KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Selasa, 14 Oktober 2025, naik 53,15 poin atau 0,65 persen ke level 8.280,35.
Sepanjang sesi awal, indeks bergerak di rentang tertinggi 8.284,36 dan terendah 8.269,04 setelah dibuka pada level 8.269,48. Total volume transaksi tercatat mencapai 6,73 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp682,51 miliar dari 68.690 transaksi.
Investor asing mencatatkan net buy di seluruh pasar sebesar Rp2,29 triliun. Secara rinci, pembelian asing mencapai Rp8,56 triliun, sementara penjualan asing sebesar Rp6,26 triliun. Di pasar reguler tercatat net sell asing Rp586,11 miliar, sementara di pasar tunai dan negosiasi terjadi net buy Rp2,88 triliun. Porsi investor asing dalam perdagangan hari ini mencapai 27,01 persen, sedangkan domestik mendominasi sebesar 72,99 persen.
Saham-saham pendorong penguatan indeks antara lain Nusantara Pelabuhan Handal Tbk. (PORT) yang naik 24,34 persen ke harga Rp1.660, Shield On Service Tbk. (SOSS) naik 20,19 persen ke Rp1.250, Gozco Plantations Tbk. (GZCO) naik 18,52 persen ke Rp320, Archi Indonesia Tbk. (ARCI) naik 10,48 persen ke Rp1.370, dan Agung Menjangan Mas Tbk. (AMMS) naik 9,59 persen ke Rp320.
Sementara itu, saham yang mengalami tekanan terbesar antara lain Cakra Buana Resources Energi Tbk. (CBRE) turun 14,80 persen ke Rp1.065, Diamond Citra Propertindo Tbk. (DADA) turun 14,62 persen ke Rp111, Harapan Duta Pertiwi Tbk. (HOPE) turun 14,46 persen ke Rp142, Telefast Indonesia Tbk. (TFAS) turun 10,73 persen ke Rp366, dan Agro Bahari Nusantara Tbk. (UDNG) turun 9,90 persen ke Rp1.730.
Dari sisi sektoral, sektor bahan baku memimpin penguatan dengan kenaikan 2,16 persen, disusul sektor non-siklikal naik 1,14 persen dan sektor energi menguat 0,90 persen. Sektor infrastruktur naik 0,52 persen, kesehatan 0,64 persen, transportasi 0,36 persen, industri 0,38 persen, properti 0,80 persen, dan siklikal 0,34 persen. Sementara itu, sektor teknologi melemah tipis 0,25 persen dan sektor keuangan turun 0,11 persen.
Penguatan IHSG pada awal pekan ini mencerminkan kembalinya minat beli investor asing di tengah tren rotasi sektoral, terutama pada saham-saham berbasis komoditas dan bahan baku. Sejumlah analis menilai bahwa dorongan asing menjadi katalis penting dalam menjaga momentum penguatan indeks, terutama menjelang rilis sejumlah data ekonomi domestik dan global.
IHSG diperkirakan akan menghadapi tekanan sepanjang pekan ini 13–17 Oktober 2025 akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global setelah pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump resmi menerapkan tarif impor baru terhadap produk asal China.
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memperingatkan bahwa langkah tersebut berpotensi menimbulkan tekanan pada pasar keuangan global, termasuk pasar modal Indonesia.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah menegaskan faktor-faktor eksternal ini bisa memicu aksi profit taking dan risiko keluarnya dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik.
“IHSG diprediksi berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resistance terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, dan menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” kata Hari, pada Senin, 13 Oktober 2025.
Prediksi koreksi IHSG ini datang setelah sepanjang pekan lalu 6–10 Oktober 2025 indeks berhasil mencatatkan kinerja positif dengan menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high) di 8.272 pada Kamis, 9 Oktober 2025. Lonjakan ini terjadi meskipun investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp1,3 triliun. Kuatnya minat beli investor domestik, khususnya pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA menjadi penopang utama pergerakan indeks.
“Meskipun tercatat ada net sell asing sebesar Rp1,3 triliun, tekanan jual tersebut berhasil diimbangi oleh kuatnya minat beli investor domestik, terutama pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA yang menjadi penggerak utama indeks,” tandas Hari.
Sentimen Global dan Domestik Pekan Lalu
Dari sisi eksternal, pasar saham Amerika Serikat mengalami koreksi signifikan sepanjang pekan lalu di tengah berlarutnya shutdown pemerintah yang menunda rilis sejumlah data ekonomi penting. Indeks S&P 500 melemah sekitar 2,7 persen, Nasdaq turun 3,5 persen, dan Dow Jones terkoreksi 1,9 persen, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ancaman tarif baru AS terhadap China. Meskipun sempat mencatatkan rekor di awal pekan akibat dorongan saham teknologi, tekanan jual kembali meningkat menjelang akhir pekan.
“Memasuki pekan depan, fokus investor akan tertuju pada dimulainya musim laporan keuangan (earnings season) yang diawali oleh Citigroup dan JPMorgan, yang diperkirakan dapat menahan laju koreksi indeks. Namun secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melanjutkan pelemahan secara mingguan di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan tensi perdagangan yang meningkat,” ujar Hari.
Sementara dari domestik, pemerintah berencana mengalihkan sisa dana Rp15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19 persen, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) guna memperkuat likuiditas perbankan di daerah. Kebijakan ini diperkirakan menjadi salah satu katalis positif untuk sektor perbankan nasional.
Selain itu, kebijakan baru yang membuka peluang bagi koperasi dan UMKM untuk mengelola tambang hingga 2.500 hektar dinilai dapat memperluas partisipasi ekonomi masyarakat di sektor sumber daya alam. Pemerintah juga menyerahkan enam smelter beserta aset sitaan negara kepada PT Timah (TINS) sebagai langkah konkret dalam pemberantasan tambang ilegal, yang dapat memperkuat fundamental emiten komoditas tersebut.
Proyeksi dan Strategi Investasi Pekan Ini
Memasuki pekan ini, IPOT memproyeksi tekanan global masih akan mendominasi sentimen pasar. Kebijakan tarif baru Trump terhadap China dinilai dapat meningkatkan ketegangan perdagangan dan menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia. Ketegangan geopolitik tersebut juga berpotensi mendorong harga emas ke level lebih tinggi sebagai aset lindung nilai (safe haven). Kombinasi faktor eksternal ini dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) dan meningkatkan risiko arus keluar dana asing dalam jangka pendek.
“IHSG berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resist terdekat 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, serta menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” jelas Hari.
IPOT juga menilai sektor-sektor dengan fundamental kuat seperti perbankan besar, konsumer primer, dan energi masih memiliki daya tahan relatif terhadap tekanan global, meski pergerakannya cenderung terbatas. Sementara itu, sektor komoditas berpotensi mencatat volatilitas tinggi seiring kenaikan harga emas dan tensi perdagangan yang meningkat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.