KABARBURSA.COM – Tim Eropa yang terdiri dari Delegasi Uni Eropa dan perwakilan dari 12 negara anggota seperti Belgia, Jerman, dan Swedia—baru saja menyelesaikan kunjungan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur guna memperkuat kerja sama bidang pertanian berkelanjutan melalui proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice. Dimulai pada 30 Juni di Kota Surakarta, Tim Eropa bertemu Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (P) Drs Ahmad Luthfi dan Wali Kota Surakarta Respati Ardi untuk membahas kemajuan dan rencana kolaborasi perihal produksi padi rendah emisi.
Keesokan harinya, delegasi berkunjung ke Kabupaten Madiun untuk berdialog dengan petani kecil dan penggilingan lokal, lalu mengakhiri perjalanan di Surabaya pada 1 Juli dengan pertemuan bersama Wagub Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.
Proyek ini dijalankan melalui Preferred by Nature bersama PERPADI dan KRKP. Fokus utamanya memperkuat petani kecil dan 150 penggilingan padi kecil di Jateng–Jatim dengan teknologi pascapanen yang lebih bersih—terutama mengganti mesin diesel dengan listrik. Dampaknya terlihat nyata. Emisi karbon di penggilingan berkurang, biaya operasional turun, dan kesejahteraan petani meningkat.
Inisiatif ini sejalan dengan strategi EU Global Gateway yang menyasar investasi infrastruktur dan penguatan sektor agri‑food sebagai kunci ketahanan pangan dan keberlanjutan. “Proyek ini contoh nyata bahwa aksi iklim dan pembangunan ekonomi dapat seiring. Dari Jawa Tengah, kami melihat inovasi berkelanjutan, antara lain emisi lebih rendah, ekonomi desa menguat, dan kerja sama Eropa–Indonesia makin solid,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia H.E. Denis Chaibi, dikutip dari lama resmi Uni Eropa, Jumat, 4 Juli 2025
Jawa Tengah dan Surakarta Jadi Pusat Agri Hijau
Di Jawa Tengah, kabupaten Klaten, Sragen, dan Boyolali telah menjadi pilot project penerapan praktik efisiensi energi di penggilingan. Upaya ini akan memperkuat rantai nilai lokal dan mendukung target iklim nasional. Luthfi menjelaskan, dengan 37 juta penduduk dan kontribusi sekitar 18 persen terhadap kebutuhan beras nasional, Jateng terbuka bagi investor dalam proyek ketahanan pangan hijau. “Ekonomi Jateng sehat. Kami fasilitasi perizinan dan insentif pajak untuk proyek ekonomi hijau,” ujarnya.
Sementara itu, Surakarta tampil di panggung global sebagai pusat green governance dan pembangunan inklusif. Wali Kota Respati Ardi menyatakan, “Pertanian rendah karbon sesuai visi Surakarta—ramah lingkungan, berbasis pemberdayaan masyarakat, dan inovasi teknologi. Harapan kami lewat pertemuan ini, kami dapat memperluas jaringan kerja sama global dalam transformasi sistem pangan dan adaptasi perubahan iklim.”
Di Kabupaten Madiun, Jatim, Tim Eropa disambut langsung oleh Bupati Madiun, Hari Wuryanto. Mereka menyaksikan secara langsung hasil nyata dari proyek Low-Carbon Rice SWITCH-Asia. Para petani kecil di Desa Klumutan—salah satu lokasi percontohan—berbagi pengalaman mereka dalam beradaptasi dengan sistem baru. Mereka melaporkan adanya peningkatan efisiensi energi, hasil panen yang lebih baik, dan akses pasar yang makin terbuka.
“Dengan bermitra langsung dengan pemerintah daerah seperti Madiun dan bekerja bersama penggilingan padi skala kecil, kami sedang membangun sistem pangan yang lebih hijau dan tangguh, yang menguntungkan manusia sekaligus lingkungan. Sangat membesarkan hati melihat bagaimana inovasi berkelanjutan sudah mampu meningkatkan mutu beras dan kehidupan petani kecil di Desa Klumutan,” ujar Chaibi.
Bupati Madiun, Hari Wuryanto, menilai proyek SWITCH-Asia memberi harapan dan semangat baru bagi petani di wilayahnya untuk mulai mengenal dan menerapkan pertanian rendah emisi. Ia mengapresiasi kerja sama antara Uni Eropa, Preferred by Nature, PERPADI, dan KRKP dalam mendampingi petani serta penggilingan padi agar bisa mengadopsi metode produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
“Dukungan semacam ini tak hanya memperkuat kapasitas lokal, tapi juga membuka jalan menuju pasar global yang kini makin menekankan prinsip keberlanjutan,” katanya.
Di Surabaya, lawatan ditutup dengan pertemuan bersama Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak. Fokus pembicaraan adalah pencapaian dan potensi lanjutan proyek ini dalam mendorong transisi produksi padi ramah lingkungan di Jawa Timur.
“Proyek ini adalah wujud nyata visi bersama kami untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan melibatkan petani, penggilingan, dan otoritas lokal di Jawa Timur, kami membangun rantai nilai yang lebih hijau, memperkuat ketahanan pangan, menciptakan peluang ekonomi—semuanya sambil mengurangi jejak karbon dari salah satu komoditas utama Indonesia. Uni Eropa bangga bisa mendukung transformasi ini,” tutur Chaibi.
Sementara itu, Emil menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara sektor industri dan pertanian di provinsinya. Ia menyebut Jawa Timur sebagai penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian nasional dan produsen beras utama di Indonesia dengan kontribusi lebih dari seperenam PDB nasional dan sekitar 25 persen output manufaktur nasional. Dalam konteks ini, Emil menyambut baik proyek-proyek yang mengusung teknologi panen dan pascapanen rendah karbon.
“Kami mendukung inisiatif seperti proyek ini yang menerapkan teknologi panen dan pascapanen rendah karbon tanpa mengorbankan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani,” katanya.
Program SWITCH-Asia merupakan inisiatif utama Uni Eropa dalam mempromosikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan (SCP) di lebih dari 42 negara di Asia, Timur Tengah, dan Pasifik. Sejak diluncurkan, program ini telah mendanai 158 proyek yang melibatkan lebih dari 500 mitra dari Asia dan Eropa—baik secara langsung maupun tidak langsung—dan memberikan dukungan kepada 80.000 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.(*)