Logo
>

Ekonom Minta BI Respons Kenaikan Inflasi Global Imbas Kebijakan Trump 2.0

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
Ekonom Minta BI Respons Kenaikan Inflasi Global Imbas Kebijakan Trump 2.0

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia atau BI telah mencatat terjadinya inflasi pada Januari 2025 sebesar 1,57 persen. Angka tersebut memang berada di bawah target inflasi yang ditetapkan BI, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen.

    Ekonom Paul Sutaryono menyambut baik laporan BI tersebut. Menurut dia, laporan itu mencerminkan kinerja baik BI di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hanya saja, BI tetap perlu melihat tantangan yang ada di depan mata. Tantangan tersebut, menurut Paul, memiliki potensi besar untuk terjadinya inflasi global yang lebih tinggi.

    "Kenaikan inflasi global berpotensi terjadi, karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump, telah menabuh genderang perang dagang di periode kedua kepemimpinannya ini. Trump akan menaikkan tarif impor barang dari Meksiko, Kanada, dan China. Bahkan ada ancaman ke semua negara,” kata Paul.

    Ketiga negara tersebut sebenarnya merupakan mitra dagang utama AS, namun sejauh ini hubungan perdagangan internasionak dengan ketiganya selalu mengalami defisit.

    Karenanya, kenaikan tarif impor yang diusung Trump diyakini akan mendorong inflasi AS naik, yang sebelumnya ditargetkan stabil di level 2 persen tetapi belum tercapai.

    Dampak dari kebijakan tersebut juga berpotensi menyebabkan rupiah melemah terhadap dolar AS akibat ketidakpastian global yang semakin meningkat.

    Paul menekankan, dalam kondisi seperti ini BI perlu merespons strategi moneter yang tepat guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, suku bunga acuan BI harus berada dalam posisi optimal untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas keuangan.

    “Suku bunga acuan BI yang terlalu rendah akan mendorong dana panas keluar dari pasar keuangan nasional (capital flight),” tegasnya.

    Menurutnya, imbal hasil investasi di Indonesia bisa menjadi kurang menarik bagi investor global apabila kebijakan suku bunga tidak dikelola dengan baik di tengah situasi ketidakpastian ekonomi global yang semakin besar.

    Namun, Paul juga menyoroti bahwa selain kebijakan moneter, stabilitas fiskal dan politik harus dijaga oleh pemerintah. Ia menekankan bahwa kepastian hukum dan pemberantasan korupsi menjadi faktor kunci dalam menjaga kepercayaan investor asing terhadap iklim investasi di Indonesia.

    “Kedua hal itu akan menjadi pedoman bagi investor global dalam melakukan investasi di suatu negara,” pungkasnya.

    Tarif 25 Persen Trump Picu Kekhawatiran

    Sebelumnya diberitakan Kabarbursa.com kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menetapkan tarif 25 persen untuk bea masuk barang dari sejumlah negara, memicu kekhawatiran akan potensi terjadinya perang dagang jilid dua.

    Keputusan ini menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia, yang baru saja bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS pada Januari 2025. Lalu, bagaimana dampak kebijakan ini terhadap ekonomi global dan posisi Indonesia?

    Pengamat Ekonomi Internasional dari Universitas Pelita Harapan (UPH) S Budisuharto mengatakan, meskipun kebijakan ini mengundang kekhawatiran, dampaknya terhadap Indonesia belum terlalu signifikan, utamanya dalam jangka pendek.

    “Dalam era globalisasi, apa yang terjadi di dua negara besar seperti Amerika Serikat dan China, pasti berdampak ke ekonomi kita. Tapi untuk saat ini, efeknya ke Indonesia masih terbatas,” kata Budisuharto dalam keterangannya di acara Bursa Pagi-Pagi Kabarbursa.com segmen Dialog Analis, Selasa, 4 Februari 2025.

    Budisuharto mengatakan, persepsi pasar memainkan peran penting dalam merespons kebijakan ini. Saat Trump mengumumkan tarif 25 persen, persepsi pasar langsung bergerak. Kekhawatiran tersebut dapat membuat investor lebih berhati-hati untuk mengamankan portofolio mereka, atau menunda investasi baru.

    Namun, di sisi lain, ada juga pihak-pihak yang melihat ini sebagai peluang.

    Budisuharto mencatat, dalam beberapa hari terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami fluktuasi. Selama seminggu terakhir, kurs dolar sempat naik turun dan hingga saat ini berada di level Rp16.400.

    “Ini memang menunjukkan adanya ketidakpastian di pasar, tapi belum ada gejolak yang signifikan,” ujar dia.

    Dirinya juga menyoroti bahwa jika investor asing, terutama dari Amerika, mulai menarik investasi mereka dari Indonesia, maka pasar saham dan nilai tukar rupiah bisa tertekan. Hal ini bisa terjadi apabila dana asing keluar dan investor menjual sahamnya. Di sini, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG bisa anjlok.

    “Setelah itu, mereka akan menukar rupiah ke dolar, yang bisa melemahkan nilai tukar rupiah,” tambahnya.

    Namun, dia menekankan bahwa hingga saat ini belum terlihat adanya penurunan drastis di pasar saham Indonesia.

    “Kita memang perlu waspada, tapi tidak perlu panik. Kita harus melihat apakah dana asing benar-benar keluar atau tidak,” ujarnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.