Logo
>

Dua Sentimen ini Tekan Rupiah, Melemah 0,15 Persen

Ditulis oleh Yunila Wati
Dua Sentimen ini Tekan Rupiah, Melemah 0,15 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan Senin, 21 Oktober 2024 sore WIB, rupiah ditutup tertekan, melemah 0,15 persen atau setara dengan 22 poin menjadi Rp15.503 per dolar AS, dari penutupan sebelumnya, Jumat, 18 Oktober 2024, di level Rp15.481. Ada dua sentimen penting yang menekan rupiah hingga mengalami penurunan.

    Yang pertama adalah faktor eksternal, yaitu peluang besar kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat, 5 November 2024, semakin nyata. Sentimen ini juga menguatkan indeks dolar AS pada pembukaan sore ini. Begitu disampaikan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, hari ini.

    "Proyeksi ini muncul karena Trump telah memperoleh dukungan dalam beberapa minggu terakhir dan sekarang memiliki keunggulan tipis atas Wakil Presiden Kamala Harris dalam beberapa jajak pendapat," tulis Ibrahim dalam risetnya.

    Sentimen yang kedua adalah konflik Timur Tengah yang terus menjadi fokus utama dunia, di mana konflik meningkat selama akhir pekan lantaran Israel terus melancarkan serangannya terhadap Hamas dan Hizbullah, baik di Gaza maupun Lebanon. Bahkan, Israel sangat bersemangat untuk menyerang lokasi-lokasi di Beirut dengan keuangan Hizbullah.

    Selanjutnya, sentimen bank sentral China (PBOC0 yang memangkas suku bunga acuan pinjaman sedikit lebih dari yang diharapkan. China memang sengaja membuat serangkaian langkah stimulus dari Beijing yang sebagian besar memang diharapkan oleh pelaku pasar.

    Sementara, dari dalam negeri, susunan kabinet Prabowo-Gibran yang diumumkan tadi pagi, di mana nama-nama lama masih dipakai, seperti Sri Mulyani dan Erick Thohir, membuat pasar beranggapan bahwa susunan Kabinet Merah Putih tidak ada bedanya dengan Kabinet Indonesia Maju. Ada perwakilan partai, profesional, dan para pendukung atau tim sukses pemenangan Prabowo-Gibran yang tentunya ada dalam susunan kabinet tersebut.

    Pasar menilai, jumlah kabinet yang diumumkan Prabowo Subianto terlampau besar, obesitas, terlalu gemuk. Tampak sekali aksi balas budi terhadap orang-orang dan partai yang selama ini sudah habis-habisan membela Prabowo dan Gibran saat pemilihan presiden yang lalu.

    "Aksi balas budi ini membuat pelaku pasar memberikan respon negatifnya," ujar Ibrahim.

    Menurut dia, jumlah menteri dalam Kabinet Merah Putih ini bisa jadi yang terbanyak di Asia Pasifik, bahkan bisa jadi di dunia, dengan jumlah menteri dan wakil menteri yang mencapai 105 personel. Jika membandingkannya dengan negara-negara tetangga di Asia Pasifik, mereka rata-rata hanya memiliki 22 menteri.

    Sepekan Positif

    Sepanjang 14-18 Oktober 2024, nilai tukar rupiah menunjukkan pergerakan positif terhadap dolar AS. Rupiah spot ditutup pada level Rp15.481 per dolar AS, menguat 0,17 persen pada akhir pekan dibanding perdagangan sebelumnya.

    Jika dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,54 persen.

    Sementara itu, kurs referensi Jisdor dari Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan penguatan 0,73 persen dalam sepekan, dengan penutupan pada Rp15.466 per dolar AS.

    Penguatan rupiah pekan ini terjadi seiring dengan terkoreksinya indeks dolar AS (DXY), yang turun 0,11 persen menjadi 102,58. Sebelumnya, indeks dolar mencapai posisi tertinggi dalam lebih dari satu bulan setelah sembilan hari berturut-turut mengalami kenaikan.

    Kenaikan DXY ini didorong oleh data ekonomi AS yang menunjukkan peningkatan jumlah pekerja lebih besar dari perkiraan dan penurunan tingkat pengangguran.

    Sentimen positif terhadap rupiah juga diperkuat oleh ekspektasi pasar terhadap pemerintahan baru yang akan dilantik, yakni Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, pada 20 Oktober 2024.

    Respon pasar menunjukkan optimisme terhadap arah kebijakan ekonomi yang diharapkan akan mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

    Faktor penguatan rupiah dalam sepekan terakhir memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik, yang sempat tertekan oleh tren penguatan dolar AS.

    Optimisme terhadap kebijakan pemerintahan baru dan pelemahan indeks dolar memberikan dorongan bagi nilai tukar rupiah, yang diharapkan terus stabil dalam beberapa waktu mendatang.

    Dilansir dari Bloomberg, Selama satu dekade terakhir, kinerja rupiah cenderung tidak memenuhi target pemerintah, dengan hanya empat tahun (2016, 2019, 2020, dan 2021) yang berhasil mencapainya.

    Menurut Abdul Manap Pulungan, seorang ekonom dari INDEF, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan kinerja rupiah kurang optimal.

    Ia mengungkapkan bahwa salah satu masalah utama adalah pasar keuangan valuta asing (valas) di Indonesia yang relatif dangkal. Kondisi ini membuat investor kesulitan berpindah dari satu instrumen investasi ke instrumen lainnya ketika terjadi guncangan.

    Di Indonesia, pilihan instrumen seperti term deposit valas atau surat berharga negara (SBN) global terbatas dan jarang diterbitkan. Hal ini, menurut Abdul, menjadi alasan mengapa pasar keuangan Indonesia kurang menarik bagi investor.

    Selain itu, ia menjelaskan bahwa para investor lebih memilih menanamkan modal di Singapura yang memiliki pasar lebih likuid, dengan transaksi harian mencapai 1 triliun.

    Sebagai perbandingan, transaksi harian di Indonesia hanya sekitar 5 miliar. Kondisi ini membuat penanaman modal di Singapura lebih menarik karena memberikan keuntungan yang cepat jika investasi dilakukan dengan cermat.

    Faktor lain yang disorot adalah rendahnya cadangan devisa Indonesia. Abdul menilai bahwa sebagian besar devisa justru disimpan di luar negeri, terutama di Singapura. Hal ini menyebabkan Bank Indonesia harus sangat berhati-hati dalam melakukan intervensi pasar, agar cadangan dolar tidak terkuras habis.

    Menurutnya, Bank Indonesia perlu menjaga kecukupan devisa untuk membayar utang pemerintah dan kebutuhan impor industri.

    Ia juga menyoroti cara perhitungan cadangan devisa yang hanya memasukkan utang pemerintah dan impor, tetapi tidak memperhitungkan utang swasta. Padahal, nilai utang swasta di Indonesia lebih besar dibandingkan utang pemerintah. Kondisi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina harus mencari dolar di pasar untuk memenuhi kebutuhan impor, terutama untuk bahan bakar minyak, yang pada akhirnya turut memperburuk depresiasi rupiah.

    Ditambah, dalam satu tahun terakhir, rupiah tak hanya melemah terhadap dolar AS, tetapi juga melemah terhadap 68,4 persen mata uang dunia. Bahkan melemah terhadap mata uang utama di kawasan seperti dolar Singapura (4,97 persen), thai Bath (6,12 persen), peso Filipina (1,91 persen), dan ringgit Malaysia (8,56 persen).

    Dua faktor utama berupa harga komoditas yang mulai meningkat serta peran SRBI dan SBN yang menjadi magnet bagi devisa Indonesia merupakan faktor yang tidak sustainable dalam menjaga rupiah.

    Risikonya adalah ada potensi rupiah tertekan dalam beberapa waktu mendatang

    Sebelumnya, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan bahwa nilai tukar Rupiah mencatatkan penguatan yang signifikan pada akhir September 2024, didukung oleh kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dan meningkatnya aliran modal asing.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa Rupiah menguat sebesar 2,08 persen secara bulanan (month-to-month) menjadi Rp15.140 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

    “Penguatan Rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea, Peso Filipina, dan Rupee India yang masing-masing menguat sebesar 2,02 persen, 0,17 persen, dan 0,10 persen,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2024.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79