Logo
>

Dolar AS Rawan Koreksi, Emas Kian Berkilau, CPO & Batu Bara Masih Punya Peluang

Pasar global diwarnai dolar AS yang rawan koreksi, emas yang terus bersinar, CPO dengan ruang penguatan, serta batu bara yang tetap berdenyut memberi peluang bagi emiten domestik.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dolar AS Rawan Koreksi, Emas Kian Berkilau, CPO & Batu Bara Masih Punya Peluang
Ilustrasi dolar AS, emas, CPO, dan batu bara. Foto: AI untuk KebarBursa.

KABARBURSA.COM - Pasar keuangan global kembali bergerak dalam pusaran dinamika yang rumit. Di satu sisi, dolar AS terhadap rupiah tampak mulai kehilangan tenaga setelah reli panjang, sementara emas justru semakin memantapkan diri sebagai aset pelindung di tengah ketidakpastian. 

Pada saat yang sama, komoditas strategis seperti CPO dan batu bara menunjukkan denyut penguatan, meski bayangan koreksi tetap mengintai.

Riset teknikal MNC Sekuritas memberikan gambaran menarik bagaimana gelombang pergerakan ini berpotensi mengguncang emiten domestik dan menjadi sinyal penting bagi investor di Bursa Efek Indonesia.

Jika menengok ke pasar valuta, rupiah seolah berhadapan dengan dinding yang semakin kokoh. Riset MNC Sekuritas memetakan posisi USDIDR kini berada di ujung gelombang iii, sebuah fase teknikal yang biasanya menandai berakhirnya tenaga penguatan. 

Artinya, ruang dolar untuk terus menekan rupiah kian terbatas. Bahkan, potensi koreksi ke area Rp16.583 hingga Rp16.694 terbuka lebar. Bagi pasar domestik, ini bisa menjadi jeda napas yang lama ditunggu, meski bayang-bayang ketidakpastian global, mulai dari kebijakan tarif impor Trump hingga arah inflasi AS, tetap membuat langkah rupiah tak sepenuhnya ringan.

Berbeda dengan rupiah, emas justru sedang menikmati sorotan. Dalam peta gelombang, logam mulia ini kini berada di jalur wave v dari wave (iii), yang berarti peluang reli masih membara. 

Target harga USD3.799 hingga USD3.845 per troy ounce seakan menjadi magnet yang ditarik oleh kombinasi sentimen global, seperti kekhawatiran stagflasi, meningkatnya tensi geopolitik, hingga keresahan investor atas arah kebijakan moneter The Fed. 

Bagi emiten emas di dalam negeri, seperti Aneka Tambang dan Merdeka Copper Gold, tren ini jelas memberi sentimen positif, baik dari sisi valuasi aset maupun potensi kinerja penjualan.

CPO Punya Ruang Menguat, Batu Bara Masih Berdenyut

Sementara itu, komoditas agrikultur andalan Indonesia, CPO, sedang menapaki fase wave b dari gelombang iv. Dalam bahasa sederhana, harga masih punya ruang untuk menguat dalam jangka pendek, bahkan berpotensi menembus level RM4.482 hingga RM4.540. 

Namun, bila harga jatuh di bawah RM4.269, sinyal koreksi bisa menjadi nyata. Kondisi ini menuntut kewaspadaan, terutama bagi investor yang memantau emiten perkebunan seperti Astra Agro Lestari, Sinar Mas Agro, atau London Sumatra. 

Margin laba bisa terdongkrak ketika harga naik, tapi potensi koreksi tetap bisa menggerus prospek keuntungan.

Lalu ada batu bara, komoditas yang meski terus dibayang-bayangi isu transisi energi, nyatanya masih menjadi denyut nadi penting bagi energi global. 

Proyeksi teknikal menunjukkan harga batu bara kini berada di awal wave [iii] dari wave C, yang memberi sinyal penguatan ke kisaran USD111 hingga USD114 per metrik ton. 

Bagi emiten besar seperti Adaro Energy, Bukit Asam, hingga Indo Tambangraya Megah, tren ini bisa menjadi kabar baik. Sentimen positif dari harga yang stabil atau bahkan menguat, dapat menambah daya tarik di mata investor yang sudah lama menanti kepastian di sektor energi.

Jika dirangkai bersama, keempat peta ini menunjukkan benang merah yang sama, yaitu pasar global tengah mencari keseimbangan di tengah turbulensi. Dolar AS yang mulai melemah, emas yang kembali bersinar, CPO yang bergulat antara peluang dan risiko, serta batu bara yang tetap bertahan memberi pelajaran bahwa setiap instrumen punya ceritanya masing-masing. 

Bagi investor domestik, memahami narasi besar ini sama pentingnya dengan membaca angka-angka teknikal. Karena pada akhirnya, dinamika global akan selalu menemukan jalan untuk mengetuk pintu emiten di Bursa Efek Indonesia, dan membawa peluang sekaligus tantangan yang harus dicermati dengan seksama.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79