KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa hingga tanggal 2 Agustus 2024, sebanyak 772 emiten dari total 934 perseroan yang listing saham telah menyampaikan laporan keuangannya untuk triwulan II. Hal ini menunjukkan tingkat ketaatan yang tinggi dalam penyampaian informasi keuangan kepada publik, yang penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas di pasar modal.
Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya mematuhi regulasi yang berlaku tetapi juga mendukung upaya untuk mempertahankan integritas dan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.
"Berdasarkan data di OJK sampai dengan 2 Agustus 2024, dari 934 emiten listing saham per 2 Agustus 2024 sudah terdapat 772 emiten yang telah menyampaikan laporan keuangan triwulan II," kata Kepala Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, dalam konferensi pers yang diikuti secara daring, Senin, 5 Agustus 2024.
Inarno menuturkan, hingga triwulan II tahun 2024 OJK mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 4,02 persen atau sebesar Rp8,5 triliun. Dia menyebut, capaian tersebut naik dibandingkan dengan triwulan II tahun sebelumnya.
Kata Inarno, ada tiga sektor yang mengalami lonjakan pertumbuhan yang signifikan. Sektor healthcare mengalami kenaikan sebesar 11,77 persen, menunjukkan pertumbuhan yang kuat dalam industri kesehatan.
Sementara itu, sektor finansial juga mencatat kenaikan sebesar 9,74 persen, mencerminkan performa yang positif dalam sektor keuangan. Serta, sektor properti dan real estate mengalami kenaikan sebesar 6,33 persen, menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan yang stabil dalam pasar properti dan real estat.
Menurut Inarno, dari segi kontribusi total pertumbuhan pendapatan, sektor finansial menonjol dengan kontribusi sebesar 44,2 persen atau senilai Rp39,1 triliun rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan secara keseluruhan.
Selain sektor finansial yang mencatat kontribusi besar dalam pertumbuhan pendapatan, terdapat juga sektor consumer non-cyclical yang memberikan kontribusi sebesar 27,7 persen atau senilai Rp24,52 triliun. Sektor ini mencakup produk-produk konsumsi yang dianggap penting dan dibutuhkan secara rutin oleh konsumen, seperti makanan, minuman, dan barang-barang konsumsi sehari-hari.
Sedangkan, sektor consumer cyclical juga memberikan kontribusi yang signifikan sebesar 11,41 persen atau senilai Rp10,10 triliun. Sektor ini mencakup produk dan layanan yang dianggap sebagai barang kebutuhan yang dapat bertahan dalam semua jenis iklim ekonomi
Sementara jika dilihat dari sisi profitabilitas, kata Inarno, OJK mencatat pertumbuhan profitabilitas sebesar 3,43 persen atau naik sebesar Rp8,91 triliun dibandingkan dengan triwulan II tahun sebelumnya.
Dari 11 sektor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), tutur Inarno, pertumbuhan profitabilitas atau pertumbuhan laba bersih dialami lima sektor dengan agregat peningkatan diantaranya, sektor finansial, basic material, healthcare, consumer cyclical, hingga infrastruktur.
Dari lima sektor tersebut, Inarno juga mencatat industri yang mengalami penurunan profitabilitas atau kerugian, yakni sektor teknologi. Selain itu, tercatat juga yang mengalami nasib penurunan yang serupa, diantaranya sektor energi, industrial, transportasi dan logistik, properti dan real estate, dan consumer non-cyclical.
Sementara itu, OJK juga mencatat penghimpunan dana di pasar modal berada dalam tren yang positif. Hingga Juli 2024, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp129,90 triliun, di mana Rp4,39 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 28 emiten baru.
Sementara itu, masih terdapat 111 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp33,04 triliun. Di sisi penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 30 Juli 2024, telah terdapat 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK.
Adapun per Juli 2024 tercatat sebanyak 579 penerbit dengan 159.957 pemodal. Dengan begitu, OJK mencatat total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,15 triliun.
Sementara itu, OJK mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,72 persen mtd pada 31 Juli 2024 ke level 7.255,76, meski terkoreksi 0,23 persen ytd dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp12.338 triliun atau naik 1,83 persen mtd dan 5,76 persen ytd.
Di sisi lain, non-resident mencatatkan net buy tercatat sebanyak Rp6,68 triliun mtd dengan net sell Rp1,05 triliun ytd. "Secara mtd, penguatan terjadi di hampir seluruh sektor dengan penguatan terbesar di sektor industri dan transportasi dan logistik. Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp11,87 triliun ytd," ungkapnya.
Di sisi lain, OJK mengenakan sanksi administrasif berupa denda atas kasus dua manajer investasi. Selain itu, OJK juga mengenakan sanksi pada satu emiten. Adapun total denda yang dikenakan sebesar Rp475 juta.
Di sisi kebijakan di industri pasar modal, tutur Inarno, OJK juga telah menerbitkan POJK nomor 10 tahun 2024 tentang Penerbitan dan Pelaporan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah.
“Sebagai upaya mengatasi kendala penerbitan obligasi atau sukuk daerah dan menggani menggabungkan serta mencabut keberlakuan 3 POJK existing,” pungkasnya. (*)