Logo
>

Gen Z Dibayangi Krisis Pekerjaan dan Risiko Melebarnya Pengangguran

Sebagian besar dari mereka lebih tertarik pada pekerjaan informal atau freelance

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Gen Z Dibayangi Krisis Pekerjaan dan Risiko Melebarnya Pengangguran
Kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta Selatan. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Anggota Komisi IX DPR RI, Gamal Albinsaid, menyoroti tantangan besar yang dihadapi generasi muda, khususnya Gen Z, ketika memasuki dunia kerja di tengah momentum bonus demografi Indonesia. 

    Pandangan tersebut ia sampaikan dalam Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IX DPR RI di Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP) Makassar, Sulawesi Selatan.

    Gamal menilai, bonus demografi kerap dianggap berkah. Namun, jika lapangan kerja yang tersedia tak mampu menampung ledakan tenaga kerja, situasinya bisa berbalik menjadi masalah serius. “Kalau suplai tenaga kerja lebih besar dari demand, dampaknya bisa berupa kesejahteraan yang menurun, upah murah, hingga lonjakan angka pengangguran,” tegasnya.

    Ia menambahkan, Gen Z memiliki karakter unik yang menuntut antisipasi. Dunia usaha maupun lembaga pelatihan kerja perlu memahami hal ini. Sejumlah riset menunjukkan banyak pemberi kerja menilai Gen Z membutuhkan bimbingan lebih intensif dibanding generasi lain. Bahkan, sebagian besar dari mereka lebih tertarik pada pekerjaan informal atau freelance. “Pertanyaannya, langkah apa yang dilakukan Balai Pelatihan untuk memastikan Gen Z tetap bisa diterima di dunia kerja formal?” ujarnya.

    Gamal juga menyinggung ketimpangan antara pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. “Dulu, pertumbuhan ekonomi 1 persen bisa menghasilkan 600 ribu pekerjaan baru. Sekarang, pertumbuhan yang sama hanya melahirkan sekitar 200 ribu lapangan kerja. Artinya, beban kita jauh lebih berat,” kata Politisi Fraksi PKS itu.

    Menurutnya, pasar kerja kini menuntut tenaga formal dengan keahlian tinggi. Indonesia, di sisi lain, masih tertinggal dalam produktivitas serta kompetensi digital, sehingga kalah bersaing dengan negara lain. “Kita butuh pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri digital—mulai dari kecakapan AI, kemampuan coding, hingga keterampilan teknologi lainnya,” lanjutnya.

    Tak berhenti di situ, ia menekankan pentingnya kenyamanan fasilitas pelatihan serta adanya pendampingan berkelanjutan bagi para peserta. “Anak-anak muda harus dibuat betah berada di balai pelatihan agar termotivasi mengikuti program. Jangan sampai pelatihan berhenti tanpa tindak lanjut. Kita perlu sistem pendampingan agar keterampilan mereka benar-benar terserap di dunia kerja,” pungkasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.