Logo
>

Bisakah Rebound Bitcoin Bertahan di Oktober? Ini Indikatornya

Bitcoin rebound di atas USD 115.000 setelah aksi jual besar. Indikator teknikal dan onchain mengungkap hal ini.

Ditulis oleh Syahrianto
Bisakah Rebound Bitcoin Bertahan di Oktober? Ini Indikatornya
Ilustrasi: Koin-koin mata uang kripto (Foto: Unsplash)

KABARBURSA.COM – Bitcoin (BTC) berhasil bangkit di atas USD115.000 setelah mengalami aksi jual brutal yang dipicu ketegangan perdagangan AS-China dan likuidasi pasar senilai lebih dari USD20 miliar sepanjang akhir pekan.

Namun di balik kenaikan tersebut, indikator onchain dan teknikal menunjukkan gambaran yang campur aduk. 

Beberapa menandakan momentum bullish mulai melemah, sementara yang lain menunjukkan fondasi kekuatan dari investor jangka panjang tetap solid.

Net taker volume oscillator Bitcoin, indikator sentimen onchain utama, anjlok ke sekitar -4 persen, menandakan tekanan bearish masih mendominasi pasar.

Indikator ini mengukur apakah pembeli agresif (takers) atau penjual yang mengendalikan pasar futures. Saat ini berada pada salah satu level terendah di 2025, menunjukkan momentum jual masih intens.

Secara historis, pembacaan negatif ekstrem seperti ini biasanya mendahului titik dasar pasar jangka pendek, namun sering diikuti langkah turun terakhir saat posisi long leverage dilikuidasi. Dips sebelumnya, khususnya pada April dan Juli, memicu volatilitas tajam sebelum BTC akhirnya pulih.

Jika tekanan jual berlanjut, Bitcoin berpotensi menguji kembali kisaran USD 105.000–110.000 sebelum menemukan permintaan yang lebih kuat. 

Hingga oscillator stabil mendekati wilayah netral, para pembeli tetap berada dalam posisi defensif.

Peringatan Teknikal BTC

Grafik mingguan Bitcoin saat ini menunjukkan bearish divergence, mirip dengan kondisi yang mendahului siklus bearish 2021–2022.

Meski harga BTC terus mencetak higher high, relative strength index (RSI) justru membuat lower high sejak Juni, sebuah sinyal klasik melemahnya momentum bullish.

Untuk saat ini, Bitcoin masih berada di atas 20-week EMA (USD 111.855), level yang historis berfungsi sebagai support tengah siklus. Jika breakdown terjadi di bawah zona ini, BTC bisa terdorong menuju 50-week EMA sekitar USD 100.000. 

Sebaliknya, rebound dari level saat ini berpotensi menyalakan kembali momentum bullish, bahkan mendorong harga menuju USD 150.000 atau lebih menjelang akhir tahun.

Momentum Buyers Naik, Tapi Long-Term Holders Masih Dominan

Data jangka pendek menunjukkan dominasi spekulatif, namun gambaran onchain jangka panjang memberikan perspektif lebih berimbang.

Komposisi pasokan jangka panjang menurut Glassnode menunjukkan bahwa “first buyers,” para investor jangka panjang yang mengakumulasi BTC sejak awal atau pada siklus sebelumnya, masih menguasai mayoritas pasokan, lebih dari 5,1 juta BTC.

Sementara itu, momentum buyers memang meningkat tajam tahun ini, mencapai sekitar 8,8 juta BTC, mencerminkan pola perilaku serupa dengan puncak siklus menengah pada 2017 dan 2021.

Namun berbeda dengan periode tersebut, para conviction buyers belum menyerah. Pangsa mereka, sekitar 1 juta BTC, tetap stabil, menunjukkan bahwa meski aktivitas spekulatif meningkat, basis investor jangka panjang tetap menopang pasar.

Profil hybrid ini menandakan Bitcoin mungkin sedang berada dalam fase pendinginan tengah siklus daripada berada di puncak distribusi penuh. 

Koreksi lebih dalam masih mungkin terjadi jika permintaan momentum mereda, tapi ketiadaan aksi jual besar-besaran jangka panjang menandakan pasar bearish berkepanjangan belum terlihat, setidaknya untuk saat ini. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.