KABARBURSA.COM – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) melakukan restrukturisasi utang melalui salah satu anak usahanya PT Waskita Karya Reality (WKR).
SVP Corporate Secretary WSKT Ermy Puspa Yunita mengungkapkan bahwa WKR dan PT Kospin Jasa (Kospin) menandatangani Akta Perjanjian Pinjam Uang Nomor 86 pada 12 Mei 2023.
Perjanjian pinjam uang ini telah dilakukan berdasarkan Akta Perjanjian Penyelesaian Pinjaman No 92 pada tanggal 11 Agustus 2023 Juncto Addendum IV Perjanjian Penyelesaian Pinjaman No. 009/D/Cab.Gatsu/JS/VIII/2024 tanggal 12 November 2024 (Perjanjian Pinjaman).
“WKR dan Kospin telah menandatangani Addendum V Perjanjian Penyelesaian Pinjaman dengan Nomor 006/D/Cab.Gatsu/XI/2024 tanggal 12 November 2024 dengan perubahan perpanjangan jangka waktu kredit selama 3 bulan yaitu sampai dengan 12 Febuari 2025,” kata Ermy, dikutip dari keterbukaan informasi, Jumat, 15 November 2024.
Ermy berharap addendum perjanjian pinjaman ini dapat memberi dampak yang baik bagi keuangan WKR.
Sebelumnya, WSKT juga mendapatkan angin segar setelah 21 kreditor perbankan menyetujui restrukturisasi utang sebesar Rp26,3 triliun.
Melalui restrukturisasi ini, Waskita Karya memperoleh keringanan berupa penurunan suku bunga serta perpanjangan tenor pembayaran. Kesepakatan tersebut resmi ditandai dengan penandatanganan Master Restructuring Agreement (MRA) antara Waskita Karya dan 21 perbankan, yang meliputi Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) serta bank swasta, di Menara Danareksa pada Jumat, 6 September 2024.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa restrukturisasi ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja Waskita Karya. Ia juga berterima kasih kepada para bank yang telah mendukung langkah penyehatan perusahaan konstruksi milik negara tersebut.
“Setelah upaya keras selama dua tahun, hari ini kita berhasil melakukan restrukturisasi sebagai bagian dari perbaikan kinerja. Saya ucapkan terima kasih kepada bank-bank yang telah memberikan dukungan,” ujar Erick Thohir dalam konferensi pers usai penandatanganan MRA.
Sementara itu, Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, menjelaskan bahwa utang yang direstrukturisasi seluruhnya berasal dari pinjaman bank.
Ia memaparkan bahwa restrukturisasi ini memberikan penurunan suku bunga dari sekitar 5 persen menjadi 3,5 persen, serta memperpanjang tenor pembayaran hingga 10 tahun.
“Kesepakatan ini mencakup penurunan bunga menjadi 3,5 persen dan perpanjangan jangka waktu hingga 10 tahun,” jelas Hanugroho.
Pendapatan WSKT Turun
Sebelumnya, pada tanggal 30 September 2024 pendapatan WSKT turun cukup signifikan sebesar Rp6,87 triliun. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp7,81 triliun.
Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan dikutip di Jakarta, Selasa 15 Oktober 2024, beban pokok pendapatan tercatat menurun menjadi Rp5,75 triliun dari sebelumnya Rp7,04 triliun, sementara laba bruto naik menjadi Rp1,03 triliun dari Rp773,93 miliar.
Meski demikian, perusahaan mengalami rugi sebelum pajak sebesar Rp3,57 triliun, meningkat dari Rp3,02 triliun pada tahun sebelumnya.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh bertambahnya beban keuangan menjadi Rp3,45 triliun dari Rp3,16 triliun, serta kerugian bersih entitas asosiasi dan ventura sebesar Rp304,09 miliar, naik dari Rp226,79 miliar.
Rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga meningkat menjadi Rp3,00 triliun, dibandingkan dengan Rp2,83 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Total liabilitas hingga 30 September 2024 tercatat sebesar Rp80,58 triliun, turun dari Rp83,99 triliun pada 31 Desember 2023. Sementara itu, total aset perusahaan menurun menjadi Rp88,67 triliun dari Rp95,59 triliun pada akhir Desember 2023.
Catatan Kinerja Keuangan
WSKT mencerminkan tantangan berat yang dihadapi emiten konstruksi ini, meski perusahaan telah mendapatkan restrukturisasi utang sebesar Rp 26,3 triliun. Data menunjukkan, sejumlah indikator keuangan WSKT berada di zona negatif, memperlihatkan kerentanan likuiditas dan profitabilitas.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) WSKT berada pada angka tinggi, yakni 24,33 per kuartal III-2024. Total liabilitas perusahaan mencapai Rp80,58 triliun, sementara ekuitas hanya Rp2,37 triliun.
Hal ini mengindikasikan beban utang yang berat dibandingkan dengan modal yang tersedia. Lebih dari 65 persen total aset perusahaan, senilai Rp 88,67 triliun, berasal dari utang.
Pendapatan WSKT selama 12 bulan terakhir (TTM) tercatat Rp9,92 triliun, dengan laba bersih negatif Rp3,93 triliun. Earnings per Share (EPS) tahunan berada di minus Rp136,72, menunjukkan perusahaan masih mencatatkan kerugian operasional. Margin laba bersih pada kuartal terakhir bahkan negatif 36,48 persen.
WSKT mencatatkan arus kas operasi negatif Rp1,07 triliun dalam 12 bulan terakhir. Free cash flow per saham juga mencatatkan angka negatif Rp37,74, mempertegas tantangan perusahaan dalam menghasilkan dana segar untuk operasional.
Walau kas tersedia tercatat Rp1,37 triliun, jumlah ini tidak cukup untuk menutup kebutuhan pendanaan utang jangka pendek sebesar Rp3,69 triliun.
Sementara untuk efisiensi operasional terlihat dari rasio laba kotor terhadap pendapatan yang hanya 18,83 persen. Namun, operasional perusahaan masih menghasilkan EBITDA sebesar Rp327 miliar dalam 12 bulan terakhir, meski nilai ini jauh dari cukup untuk menutup biaya bunga yang signifikan.
Kinerja saham WSKT mencatat penurunan hingga 71,75 persen dalam tiga tahun terakhir dan 84,49 persen dalam lima tahun terakhir. Saat ini, harga saham berada di titik terendahnya, yakni Rp 202 per saham, tanpa ada kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.(*)