KABARBURSA.COM - Kinerja PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) diprediksi akan menghadapi tekanan pada kuartal II 2025 karena perusahaan dinilai masih melakukan penyesuaian usai merger.
Pengamat pasar modal Muhammad Thoriq mengatakan, kuartal II 2025 akan menjadi titik evaluasi penting bagi kinerja XLSmart. Apalagi, laba bersih perusahaan pada kuartal I 2025 mengalami penurunan.
Diketahui, XLSmart meraup laba bersih sebesar Rp385 miliar pada kuartal I 2025, turun 29 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pun secara kuartalan (quarter on quarter/qoq), laba perusahaan menyusut 23 persen.
"Ini menunjukkan bahwa proses integrasi awal membawa tekanan pada margin dan menambah beban operasional," ujar Thoriq kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.
Thoriq menyebut dampak merger antara PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Telecom Tbk, dan PT Smart Telecom yang kini menjadi XLSmart, belum terlihat pada kuartal I 2025.
Maka dari itu, lanjut dia, laporan kuartal II akan menjadi dasar awal yang penting untuk menilai apakah sinergi bisnis dan efisiensi mulai terealisasi atau justru menimbulkan beban baru.
"Secara pribadi, saya melihat bahwa di kuartal II ini kinerja EXCL masih cenderung menghadapi tekanan," jelasnya.
Thoriq menilai proses penyesuaian merger memang tidak instant. Menurut pandangannya, ini menjadi tantangan utama yang harus dihadapi manajemen untuk jangka pendek.
Kendati begitu, ia melihat XLSmart tetap bisa memperkuat posisinya di tengah industri telekomunikasi yang semakin kompetitif. Thoriq bilang, langkah merger XL Axiata dan Smartfren ini bisa menjadi game changer.
"Dengan jaringan yang lebih luas, tarif yang lebih kompetitif, dan infrastruktur yang lebih merata, XLSmart berpeluang untuk memperkuat posisinya meski tentu tetap harus agresif dalam inovasi dan efisiensi agar tidak tertinggal," pungkasnya.
Laba XL Smart di Bawah Ekspektasi Analis
Sebelumnya diberitakan, catatan laba XLSmart jauh di bawah ekspektasi analis karena hanya memenuhi 17 persen dari estimasi konsensus untuk tahun penuh 2025. Angka tersebut merupakan kinerja XL Axiata sebelum merger dengan Smartfren Telecom yang resmi rampung pada 16 April 2025.
Di sisi operasional, EXCL membukukan jumlah pelanggan mobile sebanyak 58,9 juta, tumbuh 2,3 persen yoy dan 0,2 persen qoq. Namun demikian, average revenue per user (ARPU) terus mengalami tekanan dan turun ke level Rp40.000, melemah 9 persen yoy dan 2 persen qoq.
Dalam paparan publik pada Selasa, 6 Mei 2025, manajemen mengungkapkan bahwa tanpa mempertimbangkan kontribusi pendapatan dari First Media yang baru dikonsolidasikan sejak akhir 2024, pendapatan inti EXCL justru tercatat turun 5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Manajemen menjelaskan bahwa pelemahan daya beli masyarakat dan strategi harga agresif dari kompetitor menjadi penyebab utama turunnya ARPU. Meski demikian, EXCL melihat indikasi bahwa tekanan kompetitif mulai mereda dan diproyeksikan memberi dampak positif pada paruh kedua 2025.
Hal ini juga diamini oleh operator lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT) dalam sesi earnings call masing-masing.
EXCL masih dalam tahap integrasi operasional pasca-merger dan belum memberikan panduan resmi untuk 2025. Namun, perusahaan menargetkan sinergi efisiensi biaya senilai USD100 juta selama tahun ini.
Manajemen mengantisipasi adanya peningkatan beban dan belanja modal pada awal proses integrasi, yang diyakini akan turun dalam jangka panjang seiring tercapainya efisiensi.
Dengan ARPU EXCL telah menyentuh level psikologis Rp40.000, dan ARPU TLKM terus turun hingga Rp42.400 pada kuartal I 2025, pelaku industri memperkirakan bahwa persaingan tarif yang berkepanjangan akan segera mereda.
Hal ini menjadi sinyal penting bahwa industri telekomunikasi mulai memasuki fase konsolidasi yang dapat memperbaiki profitabilitas.
Laporan keuangan EXCL pada kuartal II 2025 akan menjadi basis baru (new base) dalam mengevaluasi performa entitas gabungan hasil merger ke depan.
Target XLSmart Pasca Merger, Bangun Infrastruktur 5G
XLSmart menargetkan pembangunan jaringan layanan 5G kelas dunia sebagai prioritas utama. Perusahaan memastikan integrasi jaringan tidak hanya seamless, tetapi juga menghadirkan pengalaman pelanggan yang lebih unggul dibandingkan para pesaing.
Direktur dan CEO XL Smart, Rajeev Sethi, menegaskan bahwa penggabungan dua entitas bisnis telekomunikasi antara XL Axiata dan Smartfren merupakan langkah strategis untuk mempercepat kesiapan infrastruktur 5G di Indonesia.
“Kami menyebutnya transformasi jaringan karena kami benar-benar percaya bahwa ini adalah peluang luar biasa untuk menciptakan jaringan masa depan yang siap untuk semua kebutuhan digital yang akan datang, termasuk 5G,” ujar Sethi dalam sesi tanya jawab di Plataran, Taman Hutan Kota, Jakarta pada Kamis, 17 April 2025 sore.
Meski 5G masih dalam tahap awal di Indonesia, XL Smart ingin menjadi pionir dalam menyiapkan jaringan kelas dunia.
Dengan menggabungkan dua jaringan dan portofolio spektrum dari entitas sebelumnya, perusahaan optimistis akan menciptakan infrastruktur terbaik di industri.
“Kami sangat yakin bahwa kombinasi dari portofolio spektrum dan situs (base station) akan menghasilkan jaringan terbaik,” ujar dia,
Dalam jangka pendek, prioritas perusahaan adalah memastikan integrasi tidak berdampak negatif pada pelanggan.
“Kami ingin memastikan bahwa saat kami menggabungkan perusahaan ini, pelanggan tidak terkena dampak negatif,” katanya.
XL Smart berkomitmen menjaga kualitas layanan selama masa transisi sekaligus menawarkan pengalaman yang lebih baik dari sebelumnya.
Selain penguatan jaringan, perusahaan juga menjaga daya saing harga serta menawarkan produk yang terdiferensiasi dengan nilai tambah nyata bagi konsumen.
Dengan strategi ini, XL Smart menempatkan diri sebagai pemain utama dalam akselerasi transformasi digital nasional melalui infrastruktur telekomunikasi yang unggul, efisien, dan siap menyambut era 5G.
Selain itu, XL Smart juga berkomitmen untuk mematuhi ketentuan pemerintah terkait pengembalian spektrum 900 MHz. Sesuai dengan regulasi, perusahaan harus mengembalikan spektrum ini paling lambat pada Desember 2026.
XL Smart menegaskan akan mengikuti tenggat waktu yang ditetapkan, namun jika memungkinkan, perusahaan akan berusaha untuk melakukannya lebih cepat.
Dengan berbagai langkah strategis yang diambil, XL Smart bertekad tidak hanya untuk menjaga daya saing, tetapi juga mempercepat akselerasi transformasi digital di Indonesia.
Transformasi jaringan yang direncanakan, bersamaan dengan pemanfaatan teknologi terbaru, menjadi kunci utama perusahaan dalam mempersiapkan diri untuk era 5G yang segera hadir.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.