Logo
>

Badai Tarif Trump bikin Pabrik Otomotif Siaga Pindah Pabrik

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Badai Tarif Trump bikin Pabrik Otomotif Siaga Pindah Pabrik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Para pemasok komponen otomotif global sedang menghitung seberapa banyak produksi mereka yang bisa dipindahkan ke Amerika Serikat atau lokasi lain sebagai langkah defensif menghadapi kebijakan tarif Donald Trump.

    Selama delapan tahun terakhir, industri otomotif sudah akrab dengan kebijakan proteksionisme AS. Pada periode pertama Trump, kebijakan tersebut hadir dalam bentuk ancaman tarif yang kemudian diperkuat oleh Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) era Presiden Joe Biden.

    Kebijakan ini kebanyakan menyasar China, termasuk usulan pelarangan perangkat lunak dan keras asal China di mobil yang beredar di AS.

    Trump berencana mengambil langkah lebih ekstrem, seperti tarif global 10 persen untuk semua impor dan tarif khusus 60 persen untuk produk China. Pada November 2024 lalu, ia bahkan berjanji akan menerapkan tarif 25 persen untuk barang dari Kanada dan Meksiko.

    Presiden Bosch wilayah Amerika Utara, Paul Thomas, menggambarkan tantangan tersebut dengan sederhana. "Siapa saja bisa menghitungnya. Jika tarifnya 10 persen, 20 persen, atau 60 persen… kita harus mempertimbangkan skenario mana yang masuk akal dan mana yang harus diambil," ujarnya dikutip dari Reuters di Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025.

    Bosch mempertimbangkan memindahkan produksi unit kontrol elektronik dari Malaysia ke lokasi seperti Meksiko atau Brasil, wilayah di mana mereka sudah memiliki fasilitas produksi. Meski begitu, Thomas menegaskan keputusan besar baru akan diambil setelah Trump resmi menjabat pada 20 Januari.

    Sejak periode pertamanya, Trump tak segan menggunakan ancaman tarif untuk memaksa pabrikan meningkatkan produksi di AS. Contoh paling mencolok adalah ketika Toyota mengumumkan rencana produksi Corolla di Meksiko pada 2017. Trump langsung mengunggah cuitan: “NO WAY! Bangun pabrik di AS atau bayar pajak besar di perbatasan.” Akhirnya, Toyota membangun pabrik senilai USD1,6 miliar (setara Rp25,6 triliun) di Alabama bersama Mazda.

    Gelombang proteksionisme ini membuat para pemasok dan produsen memperkuat strategi lokalisasi produksi, terutama setelah pandemi COVID-19 dan kebijakan IRA. Produsen komponen asal Jerman, Continental, misalnya, mulai memprioritaskan komponen lokal di Amerika Utara untuk menghindari risiko tarif. “Di mana pun lokalisasi masuk akal, kami akan melakukannya,” ujar CEO Continental, Nikolai Setzer.

    Sementara itu, Honda yang memiliki kapasitas produksi 200.000 kendaraan per tahun di Meksiko dan mengekspor 80 persen hasil produksinya ke AS, juga mulai memikirkan rencana pindah produksi. Wakil Presiden Eksekutif Honda, Noriya Kaihara, mengatakan mereka sedang mengeksplorasi opsi pemindahan produksi dari Meksiko ke Jepang atau lokasi lain.

    Lalu Panasonic Energy, pemasok baterai EV untuk Tesla, sudah mengurangi ketergantungan pada pasokan China dan memperkuat rantai pasokan di Amerika Utara dengan produsen bahan anoda grafit sintetik Novonix di Australia dan Nouveau Monde Graphite di Kanada. Presiden Panasonic Energy wilayah Amerika Utara, Allan Swan, menegaskan tujuan utama perusahaan adalah menghilangkan bahan asal China dari rantai produksi mereka.

    “Tujuan nomor satu kami jelas, rantai pasokan tanpa komponen dari China,” kata Swan.

    Pabrik Mobil Jerman Tambah Pusing

    [caption id="attachment_106977" align="alignnone" width="960"] Industri mobil merek Volkswagen di Eropa. Foto: The Telegraph.[/caption]

    Ancaman tarif dari Trump terhadap mobil Eropa menambah beban bagi industri otomotif Jerman yang sudah terseok-seok. Raksasa otomotif seperti Volkswagen, Mercedes-Benz Group, dan BMW sebelumnya telah mengeluarkan peringatan penurunan laba akibat lemahnya permintaan di China, pasar mobil terbesar dunia.

    Ekonom senior sektor transportasi dan logistik di ING Bank Belanda, Rico Luman, mengatakan sektor otomotif Jerman sangat rentan terhadap kebijakan tarif Trump. “Ini adalah jantung industri manufaktur,” ujarnya dalam wawancara video dengan Consumer News and Business Channel. Luman menambahkan, ancaman tarif tersebut bisa memperparah kondisi rantai pasok karena industri otomotif Jerman juga bergantung pada sektor baja dan kimia.

    Data Eurostat dan ING Research menunjukkan Jerman menjadi eksportir mobil penumpang terbesar Eropa ke AS, dengan nilai ekspor mencapai 23 miliar euro (sekitar Rp411 triliun) pada tahun lalu, atau 15 persen dari total ekspor Jerman ke Negeri Paman Sam.

    Dalam kampanyenya pada akhir September, Trump mengungkapkan keinginannya untuk mengubah industri otomotif Jerman menjadi milik Amerika. “Saya ingin perusahaan mobil Jerman menjadi perusahaan mobil Amerika. Saya ingin mereka membangun pabrik di sini,” ujarnya di Savannah, Georgia. Seperti dilansir Consumer News and Business Channel.

    Trump bahkan menyebut tarif sebagai “kata paling indah” yang terdengar seperti musik di telinganya. Tak lama kemudian, ia mengumumkan rencana kebijakan tarif baru begitu resmi menjabat. Kebijakan tersebut mencakup tambahan tarif 10 persen untuk seluruh produk impor asal China dan tarif 25 persen untuk barang-barang yang berasal dari Kanada serta Meksiko.

    Meskipun Eropa tidak disebutkan dalam pengumuman tarif pertama Trump, para pembuat kebijakan Uni Eropa tetap cemas karena tidak lama lagi Trump bisa saja memusatkan perhatian pada sektor otomotif yang melibatkan 27 negara tersebut.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).