KABARBURSA.COM - PT Adhi Karya (Persero) Tbk melakukan terobosan dalam pengelolaan limbah dengan mengolah sampah menjadi briket yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar batubara. Pengolahan ini menggunakan teknik yang dikenal sebagai Refused Derived Fuel (RDF).
Mengutip dari unggahan akun Instagram @adhikaryaid, permasalahan penumpukan sampah di Jakarta telah mendorong pemerintah daerah, termasuk Pemprov DKI Jakarta, untuk mengembangkan fasilitas pengolahan sampah yang lebih efektif.
Sebagai salah satu BUMN terkemuka di Indonesia, Adhi Karya telah mendirikan fasilitas pengolahan sampah terbesar di Indonesia, yaitu RDF Bantargebang. Fasilitas ini memanfaatkan teknologi RDF untuk mengolah sampah dari Jakarta dan sekitarnya menjadi briket RDF.
Dalam unggahan Instagram @adhikaryaid yang dilaporkan pada Senin, 30 Juli 2024, dinyatakan, emiten yang berkode ADHI ini telah berhasil mendirikan RDF Bantargebang, pengolahan sampah terbesar di Indonesia, yang mengubah sampah di Jakarta dan sekitarnya menjadi RDF Briket atau batubara dengan inovasi mutakhir.
RDF adalah produk akhir dari proses pengolahan sampah yang melibatkan pengeringan untuk mengurangi kadar air hingga mencapai sekitar 25 persen, serta meningkatkan nilai kalorinya. Sebelumnya, sampah dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil, sekitar 2-10 cm, untuk mempermudah proses selanjutnya.
Fasilitas ini dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih, termasuk Rotary Dryer, yang berperan penting dalam proses pengolahan. Rotary Dryer mengurangi kadar air pada sampah, sehingga membuat sampah lebih kering dan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi, yang menjadikannya sebagai alternatif bahan bakar yang lebih efisien.
"Rotary Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam sampah, yang memungkinkan sampah mengering dengan baik dan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi," tambah penjelasan dalam unggahan tersebut.
Inovasi ini tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah yang semakin menumpuk di daerah urban, tetapi juga memberikan solusi yang lebih ramah lingkungan dengan menghasilkan briket sebagai alternatif bahan bakar yang lebih bersih.
RI Penghasil Sampah Plastik Terbesar di Dunia
Indonesia pernah menduduki peringkat sebagai negara penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia, setelah China. Namun, menurut pernyataan terbaru dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), posisi Indonesia dalam daftar pemeringkatan tersebut telah mengalami penurunan.
KKP mengungkapkan bahwa melalui berbagai upaya dan inisiatif pengelolaan sampah, negara ini telah berhasil mengurangi kontribusinya terhadap pencemaran plastik di lautan, dan kini berada di peringkat yang lebih rendah dalam daftar negara-negara penghasil sampah plastik laut. Langkah-langkah tersebut mencakup implementasi kebijakan pengurangan sampah plastik, peningkatan kesadaran masyarakat, serta program-program pembersihan laut yang lebih intensif.
"Seingat saya 2018 itu kita ditetapkan nomor dua, saya lupa angkanya, tapi data dari tahun 2021 sampai 2023 dengan data yang sama, menggunakan data akurat yang diterbitkan oleh Lawrence, itu kita di peringkat kelima. Ini artinya ada penurunan dari sisi jumlah produksi sampah," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP Kusdiantoro di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin, 30 Juli 2024.
Kusdiantoro menjelaskan, turunnya peringkat Indonesia tidak terlepas dari upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mendorong kesadaran masyarakat terhadap sampah plastik.
Salah satu contohnya, KKP awalnya menjalankan program pembersihan sampah plastik di laut di 12 lokasi. Namun, dalam perjalanannya, 18 pemerintah daerah justru berinisiatif membersihkan sampah di laut dengan anggaran sendiri.
"Semakin banyak daerah yang terlibat dengan anggaran yang mereka alokasikan sendiri. Waktu 2022-2023 jumlahnya masih sedikit, tapi 2024 besar lompatannya. Ini artinya kesadaran semakin baik. Kita optimis besok-besok kita bisa keluar dari daftar 10 besar negara penghasil sampah terbesar di dunia," ucap Kusdiantoro.
Berbagai upaya lain yang dilakukan KKP adalah dengan menggandeng perusahaan, serta mendorong kegiatan ekonomi sirkular. Menurutnya, hal ini berfungsi untuk menimbulkan kesadaran bahwa sampah bukan hanya masalah, tapi juga peluang usaha.
Saat ini, hasil dari berbagai hal tersebut sudah terlihat. Ada banyak anak muda Indonesia yang kini bergerak untuk mengurangi sampah atau mengelola sampah plastik.
"Rata-rata penggeraknya adalah anak muda yang usianya di bawah 30 tahun. Mereka sebagai penggerak untuk mengurangi sampah atau mengelola sampah plastik," imbuhnya.
Dia menekankan, bahwa generasi muda memainkan peran krusial dalam mengatasi masalah sampah plastik dengan ide-ide inovatif dan semangat tinggi.
Melalui berbagai program dan kampanye, mereka tidak hanya berkontribusi secara aktif dalam pembersihan lingkungan, tetapi juga mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Inisiatif mereka mencakup pendidikan tentang daur ulang, pengembangan teknologi pengolahan sampah, serta promosi gaya hidup berkelanjutan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.