Logo
>

Bursa Eropa Tertekan Kebijakan Tarif AS, Anjlok Signifikan

Bursa Jerman tertekan cukup dalam dengan indeks DAX merosot 1,17 persen ke 22.839,03.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bursa Eropa Tertekan Kebijakan Tarif AS, Anjlok Signifikan
Ilusrasi seorang trader saham tengah memegang mata uang Euro. (Foto: Pexels/Jakub Zerdzicki)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar saham Eropa mengalami tekanan pada perdagangan Rabu, dengan indeks pan-Eropa STOXX 600 ditutup melemah 0,7 persen ke level 548,73. Penurunan ini menandai sesi keempat dari lima hari perdagangan terakhir yang berakhir negatif, dipicu oleh anjloknya saham sektor teknologi dan kesehatan serta kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat yang akan segera berlaku.

    Indeks utama di bursa regional mencatat pergerakan yang beragam. Bursa Jerman tertekan cukup dalam dengan indeks DAX merosot 1,17 persen ke 22.839,03, sementara indeks CAC 40 Prancis melemah 0,96 persen menjadi 8.030,68. Di sisi lain, FTSE 100 Inggris berhasil menguat tipis 0,30 persen ke level 8.689,59, didukung oleh penguatan sektor energi yang mendapat dorongan dari lonjakan harga minyak mentah lebih dari 1 persen.

    Saham sektor kesehatan mencatatkan pelemahan tajam hingga menyentuh level terendah dalam dua bulan, dipimpin oleh aksi jual terhadap saham unggulan Novo Nordisk. Sektor teknologi juga terpukul cukup keras dengan penurunan hampir 2 persen, terutama akibat jatuhnya saham Tietoevry sebesar 6,7 persen setelah Morgan Stanley menurunkan peringkatnya dari "overweight" menjadi "equal weight".

    Di tengah tekanan tersebut, ada secercah optimisme bagi pasar saham Eropa. STOXX 600 masih berada di jalur untuk mencatatkan kuartal terbaiknya dalam dua tahun terakhir, didukung oleh harapan terhadap stimulus fiskal besar-besaran dari Jerman yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Investor global juga mulai melirik pasar Eropa sebagai alternatif investasi di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang dipimpin oleh Donald Trump.

    Ketidakpastian terkait tarif AS masih menjadi perhatian utama pelaku pasar, terutama dampaknya terhadap produsen dan eksportir Eropa. Namun, menurut analis dari Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter, sentimen terhadap pasar Eropa secara umum telah berbalik arah, sehingga kecil kemungkinan terjadi perubahan tren yang signifikan dalam waktu dekat.

    Sementara itu, Presiden Trump baru-baru ini mengisyaratkan pendekatan yang lebih moderat terhadap kebijakan perdagangannya menjelang tenggat waktu 2 April, memberikan sedikit harapan bagi pasar global. Di Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) juga menghadapi tantangan dalam menentukan kebijakan moneternya, dengan salah satu anggota dewan gubernur, Fabio Panetta, menekankan pentingnya pendekatan yang pragmatis berbasis data dalam menentukan arah suku bunga.

    Dari Inggris, Menteri Keuangan Rachel Reeves mengumumkan pemangkasan rencana belanja pemerintah untuk memastikan kepatuhan terhadap target fiskal. Namun, ketidakpastian ekonomi global berpotensi mendorong kenaikan pajak di akhir tahun. Langkah tersebut disambut positif oleh pasar obligasi, dengan imbal hasil obligasi 30 tahun turun 6 basis poin menjadi 5,306 persen, terutama setelah data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Bank of England.

    Di antara pergerakan saham individu, CD Projekt mengalami penurunan tajam sebesar 8 persen setelah mengumumkan bahwa perilisan gim "Witcher 4" baru akan dilakukan setelah tahun 2026. Sebaliknya, saham Ocado Group, perusahaan supermarket dan teknologi daring asal Inggris, melesat 16,2 persen—kenaikan terbesar sejak Juli 2023—setelah J.P. Morgan meningkatkan rekomendasi sahamnya menjadi "overweight" dari sebelumnya "neutral".

    Secara keseluruhan, pasar saham Eropa tengah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketidakpastian kebijakan perdagangan global hingga dinamika kebijakan moneter di kawasan. Namun, dengan adanya stimulus fiskal di Jerman dan minat investor global yang mulai bergeser ke Eropa, prospek pertumbuhan jangka panjang masih tetap menarik bagi para pelaku pasar.

    Wall Street Tertekan Saham Teknologi

    Wall Street mengalami tekanan berat pada perdagangan Rabu, 26 Maret 2025 waktu setempat, dengan tiga indeks utama mencatat pelemahan signifikan di tengah kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif impor otomotif Amerika Serikat. Saham-saham teknologi menjadi penekan utama pasar, terutama setelah saham Nvidia dan Tesla mengalami penurunan tajam.

    Indeks S&P 500 tergelincir 1,12% ke level 5.712,20, sementara Nasdaq Composite mengalami pukulan lebih dalam dengan penurunan 2,04 persen ke posisi 17.899,02. Dow Jones Industrial Average juga melemah, meski lebih moderat, turun 0,31 persen menjadi 42.454,79.

    Tekanan terbesar datang dari sektor teknologi informasi yang anjlok 2,46 persen, diikuti sektor jasa komunikasi yang melemah 2,04 persen. Saham Nvidia, yang sebelumnya menjadi pendorong utama reli pasar akibat optimisme terhadap kecerdasan buatan (AI), kini justru memimpin pelemahan di sektor teknologi setelah mengalami aksi jual besar-besaran. Tesla juga tak luput dari tekanan, menyusul kekhawatiran terhadap prospek penjualan kendaraan listrik serta potensi dampak kebijakan tarif impor otomotif yang masih ditunggu kejelasannya.

    Di tengah ketidakpastian ini, investor semakin waspada terhadap langkah pemerintah AS terkait tarif impor yang dapat berdampak pada industri otomotif dan rantai pasok global. Pelaku pasar kini menanti pernyataan resmi dari otoritas perdagangan untuk memahami arah kebijakan yang dapat memengaruhi sektor manufaktur dan teknologi ke depannya.

    Sementara sektor teknologi tertekan, beberapa saham di sektor defensif dan industri mengalami kinerja lebih stabil. Namun, secara keseluruhan, sentimen pasar masih cenderung negatif, mencerminkan kekhawatiran terhadap potensi dampak kebijakan ekonomi terhadap pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar di Wall Street.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79