KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian bersama KBRI Jepang memfasilitasi pertemuan antara perusahaan industri halal tanah air dengan jejaring akses pasar Jepang.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli mengatakan pertemuan ini membawa misi penting bagi industri halal tanah air untuk menjalin jejaring seluas-luasnya dengan pasar Jepang dan mengoptimalkan potensi yang ada.
"Indonesia memiliki keunggulan dalam bahan baku alam, sehingga kita dapat menghadirkan produk halal yang berkualitas, aman, dan terjamin untuk memenuhi preferensi global terhadap halal lifestyle,” ujar dia dalam keterangannya, Minggu, 7 Desember 2025.
Sementara itu Atase Perindustrian Tokyo, Sofyari Rahman, menekankan pentingnya diplomasi ekonomi halal di pasar Jepang. Pihaknya melihat peningkatan minat yang signifikan dari pelaku industri Jepang terhadap produk halal Indonesia.
"Melalui pertemuan ini, kami berharap dapat membuka ruang kolaborasi yang lebih luas, tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga dalam penguatan rantai pasok,” ujarnya.
RI Diyakini Bisa Jadi Pusat Industri Halal Dunia
Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk tampil sebagai salah satu pusat industri halal dunia. Apalagi, melihat potensi pasar di global maupun domestik, memberikan dasar yang kuat untuk menjadikan industri halal sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus kekuatan baru di tingkat global.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang mengatakan pasar halal dunia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pada tahun 2023, konsumsi umat Muslim di enam sektor ekonomi syariah telah menembus USD2,43 triliun.
"Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi USD3,36 triliun pada tahun 2028,” ujar dia dalam keterangannya dikutip, Jumat, 26 September 2025.
Agus menuturkan, potensi pasar di dalam negeri cukup menjanjikan. Konsumsi rumah tangga Indonesia tercatat mencapai Rp3.226,1 triliun pada semester II tahun 2025, yang didorong oleh jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, yakni mencapai 245,97 juta jiwa.
“Ini adalah modal utama kita, sehingga Indonesia bukan hanya sekadar pasar, tetapi juga harus menjadi produsen dan pemain utama industri halal global,” ungkapnya.
Sementara itu, Berdasarkan State of The Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024/25, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam ekosistem industri halal dunia, setelah Malaysia dan Arab Saudi, dilanjutkan UEA dan Bahrain di peringkat keempat dan kelima.
Menariknya, meskipun tetap di posisi ketiga, Indonesia mencatat kenaikan skor tertinggi dibanding tahun 2022, yakni naik 19,8 poin. Sebaliknya, Malaysia yang berada di peringkat pertama justru mengalami penurunan skor sebesar 28,1 poin.
Pemeringkatan SGIER sendiri didasarkan pada lima indikator utama, yaitu finansial, regulasi halal, kesadaran masyarakat, sosial, dan inovasi.
Agus menyebut, kinerja industri halal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang menggembirakan. Hingga saat ini, terdapat 140.944 perusahaan industri halal di Indonesia.
Angka ini didominasi oleh sektor makanan halal sebanyak 130.111 industri, diikuti oleh industri minuman halal dengan 10.383 industri, serta farmasi dan obat dengan 1.633 industri.
“Jumlah produk yang telah tersertifikasi halal mencapai 584.522 produk dengan total 162.111 sertifikat halal. Ini menandakan semakin tingginya kesadaran industri dan masyarakat akan pentingnya sertifikasi halal,” imbuhnya.(*)