KABARBURSA.COM – Setelah likuidasi terbesar dalam sejarah pasar kripto terjadi Jumat, 10 Oktober 2025, investor di pasar opsi bersiap menghadapi volatilitas lebih lanjut dan potensi penurunan lanjutan pada bitcoin dan ether, dengan agresif mengambil posisi yang memberikan perlindungan terhadap kemungkinan “freefall” berikutnya.
Para pelaku pasar menyebutkan, sektor kripto pada Jumat lalu mencatat likuidasi lebih dari USD19 miliar dari posisi leverage, ketika aksi jual panik dan likuiditas rendah memicu fluktuasi tajam.
Penurunan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 100 persen atas impor dari China dan mengancam kontrol ekspor pada perangkat lunak penting.
Menurut analis kripto, ini merupakan wipeout terbesar dalam 24 jam sepanjang sejarah pasar, sembilan kali lebih besar dibanding crash Februari 2025, dan 19 kali lebih besar dibandingkan kejatuhan Maret 2020 maupun runtuhnya FTX pada November 2022.
Bitcoin sempat turun ke level terendah USD 104.782,88 pada periode 10-11 Oktober, turun lebih dari 14 persen dari puncaknya USD122.574,46 pada Jumat.
Saat ini, bitcoin terakhir diperdagangkan naik 0,6 persen di USD115.718,13. Mata uang digital terbesar ini sebelumnya mencetak rekor tertinggi di atas USD126.000 pada 6 Oktober.
Sementara itu, ether, mata uang digital terbesar kedua, jatuh 12,2 persen ke level terendah USD3.436,29 pada Jumat, namun terakhir diperdagangkan di USD4.254, naik 2,4 persen di hari yang sama.
Di pasar opsi bitcoin, terjadi pembelian besar put options yang memberi hak menjual bitcoin pada harga strike USD115.000 dan USD95.000 dengan expiry 31 Oktober, menurut Dawson.
Selain itu, terjadi pergeseran tajam dari pembelian call menjadi penjualan call pada strike USD125.000 untuk expiry 17 Oktober, menunjukkan pandangan bearish jangka pendek.
Sebagai catatan, call di pasar opsi biasanya mencerminkan ekspektasi harga akan naik.
Untuk ether, Nick Forster, co-founder Derive.xyz, mengatakan trader fokus pada strike USD4.000 untuk expiry 31 Oktober dan USD3.600 untuk expiry 17 Oktober. Mereka juga membeli banyak put strike USD2.600 untuk expiry 26 Desember, yang menurutnya menandakan sentimen bearish yang meningkat hingga akhir tahun.
Meski terjadi crash, Willy Woo, analis onchain ternama dengan lebih dari satu juta pengikut di X, mencatat arus investor bitcoin tetap stabil. Hal ini mungkin menjadi alasan bitcoin relatif bertahan lebih baik dibanding penurunan tajam di saham.
Sebaliknya, Woo melihat arus ether turun signifikan, sementara Solana terus melemah. Ia menilai modal di altcoin kemungkinan berotasi ke bitcoin, bukan keluar dari ekosistem.
Altcoin, atau alternative coins, adalah cryptocurrency selain bitcoin yang sering dianggap investasi berisiko tinggi dengan potensi keuntungan besar. Beberapa altcoin memberikan return besar, namun banyak juga yang gagal atau kehilangan likuiditas. Bitcoin, sebaliknya, dipandang sebagai aset kripto “blue-chip” yang banyak dimiliki institusi.
“Berita baiknya, crash ini telah membersihkan leverage berlebihan dan mereset risiko pasar untuk sementara,” kata Nic Puckrin, analis kripto sekaligus co-founder The Coin Bureau.
“Namun, bitcoin kini menghadapi tantangan besar untuk menembus level resistance penting yang memungkinkan mencapai all-time high baru yang signifikan tahun ini.” (*)