KABARBURSA.COM - Analis Lotus Andalan Sekuritas, Sharlita Malik, menilai penerapan Climate Risk Stress Test (CRST) oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sebagai langkah yang sangat positif bagi tata kelola Environmental, Social, and Governance (ESG) di sektor perbankan.
Adopsi CRST ini, menurut Sharlita, menunjukkan komitmen BNI yang kuat dalam mendorong keberlanjutan bisnis, terutama dalam mewujudkan net zero emissions, sesuai dengan arahan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Langkah ini mencerminkan niat BNI untuk memimpin dalam mendorong sektor perbankan ke arah yang lebih berkelanjutan," katanya di Jakarta, Kamis 14 November 2024.
Sharlita menjelaskan bahwa CRST sesungguhnya merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk menilai risiko dalam pemberian pinjaman dari sudut pandang manajemen risiko. Uji stres risiko iklim ini bertujuan untuk menilai potensi dampak perubahan iklim terhadap lembaga keuangan. Dengan CRST, bank dapat lebih memahami risiko yang berkaitan dengan perubahan iklim dan lingkungan, serta mengidentifikasi data yang diperlukan untuk menilai risiko tersebut.
Lebih lanjut, CRST juga berfungsi untuk membangun kerangka kerja pengelolaan risiko yang berkelanjutan serta merancang inisiatif yang memasukkan risiko perubahan iklim dalam perencanaan bisnis jangka panjang.
Sejauh ini, CRST telah mencakup 50 persen dari total portofolio kredit BNI yang tersebar di tujuh kategori industri utama, yakni sumber daya alam, kelistrikan, transportasi dan pergudangan, konstruksi, pertanian, manufaktur, serta perumahan. Proses ini menjadi langkah awal yang penting dalam menilai risiko debitur dari aspek lingkungan.
Melalui penerapan CRST, BNI diharapkan dapat meningkatkan kesadaran awal tentang potensi dampak perubahan iklim terhadap kinerja keuangan bank, sekaligus memperkuat pengawasan oleh OJK terkait dampak risiko tersebut terhadap kesehatan keuangan bank di masa depan.
Tak hanya itu, BNI juga mendukung upaya transisi bagi para debitur melalui pemberian Sustainability Linked Loan (SLL) yang mencapai Rp5,5 triliun pada September 2024.
"Saya melihat BNI sebagai salah satu bank domestik yang memiliki komitmen kuat terhadap ESG dan menjadi contoh yang baik dalam tata kelola ESG di perbankan," ujar Sharlita.
Penyaluran Kredit Hijau
PT Bank Negara Indonesia (Perseroan) Tbk (BNI) menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan menetapkan target Net Zero Emission (NZE), yang tercermin dalam pertumbuhan yang signifikan dalam penyaluran kredit hijau.
Pada akhir Maret 2024, nilai penyaluran kredit hijau BNI mencapai Rp67,4 triliun, meningkat dari Rp29,5 triliun pada akhir Desember 2020, dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahun (CAGR) sebesar 23 persen.
Menurut Direktur Risk Management BNI, David Pirzada, penyaluran kredit hijau tersebut kini menyumbang 14,2 persen dari total wholesale loan, meningkat dari 7,8 persen pada Desember 2020.
David menjelaskan bahwa salah satu contoh konkrit dari penyaluran kredit hijau adalah pembiayaan untuk akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan, yang memiliki kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) dengan nilai pembiayaan mencapai Rp1,6 triliun.
Di sisi lain, David menyebut, BNI berhasil mengoptimalkan penyaluran green bond sebesar Rp5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, hingga pengelolaan sumber daya alam.
Melalui penyaluran green bond tersebut, David menilai BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam.
Di samping itu, David menyebut, BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan Sustainability Linked Loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur.
Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri.
“Sebagai bukti pencapaian BNI dalam pengelolaan keuangan berkelanjutan, pada akhir Maret 2024 BNI juga berhasil mempertahankan Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4,” pungkasnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.