Logo
>

BSI Terbitkan Sustainability Sukuk, Targetkan Investor Muda

Ditulis oleh Syahrianto
BSI Terbitkan Sustainability Sukuk, Targetkan Investor Muda

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menerbitkan instrumen environment, social, governance (ESG) sukuk pertama di Indonesia berupa Sustainability Sukuk BSI atau Sukuk Mudharabah Keberlanjutan.

    Penerbitan ESG syariah merupakan bentuk komitmen BSI untuk terus terlibat aksi mitigasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan melalui program dan pembiayaan sustainable financing.

    Efek syariah dengan aset (kegiatan usaha) yang menjadi dasar (underlying sukuk) ini adalah pembiayaan dengan kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) dan Kegiatan Usaha Berwawasan Sosial (KUBS).  Instrumen tersebut akan memberikan values berbeda bagi investor, yakni memberikan manfaat besar dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan nasabah BSI.

    Sementara itu, BSI juga mencatat kinerja positif per Maret 2024 dengan membukukan pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp59,19 triliun yang terbagi atas kategori KUBL sebesar Rp12,57 triliun dan KUBS sebesar Rp46,62 triliun.

    Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, BSI telah mendapatkan ijin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No. 18 Tahun 2023 untuk menerbitkan sukuk sebanyak-banyaknya sebesar Rp3 Triliun.

    Sustainability Sukuk dalam mata uang rupiah ini ditawarkan dalam Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dan diharapkan dapat memberikan kisaran imbal hasil 6,40 persen hingga 7,20 persen untuk jangka waktu 1,2 dan 3 tahun.

    "Kehadiran Sukuk Sustainability ini merupakan inovasi yang dapat memperkaya instrumen keuangan syariah di Indonesia," kata Hery dalam keterangannya.

    Terlebih inovasi ini terkategori instrumen yang mengedepankan keberlanjutan ekonomi sekaligus kontribusi BSI pada upaya mitigasi perubahan iklim dan mewujudkan pembangunan ekonomi hijau, serta senantiasa memberikan manfaat kepada umat.

    BSI melihat pasar obligasi hijau global dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat dan membaca peluang untuk turut mengembangkan instrumen baru tersebut untuk membiayai proyek-proyek keberlanjutan melalui penerbitan Sukuk Sustainability. Di dalamnya BSI juga akan mengatur pengelolaan dan penggunaan dana, evaluasi dan seleksi proyek serta pengelolaan hasil dan  mekanisme pelaporannya.

    Hery mengaku bangga BSI sebagai bank syariah terbesar mempelopori penerbitan sukuk sustainability di Indonesia. Adapun sukuk sustainability menggabungkan kegiatan usaha ramah lingkungan dan berwawasan sosial.

    Sehingga, kata Hery, BSI bisa terus mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan sekaligus dapat mendorong pencapaian target kontribusi pembiayaan berkelanjutan yang ditentukan secara nasional. Sukuk ESG diharapkan dapat diserap investor institusi dan ritel termasuk kalangan muda termasuk Gen-Z.

    "Instrumen ini dapat dimiliki mulai dari Rp5 juta per unit sehingga terjangkau oleh kaum muda yang baru belajar investasi," kata Hery.

    Dari data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per September 2023 menunjukkan saat ini investor pasar modal di Indonesia didominasi oleh milenial dan gen Z dengan usia 30 tahun ke bawah dan 31—40 tahun dengan jumlah mencapai lebih dari 80 persen.

    Kinerja Fundamental BSI

    Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI pun mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42 persen pada 2023. Margin pembiayaan bersih BSI yang tinggi sebesar 5,9 persen, sebanding dengan empat bank besar (BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA) disebabkan oleh biaya dana yang ‘superior’.

    Laba BSI hingga kuartal I 2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik. Dana pihak ketiga (DPK) BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43 persen secara tahunan mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa Tabungan Wadiah dengan persentase mencapai 38 persen.

    Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin  tumbuh 10,38 persen year on year (yoy) dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60 persen nasabah. Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75 persen yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.

    Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89 persen yoy, di mana sebanyak 54,62 persen disalurkan pada segmen konsumer.

    Hingga kuartal I 2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25 persen atau tertinggi ketiga di industri perbankan Tanah Air. Adapun return on asset (ROA) 2,51 persen, return on equity (ROE) 18,30 persen, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05 persen.

    Sedangkan non-performing financing (NPF) gross 2,01 persen yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit di bawah 1 persen yaitu 0,88 persen. Sementara itu cash coverage mencapai 196,61 persen hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum treshold yang sebesar 200 persen.

    “Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif. Faktor fundamental yang kuat, rasio keuangan yang sehat, segmen konsumer ritel syariah yang terus diminati masyarakat, kami rasa akan diapresiasi dengan baik oleh investor di pasar modal,” kata Rizky Budinanda, Head of Investor Relation BSI.

    Sebagai gambaran, kinerja fundamental apik yang ditorehkan BSI sejak kelahirannya pada 2021, membuat perseroan masuk 6 bank posisi teratas dengan raihan terbaik di industri perbankan nasional setidaknya hingga 2023. Untuk aset, BSI berada di peringkat 6 yang sebesar Rp354 triliun atau bertumbuh 15,67 persen secara tahunan.

    Dana murah berupa tabungan berada di peringkat 5 terbesar yang senilai Rp125 triliun bertumbuh 7,08 persen yoy. Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) mencapai Rp10,21 triliun tumbuh 8,7 persen yoy.

    Consumer financing sebesar Rp131 triliun bertumbuh 15,66 persen yoy. Net interest margin (NIM) 5,82 persen dan menjadi kedua teratas di industri perbankan. Sedangkan laba bersih mencapai Rp6 triliun atau berada di posisi ke-6 terbesar yang tumbuh 33,88 persen yoy. Selain itu, cost of fund (CoF) ada pada peringkat kedua terkecil di industri perbankan nasional yaitu sebesar 2,64 persen.

    “Hasil kinerja tersebut menegaskan BSI meski umurnya cukup muda mampu menjaga kinerja dan tumbuh berkelanjutan. Salah satunya terlihat dari cost of fund yang membuktikan BSI sangat efisien sehingga laba lebih optimal,” tandas Rizky.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.