KABARBURSA.COM - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan teknologi digital dan arus digitalisasi makin meningkat di berbagai sektor dalam sedekade terakhir. Buktinya, 220 juta warga Indonesia aktif menggunakan internet.
Indeks Kesiapan Jaringan Telekomunikasi Indonesia, ujar Budi, menempati peringkat ke-11 di Asia Pasifik, khususnya dalam pilar teknologi. Hal ini menunjukkan, adopsi teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan bangsa makin meningkat.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mencatat kemajuan signifikan dalam dunia digital. Indonesia memasuki babak baru dalam transformasi digital yang menjanjikan masa depan yang cerah bagi perekonomian nasional,” kata dia dalam Digital Nation Summit di Jakarta Pusat, Kamis, 12 September 2024.
Menurut Budi, digitalisasi memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas di sektor kunci seperti manufaktur dan pertambangan.
“Transformasi digital akan membantu meminimalkan dampak lingkungan dan membawa manfaat besar bagi perekonomian kita di kedua sektor tersebut,” tutur dia.
Oleh karena itu, sambung Budi, pemerintah berkomitmen untuk memastikan akses internet yang lebih cepat dan merata melalui penggelaran kabel serat optik dan koneksi satelit guna mengatasi kesenjangan digital di seluruh wilayah tanah air.
“Indeks Kesiapan Jaringan Telekomunikasi mencerminkan kemajuan dalam penyebaran jaringan seluler 2G dan 4G yang menjangkau berbagai daerah di seluruh Indonesia,” jelas Menkominfo.
Budi menegaskan komitmen Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk mewujudkan transformasi digital dan mencapai Visi Indonesia Digital 2045. Hal itu dilakukan dengan mendorong seluruh masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengembangan infrastruktur digital dan keterampilan digital.
“Dengan peran serta aktif masyarakat, kita dapat memposisikan Indonesia sebagai negara manufaktur dan pertambangan yang kompetitif di tingkat global,” tegasnya.
Menkominfo mengharapkan Digital Nation Summit 2024 akan menjadi momentum eksplorasi potensi transformasi digital dalam sektor manufaktur dan pertambangan. Bahkan, Menteri Budi Arie mengajak semua pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam diskusi yang konstruktif dan berarti.
“Bersama-sama, kita dapat memastikan bahwa industri manufaktur dan pertambangan Indonesia menjadi yang terdepan dalam kemajuan teknologi dan pembangunan berkelanjutan,” tandasnya.
Digital Nation Summit 2024 memfasilitasi diskusi dan keterlibatan pemangku kepentingan regional dalam memajukan teknologi seluler untuk pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Tahun ini, pertemuan secara khusus membahas masa depan transformasi digital di sektor manufaktur dan pertambangan. Teknologi mutakhir diharapkan dapat mengubah industri dan menciptakan peluang baru di era digital.
Dalam acara itu, Menkominfo didampingi oleh Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ismail serta Direktur Stadardisasi Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo Mulyadi.
Tampak hadir Head of APAC GSMA Julian Gorman, Chief Business Officer IOH Muhammad Buldansyah, CEO of Enterprise Business Smartfren Tony Wijaya, Director of Network Telkomsel Indra Mardiatna, Group Head of Enterprise Product Marketing, PT. XL Axiata Tri Wahyuningsih, dan President Director Ericsson Indonesia Krishna Patil.
Potensi Sektor Telekomunikasi
Diberitakan sebelumnya, Menkominfo memproyeksikan, sektor telekomunikasi dan informatika punya potensi untuk berkembang pesat. Adapun jumlah pengguna internet seluler global pada tahun 2023 mencapai 4,7 miliar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,5 miliar pada tahun 2030.
Kontribusi sektor seluler terhadap PDB global pada tahun 2023 adalah sebesar 5,7 triliun dolar Amerika Serikat, dan diperkirakan akan mencapai 6,4 triliun dolar AS pada tahun 2030.
Namun, sektor telekomunikasi dan informatika di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, masih menghadapi sejumlah tantangan.
Pertama, terdapat kesenjangan dalam konektivitas, di mana 3,4 miliar orang di seluruh dunia masih belum memiliki akses internet, meskipun 90 persen dari mereka berada di area yang sudah terjangkau oleh layanan mobile broadband.
Selanjutnya, risiko keamanan siber juga menjadi tantangan besar. Ancaman seperti kebocoran data merupakan salah satu risiko utama yang dihadapi oleh industri telekomunikasi dan informatika.
“Jadi terkait dengan sektor telekomunikasi dan informatika di Indonesia, ada sejumlah isu penting yang harus ditangani bersama. Pertama, soal kesenjangan digital yang penyelesaiannya harus melalui pendekatan ekosistem, pendekatan sektor atau industri, dan juga pendekatan wilayah. Selanjutnya, soal kesenjangan talenta digital,” ujar Budi.
“Pada tahun 2030, diperkirakan Indonesia membutuhkan 12 juta talenta digital. Apabila tidak ada terobosan, maka kita hanya bisa mencapai 9 juta. Isu yang tidak kalah penting adalah keamanan siber, karena ini merupakan masalah bersama,” tambahnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.