KABARBURSA.COM - Sejumlah bank syariah di Indonesia sedang berupaya untuk meningkatkan jumlah simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) guna memastikan likuiditas mereka tetap terjaga menjelang akhir tahun 2024.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya menyatakan bahwa pertumbuhan DPK pada bank syariah jauh lebih pesat dibandingkan dengan bank konvensional, dengan angka pertumbuhan 10,41 persen untuk bank syariah, sementara bank konvensional hanya tumbuh sebesar 8,43 persen.
Direktur PT BCA Syariah Pranata mengatakan bahwa hingga Agustus 2024, DPK yang berhasil mereka kumpulkan menunjukkan peningkatan sebesar 9,2 persen year on year (yoy), mencapai total Rp10,8 triliun.
Ia menjelaskan, pertumbuhan yang positif ini didukung oleh peningkatan jumlah dana tabungan yang melonjak 21,5 persen yoy, sehingga mencapai Rp2,3 triliun, serta deposito yang meningkat 11,25 persen menjadi Rp6,9 triliun yoy.
Selain itu, jumlah rekening tabungan (NOA) juga mengalami peningkatan yang signifikan, yakni sebesar 23,3 persen secara yoy pada Agustus 2024. Sekitar setengah dari pertumbuhan rekening tabungan baru tersebut berasal dari pembukaan rekening secara online.
Pranata menjelaskan, untuk mendukung pertumbuhan DPK, BCA Syariah baru saja meluncurkan layanan mobile banking baru bernama BSya (bi-sya), yang dilengkapi dengan fitur tambahan yang sebelumnya tidak tersedia, seperti transfer ke virtual account BCA, top up e-wallet, dan setoran biaya haji.
Pengembangan layanan mobile banking ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi, yang pada gilirannya diharapkan dapat mendorong akumulasi dana yang lebih murah.
Pranata optimis bahwa dengan strategi yang diterapkan, DPK dapat tumbuh antara 10 persen hingga 12 persen pada akhir tahun ini.
Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) juga melaporkan perkembangan positif dalam hal DPK. Meskipun kondisi likuiditas cukup ketat, per Juni 2024, BSI berhasil mencatatkan DPK sebesar Rp296,70 triliun dengan pertumbuhan yang mencapai 17,50 persen yoy.
Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menjelaskan bahwa salah satu pendorong utama pertumbuhan ini adalah komposisi dana murah (CASA) yang mencapai 62,05 persen.
Ia mengungkapkan bahwa peningkatan ini didukung oleh kinerja tabungan yang berhasil mencapai Rp128,78 triliun, naik 16,09 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Sekitar 39 persen dari dana murah BSI, atau setara dengan Rp49,96 triliun, berasal dari tabungan wadiah, yang tidak memberikan bagi hasil, sehingga mampu menjaga tingkat biaya dana.
Pertumbuhan ini juga beriringan dengan peningkatan jumlah nasabah yang mencapai 20,46 juta per Juni 2024.
Wisnu menambahkan, meskipun likuiditas tetap ketat akibat peningkatan suku bunga acuan, BSI tetap optimis untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan DPK di semester kedua tahun 2024 dengan menerapkan berbagai strategi, termasuk penguatan layanan digital.
BSI juga berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan DPK melalui digitalisasi layanan, seperti BSI Mobile, yang semakin diminati oleh nasabah. Hingga Juni 2024, jumlah pengguna BSI Mobile meningkat 12,72 persen (ytd) menjadi 7,12 juta orang, dengan transaksi mencapai 247,32 juta dan total nilai transaksi mencapai Rp298,82 triliun.
Selain itu, BSI secara aktif memperluas jangkauan Merchant QRIS untuk transaksi pembayaran, dengan jumlah merchant QRIS yang bekerja sama dengan BSI mencapai 358.000, mengalami peningkatan sebesar 30,84 persen.
Upaya lain untuk meningkatkan DPK adalah melalui BSI Agen, yang hingga Juni 2024 mencapai 102.000 agen di seluruh Indonesia dengan volume transaksi sebesar 12,7 juta dan nilai mencapai Rp26,89 triliun.
Wisnu menjelaskan bahwa strategi ini tidak hanya meningkatkan akses layanan keuangan syariah, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap peningkatan DPK dengan memperluas jangkauan nasabah, termasuk di daerah-daerah yang sebelumnya belum terjangkau oleh layanan perbankan.
Secara keseluruhan, BSI menargetkan untuk menambah 2,5 juta nasabah baru hingga akhir tahun 2024, sesuai dengan tren pertumbuhan nasabah yang konsisten selama tiga tahun terakhir.
Dengan dukungan berbagai program dan layanan digital yang dihadirkan, BSI berharap dapat mencapai target tersebut, yang sekaligus mendukung pertumbuhan DPK secara berkelanjutan dan memperkuat posisinya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.
BI Konsisten Dukung Pengembangan Ekonomi Syariah
Bank Indonesia (BI) meraih penghargaan sebagai Best Central Bank of The Year pada Global Islamic Finance Award (GIFA) ke-14 tahun 2024 yang diselenggarakan di Maladewa pada 17 September 2024.
Ini merupakan penghargaan serupa ketigakalinya, setelah 2018 dan 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penghargaan ini merupakan bukti nyata dari komitmen Bank Indonesia untuk mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air.
“Sinergi dengan para pemangku kepentingan dipandang sangat berperan penting dalam pengembangan berbagai inisiatif strategis di sektor keuangan syariah, baik di tingkat domestik maupun global, guna memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia,” kata Perry dalam keterangan resminya yang dikutip, Minggu, 22 September 2024.
Sebagai informasi, GIFA merupakan penghargaan berskala global yang diselenggarakan oleh Edbiz Corporation, sebuah lembaga riset internasional yang memberikan penghargaan kepada individu, perusahaan atau badan pemerintahan atas kontribusinya yang signifikan dalam kemajuan ekonomi dan keuangan syariah.
Penghargaan diberikan kepada pihak yang memenuhi tiga kriteria utama. Pertama, menjadi pelopor dalam mengembangkan gagasan, inovasi, atau kebijakan keuangan syariah.
Dua kriteria lainnya yaitu menerapkan program, kebijakan, atau proyek berskala internasional atau mengikuti standar global. Terakhir, mengembangkan produk dan layanan berkualitas dan memperoleh pengakuan luas.
Lanjut Perry, ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan kordinasi dan sinergi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dengan para pemangku kepentingan, diantaranya Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) serta lembaga terkait, baik di domestik maupun internasional.
“Penghargaan ini turut memperkuat optimisme untuk mencapai cita-cita Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia,” tuturnya.
Ketua GIFA, Professor Humayon Dar, Ph.D mengatakan, Bank Indonesia dinilai memberikan kontribusi signifikan sebagai katalis pengembangan ekonomi dan keuangan syariah internasional.
“Di dalam negeri, Bank Indonesia fokus pada pengembangan ekonomi dan keuangan syariah terutama pada ekosistem halal value chain, keuangan syariah, dan penerapan halal lifestyle,” jelas Humayon.
Pada ranah global, Humayon menilai, BI berperan serta memegang keketuaan fora kerja sama syariah yaitu Gubernur Bank Indonesia ditetapkan sebagai Ketua The Islamic Financial Services Board (IFSB) Executive Committee dan Ketua The International Islamic Liquidity Management (IILM) Governing Board. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.