KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga di tengah ketidakpastian global, tercermin dari turunnya yield Surat Berharga Negara (SBN), arus modal asing yang mulai kembali masuk, serta kinerja APBN yang masih on track hingga akhir kuartal III 2025. Pemerintah menyampaikan pembaruan kondisi fiskal dan makro pada peluncuran APBNKita edisi Oktober 2025.
“Yield SBN 10 tahun kita turun ke 6,09 persen, ini mencerminkan kepercayaan investor yang makin kuat dan biaya pembiayaan negara yang semakin efisien,” ujar Purbaya dalam paparannya di Gedung Kementerian Keuangan pada Selasa, 15 Oktober 2025.
Ia menambahkan sejak awal tahun, rupiah hanya melemah 0,8 persen year-to-date, sementara indeks keuangan domestik menguat 16,6 persen. Yield SBN 10 tahun turun dari 6,97 persen di awal tahun menjadi 6,09 persen. Spread SBN terhadap US Treasury menyempit di bawah 100 basis poin, terendah dalam beberapa tahun terakhir. Arus dana asing mulai kembali, dengan net outflow mengecil menjadi minus 3 triliun rupiah pada kuartal III.
“Penurunan yield ini bukan sekadar teknikal, tapi mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Cost of capital kita menjadi lebih rendah, dan ini penting untuk menjaga daya saing pembiayaan,” kata Purbaya.
Dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 32,3 miliar dolar Amerika hingga Agustus 2025, tumbuh hampir 46 persen dibandingkan tahun lalu. Ekspor naik 9,1 persen yoy terutama dari sektor logam dan pertanian, sementara impor tumbuh 2,8 persen. Aktivitas ekspor-impor masih menghadapi tekanan global, tetapi permintaan domestik tetap terjaga.
“Fundamental kita relatif kuat di tengah gejolak global. Spread SBN kita menyempit dan kepercayaan investor tetap terjaga. Ini menjadi modal penting memasuki kuartal terakhir tahun ini,” lanjutnya.
Kinerja APBN hingga 30 September 2025
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp2.387,3 triliun atau 63,3 persen dari outlook lapsem Rp2.865,5 triliun. Dari total tersebut, penerimaan perpajakan menyumbang Rp2.076,9 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp344,9 triliun, dan sisanya berasal dari hibah.
Penerimaan pajak bruto tumbuh 7,0 persen yoy, dengan total realisasi Rp1.619,2 triliun per September. Pajak Penghasilan Badan mencapai Rp304,63 triliun, tumbuh 6,0 persen, sedangkan PPN dan PPnBM mencatat Rp702,20 triliun, sedikit kontraksi minus 3,2 persen yoy. Penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh 7,1 persen yoy menjadi Rp221,3 triliun, ditopang bea keluar yang melonjak 74,8 persen yoy.
PNBP hingga akhir September mencapai Rp344,9 triliun atau 72,3 persen outlook lapsem, dengan kontraksi 19,8 persen yoy akibat moderasi harga komoditas energi dan batubara.
Realisasi Belanja Negara
Total belanja negara per 30 September mencapai Rp1.589,9 triliun atau 59,7 persen dari outlook lapsem Rp2.663,4 triliun. Belanja pemerintah pusat Rp1.589,9 triliun, sedangkan transfer ke daerah Rp644,9 triliun atau 74,6 persen outlook. Belanja K/L mencapai Rp800,9 triliun atau 62,8 persen outlook , dengan belanja bansos dan pendidikan menjadi penyumbang utama.
Belanja sektor pendidikan mencapai Rp411,7 triliun atau 56,8 persen dari pagu APBN Rp724,3 triliun, kesehatan Rp132,4 triliun atau 60,6 persen dari pagu Rp218,5 triliun, ketahanan pangan Rp81,2 triliun atau 56,1 persen dari pagu Rp144,6 triliun dan infrastruktur Rp170,1 triliun atau 42,3 persen dari pagu Rp402,4 triliun.
Program prioritas pemerintah pusat telah terealisasi Rp480,4 triliun atau 51,6 persen dari pagu Rp930,7 triliun, mencakup bantuan sosial seperti PKH, PBI JKN, KIP Kuliah, program makan bergizi gratis, subsidi pupuk, dan pembiayaan infrastruktur seperti FLPP, irigasi, jalan, dan kampung nelayan.
“Belanja negara tetap menjadi instrumen utama untuk menjaga daya beli dan mendorong pertumbuhan. Fokus kita sekarang adalah percepatan realisasi di kuartal terakhir,” ujar Purbaya.
Transfer ke Daerah dan Pembiayaan
Transfer ke daerah mencapai Rp644,9 triliun, tumbuh 2,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pemerintah daerah masih memiliki dana mengendap di perbankan sebesar Rp233,1 triliun per Agustus 2025. Dari sisi pembiayaan, realisasi per September mencapai Rp458 triliun atau 69,2 persen outlook lapsem, dengan defisit anggaran tercatat Rp662 triliun atau 2,78 persen terhadap PDB.
Purbaya menegaskan bahwa strategi fiskal tetap diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah moderasi harga komoditas global. (*)
Foto : Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di Kantor Kementerian Keuangan pada Selasa, 14 Oktober 2025. Desty Luthfiani/KabarBursa.com