KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia atau BEI memiliki beberapa strategi untuk menggaet investor syariah di tanah air pada kuartal II 2025.
Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh mengatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa program kerja unggulan untuk meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal syariah di kuartal II.
Salah satu agenda BEI ialah penyelenggaraan IDX Islamic Challenge 2025, yang merupakan pemberian penghargaan bagi investor saham syariah yang aktif bertransaksi saham syariah melalui SOTS. Kedua, ada juga acara Duta Pasar Modal Syariah 2025 yang memiliki nama branding “Investroopers".
"Ketiga, penyelenggaraan IDX Islamic Dare To Invest 2025 yang merupakan program untuk meningkatkan inklusi PMS di daerah melalui kerja sama dengan GI Syariah BEI," ungkap Irwan kepada KabarBursa.com, dikutip Rabu, 30 April 2025.
Keempat, BEI akan menggelar seminar investasi syariah khusus kalangan perempuan “HERSHARE” sekaligus memperingati hari Kartini, yang diselenggarakan di Makassar. Dan yang terakhir ialah Penyelenggaraan seminar dan expo SIW 2025 di bulan Juni.
Irwan menjelaskan, saat ini BEI masih dalam proses pengkajian dalam mengambil inisiatif baru untuk menarik minat investor. Pengkajian ini seperti penerbitan indeks saham syariah baru dan penerbitan fatwa untuk produk2 investasi baru di BEI.
"Selain itu pengembangan platform digital dan mobile apps saat ini juga masih dilakukan BEI untuk memudahkan masyarakat dan investor melakukan pendaftaran dan mengakses program-program edukasi pasar modal syariah yang diselenggarakan BEI," jelasnya.
Adapun dalam melakukan pengembangan bisnis dan produk pasar modal syariah, kata Irwan, BEI akan terus mengembangkan kerja sama dengan institusi keuangan syariah.
"Seperti bank syariah, lembaga filantropi islam dan lembaga syariah lainnya seperti BPKH dan DSN MUI," tandasnya.
Di sisi lain, investor saham syariah di BEI mengalami peningkatan pada kuartal I 2025. Namun, kinerja indeks syariah dilaporkan menurun. Irwan mengatakan, investor saham syariah pada kuartal I 2025 mencatatkan peningkatan sebesar 1,32 persen.
"Dari 169.397 di Desember 2024 menjadi 171.623 pada Maret 2025," ujar Irwan kepada KabarBursa.com pada Senin, 28 April 2025.
Peningkatan turut terjadi terhadap transaksi saham syariah. Irwan menerangkan, rata-rata transaksi pada kuartal I 2025 sebesar RP6,29 triliun, naik 2,3 persen year to date (ytd) dibanding periode serupa tahun lalu senilai Rp6,15 triliun.
Begitu pula dengan likuiditas transaksi saham syariah yang naik menjadi 855 ribu kali transaksi pada kuartal I 2025, naik sebesar 4,8 persen (ytd) dari 816 ribu kali transaksi.
Namun, kinerja indeks utama syariah pada kuartal I 2025 mengalami penurunan. Seperti ISSI turun sebesar -6,6 persen, JII melemah sebesar -15,04 persen, dan JII 70 yang merosot sebesar -15,11 persen.
Menurut Irwan, catatan tersebut seiring dengan penurunan indeks-indeks utama saham BEI yang mengalami tekanan sebagai dampak atas kondisi perekonomian global yang bergejolak.
Di mana IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) turun sebesar -8,04 persen , LQ45 turun sebesar -11,15 persen dan IDX 30 turun sebesar -8,65 persen," terang dia.
"Untuk kuartal II 2025, Irwan menegaskan pihaknya tetap menargetkan penambahan investor syariah. Meski begitu, ia tidak menyebutkan secara detail jumlah investor yang dicanangkan.
Target lainnya yang dipatok pihaknya ialah penambahan jumlah Anggota Bursa BEI yang mendapatkan sertifikasi dan perijinan Sharia Online Trading System (SOTS).
"Lalu terselenggaranya seminar dan expo Sharia Investment Week (SIW) 2025 di bulan Juni," pungkasnya.
Sebelumnya, BEI mencanangkan target 200 ribu investor saham syariah Indonesia pada 2025. Sejumlah langkah sudah direncanakan untuk menggaet investor.
"Kami selalu ada target jumlah investor baru dari OJK. Tapi kami pasang lebih tinggi lagi, berharap di 2025 ini bisa mendekati 200 ribu," ujarnya kepada KabarBursa.com di sela-sela acara "Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa" di VIP Al Malik Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu, 15 Maret 2025.
Irwan menyebut, investor saham syariah di Indonesia hingga akhir 2024 mencapai 196 ribu. Dia bilang, sebanyak 90 persen dari jumlah ini merupakan anak muda di usia 17 sampai 35 tahun.
Akan tetapi dari jumlah yang disebutkan itu, hanya 19 persen investor yang aktif melakukan investasi. Menurut Irwan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sedikitnya aktivitas pada pasar modal syariah, salah satunya adalah belum adanya ilmu mengenai cara jual beli saham.
"Yang kedua mungkin mereka sedang mempelajari dulu, karena investasi itu bukan proses cepat. Atau yang ketiga mungkin mereka belum punya uang untuk beli sahamnya," jelasnya.(*)