekonomi secara signifikan.
“Tidak ada banyak perubahan dalam pesan mereka,” ujar JP Powers, Chief Investment Officer di RWA Wealth Partners, Boston. Ia menambahkan bahwa ketidakpastian tentang arah suku bunga masih membayangi karena data ekonomi yang terus fluktuatif.
“Jika saya jadi Powell, saya mungkin lebih memilih terlambat memangkas suku bunga ketimbang menanggung risiko mengacaukan ekonomi jelang masa pensiun,” ucap Powers menyindir peran historis Powell di masa mendatang.
Sebelumnya, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga pada September sempat melonjak hingga enam puluh delapan persen. Namun usai komentar Powell, probabilitas itu menyusut drastis di bawah lima puluh persen, berdasarkan data LSEG.
Sinyal dari pasar tenaga kerja juga berkontribusi. Laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan adanya penambahan 104.000 pekerjaan di sektor swasta selama Juli—jauh melampaui ekspektasi 75.000. Ini menjadi salah satu indikator kunci menjelang rilis laporan ketenagakerjaan resmi pemerintah hari Jumat.
Dari sisi korporasi, saham megacap seperti Microsoft dan Meta Platforms melesat lebih dari enam persen dalam perdagangan setelah jam bursa, usai melaporkan kinerja kuartalan yang melampaui ekspektasi. Investor kini menantikan laporan keuangan dari Amazon dan Apple yang dijadwalkan rilis Kamis.
Laporan kinerja korporasi sempat menopang indeks. Teradyne melesat delapan belas koma sembilan persen dan menjadi salah satu saham terbaik di S&P 500 berkat hasil kuartalan yang mengesankan.
Kinerja apik juga datang dari perusahaan berbasis konsumen. Starbucks mencatat penjualan kuartal ketiga yang mengalahkan perkiraan analis, meski sahamnya turun nol koma dua persen. Saham Hershey naik satu koma empat persen setelah membukukan pendapatan yang solid. VF Corp, induk dari merek sepatu Vans, juga mengalahkan estimasi dan menutup sesi dengan kenaikan dua koma enam persen.
Namun, bayang-bayang proteksionisme kembali membebani sentimen. Presiden Donald Trump mengumumkan tarif lima puluh persen untuk impor pipa dan kabel tembaga. Meski masih lebih ringan dibandingkan yang dikhawatirkan, langkah ini tetap mengkhawatirkan pelaku pasar, terutama karena tidak mencakup bahan mentah seperti bijih dan katoda.
Sektor material menjadi korban. Indeks sektor ini di S&P 500 anjlok dua persen, sementara saham Freeport-McMoRan—produsen tembaga raksasa—terperosok hingga sembilan koma lima persen.
Kondisi pasar saat ini menunjukkan bahwa investor harus kembali berhati-hati. Volatilitas belum pergi, dan narasi suku bunga masih menjadi poros utama pergerakan bursa.(*)