Logo
>

Warner Bros Didera Krisis Keuangan Parah USD11,2 miliar

Ditulis oleh KabarBursa.com
Warner Bros Didera Krisis Keuangan Parah USD11,2 miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Warner Bros. Discovery (WBD) menghadapi krisis finansial dengan laporan laba kuartal kedua yang meleset dari proyeksi. Perseroan tercatat menanggung kerugian sebesar USD9,1 miliar akibat performa buruk unit jaringan televisinya.

    Belum berhenti di situ, Warner juga harus menutup kerugian tambahan sebesar USD2,1 miliar dari merger yang dilakukan. Total kerugian pada kuartal II mencapai USD11,2 miliar.

    David Zaslav, CEO Warner Bros. Discovery, menyebutkan bahwa situasi pasar dan valuasi perusahaan saat ini sangat berbeda dibandingkan dua tahun lalu. Penurunan ini, menurutnya, mencerminkan penyesuaian nilai perusahaan dengan prospek masa depan.

    Pendapatan kuartal II yang tercatat sebesar USD9,7 miliar jauh dari harapan  yang mencapai USD10,12 miliar. Angka ini juga menurun 6 persen dibandingkan dengan USD10,36 miliar yang diraih tahun lalu.

    Arus kas bebas, yang sebelumnya menjadi sorotan positif, kini turun drastis sebesar 43 persen menjadi USD976 juta. Hasil ini juga tidak memenuhi ekspektasi  sebesar USD1,2 miliar.

    Gunnar Wiedenfels, CFO WBD, menjelaskan bahwa beberapa faktor mempengaruhi kinerja kuartal kedua, termasuk perbedaan kapitalisasi pasar dan nilai buku perusahaan, serta kelemahan di pasar iklan AS. Ketidakpastian mengenai hak afiliasi dan olahraga, termasuk NBA, memaksa manajemen untuk menyesuaikan perencanaan bisnisnya.

    Ini adalah laporan pertama setelah Warner kehilangan hak media utama dengan NBA. Saat ini, manajemen sedang mengajukan gugatan terhadap liga atas keputusan tersebut.

    “Meski penurunan ini tidak bisa dianggap remeh, kami percaya bahwa pergeseran nilai ini juga mencerminkan peluang pertumbuhan dan kepercayaan kami pada model bisnis di studio dan bisnis langsung ke konsumen global kami,” ungkap Zaslav.

    Di tengah tekanan, bisnis streaming langsung ke konsumen (DTC) menunjukkan sedikit sinyal positif. Perusahaan berhasil menambah 3,6 juta pelanggan Max seiring dengan peluncuran perdana House of the Dragon Musim 2. Angka ini melampaui ekspektasi  sebesar 1,89 juta dan juga melebihi 1,80 juta pelanggan yang ditambahkan pada Q2 2023.

    Pendapatan iklan streaming melonjak menjadi USD240 juta, mengalahkan estimasi  sebesar USD191 juta, dan naik 98 persen dari USD121 juta yang dilaporkan pada periode tahun lalu.

    Meski demikian, Warner tetap tertekan oleh kegagalan negosiasi hak siar NBA. Liga basket terbesar di AS telah mencapai kesepakatan hak baru dengan Disney (DIS), mengakhiri kontrak Warner pada akhir musim depan.

    Analis memperingatkan bahwa kehilangan hak ini dapat berdampak pada masa depan layanan streaming Max dan kemungkinan mempercepat penurunan jaringan televisi liniernya, yang sudah merosot tajam.

    Pada kuartal II, pendapatan iklan jaringan turun 10 persen dibandingkan tahun lalu, dengan angka mencapai USD2,21 miliar, jauh dari ekspektasi sebesar USD2,26 miliar.

    Tekanan ini mempengaruhi EBITDA kuartal kedua, dengan estimasi EBITDA tahunan berisiko turun di bawah USD10 miliar, USD4 miliar di bawah proyeksi analis saat merger.

    Spekulasi mengenai langkah strategis berikutnya beredar, dengan analis Bank of America mengidentifikasi kemungkinan opsi, termasuk pemisahan bisnis streaming digital dan studio dari unit TV linier lama perusahaan.

    Merger dan akuisisi besar selalu membawa risiko, dan Warner Bros. telah menghadapi beberapa tantangan dan kerugian sebagai akibat dari merger dan akuisisi besar yang mereka lakukan. Berikut adalah beberapa contoh kerugian atau tantangan yang dihadapi Warner Bros. akibat merger:

    Merger AOL dan Time Warner (2000)

    Merger antara AOL dan Time Warner pada tahun 2000 adalah salah satu merger terbesar dan paling kontroversial dalam sejarah. Meskipun diharapkan dapat menggabungkan kekuatan media tradisional dan internet, merger ini menghadapi banyak masalah:

    Setelah merger, gelembung dot-com pecah, dan nilai saham AOL anjlok. Time Warner mengalami kerugian besar akibat penurunan nilai aset dan biaya restrukturisasi yang signifikan. Pada tahun 2002, perusahaan mencatat kerugian sebesar USD99 miliar, sebagian besar terkait dengan penurunan nilai aset AOL.

    Integrasi antara budaya perusahaan yang sangat berbeda dari AOL dan Time Warner terbukti sulit. Konflik internal dan perbedaan strategi bisnis menghambat sinergi yang diharapkan.

    Merger ini tidak memberikan manfaat yang diharapkan dan malah memperburuk kinerja operasional kedua perusahaan. Pada tahun 2009, AOL dan Time Warner akhirnya memisahkan diri, mengakhiri merger yang dianggap sebagai salah satu kegagalan terbesar dalam sejarah bisnis.

    Akuisisi oleh AT&T (2018)

    Akuisisi Time Warner oleh AT&T pada tahun 2018 juga menghadapi tantangan dan risiko:

    Akuisisi ini melibatkan pembayaran sekitar USD85 miliar, yang meningkatkan beban utang AT&T secara signifikan. Hal ini memberikan tekanan finansial pada perusahaan dan mengharuskan mereka untuk mengambil langkah-langkah penghematan biaya.

    Akuisisi ini menghadapi tantangan hukum dan regulasi yang signifikan. Departemen Kehakiman AS mencoba memblokir kesepakatan tersebut, mengklaim bahwa itu akan merugikan persaingan. Meskipun AT&T akhirnya memenangkan gugatan ini, proses hukum yang panjang menambah ketidakpastian dan biaya.

    Integrasi operasional dan budaya antara AT&T dan WarnerMedia tidak selalu berjalan mulus. Ada kekhawatiran bahwa fokus utama AT&T pada bisnis telekomunikasi dapat mengganggu operasi dan inovasi di WarnerMedia.

    Penggabungan dengan Discovery Inc. (2022)

    Penggabungan WarnerMedia dengan Discovery Inc. pada tahun 2022 juga membawa risiko dan tantangan:

    Menggabungkan dua perusahaan besar dengan portofolio konten yang beragam dan budaya yang berbeda adalah tantangan besar. Penggabungan ini memerlukan restrukturisasi organisasi dan strategi yang signifikan.

    Industri media dan hiburan sedang mengalami perubahan besar, terutama dengan meningkatnya persaingan dari layanan streaming seperti Netflix, Disney+, dan Amazon Prime Video. Penggabungan ini harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap dinamika pasar yang berubah.

    Untuk mencapai sinergi dan efisiensi, penggabungan ini kemungkinan akan melibatkan penghematan biaya yang dapat mencakup pemotongan pekerjaan dan penutupan unit bisnis yang kurang menguntungkan. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpuasan dan tantangan internal.

    Meskipun merger dan akuisisi ini membawa tantangan dan risiko, mereka juga menawarkan peluang untuk pertumbuhan dan ekspansi di pasar global. Keberhasilan jangka panjang dari penggabungan ini akan sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengatasi tantangan tersebut dan memanfaatkan sinergi yang diharapkan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi