Logo
>

Harga Batu Bara Rebound 0,38 Persen: Ada Potensi Kekurangan Pasokan di Indonesia

Harga batu bara rebound 0,38 persen ke USD105,05 per ton usai 4 hari anjlok, ditopang kebijakan energi AS yang perpanjang usia pembangkit dan potensi kekurangan pasokan dari Indonesia.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Batu Bara Rebound 0,38 Persen: Ada Potensi Kekurangan Pasokan di Indonesia
Terminal batu bara di Balikpapan, Indonesia. (Foto: Adobe Stock)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga batu bara dunia akhirnya mencatat penguatan tipis pada perdagangan Jumat, 26 September 2025 setelah tertekan empat hari beruntun. Kontrak Oktober di pasar internasional ditutup naik 0,38 persen ke level USD105,05 per ton. 

    Sentimen positif datang dari kebijakan energi Amerika Serikat yang memperkirakan pembangkit listrik tenaga batu bara akan menunda masa pension. Juga, peringatan potensi kekurangan pasokan dari Indonesia menjelang kuartal akhir tahun.

    Harga batu bara yang sempat melemah hingga empat hari berturut-turut dengan koreksi akumulatif 3,02 persen, akhirnya berbalik arah. Penguatan ini terjadi setelah pemerintah Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, mengumumkan rencana untuk menjaga sebagian besar pembangkit listrik tenaga batu bara tetap beroperasi. 

    Keputusan ini dipandang penting dalam memenuhi lonjakan permintaan listrik nasional, terutama dari pusat data kecerdasan buatan (AI) yang semakin berkembang pesat.

    Menteri Energi AS Chris Wright menyampaikan bahwa mayoritas pembangkit yang mendekati masa pensiun akan diperintahkan untuk menunda penutupan. Bahkan, pemerintah siap menggunakan wewenang darurat berdasarkan Federal Power Act untuk memperpanjang umur pembangkit listrik batu bara dan gas. 

    Langkah ini dilihat sebagai bagian dari strategi besar untuk menjaga stabilitas jaringan listrik dan mendorong ekspansi kapasitas energi nasional, termasuk melalui reformasi regulasi di sektor nuklir.

    Pemerintah AS menilai kebutuhan energi akan mencapai rekor tertinggi tahun ini dan tahun depan, terutama seiring dengan pertumbuhan kampus-kampus pusat data AI berskala besar. Dalam persaingan global antara Amerika Serikat dan China dalam dominasi teknologi AI, keamanan pasokan listrik menjadi faktor penentu. 

    China sendiri dilaporkan membangun tambahan kapasitas pembangkit batu bara sebesar 100 gigawatt pada tahun lalu dan masih menambah jumlah serupa dalam tahap konstruksi. Hal ini memperkuat persepsi bahwa batu bara tetap memegang peranan penting dalam peta energi global meski kritik terhadap dampak lingkungannya semakin kuat.

    Selain faktor kebijakan AS, sentimen lain yang mendukung rebound harga adalah potensi kekurangan pasokan dari Indonesia, salah satu eksportir batu bara termal terbesar dunia. Sejumlah pedagang melaporkan bahwa pasokan untuk kuartal IV diperkirakan sangat ketat, terutama pada jenis batu bara berkalori rendah yang paling banyak diperdagangkan, yakni 3.800 kcal/kg NAR. 

    Beberapa produsen besar di Indonesia bahkan telah menjual hampir seluruh kargo untuk periode Oktober–Desember, sehingga mempersempit ruang pasokan di pasar spot.

    Meski hari ini harga batu bara mampu menguat, tren sebelumnya menunjukkan tekanan signifikan. Pelemahan empat hari beruntun terjadi karena pasar khawatir permintaan global melambat di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak, khususnya di sektor industri berat. 

    Kekhawatiran terhadap transisi energi dan agenda dekarbonisasi di berbagai negara maju juga sempat menekan prospek batu bara dalam jangka panjang. Namun, realitas kebutuhan energi, terutama dari sektor AI dan data center, kembali memberi ruang bagi batu bara untuk tetap relevan sebagai penopang pasokan listrik global.

    Ke depan, arah harga batu bara masih akan sangat bergantung pada dinamika pasokan dan permintaan. Dukungan kebijakan energi AS yang pro-batu bara serta potensi kekurangan pasokan dari Indonesia bisa menjaga harga di atas USD100 per ton dalam waktu dekat. 

    Namun, volatilitas tetap tinggi mengingat faktor fundamental seperti perlambatan ekonomi global dan tekanan transisi energi. Investor dan pelaku industri energi perlu mencermati kombinasi faktor geopolitik, kebijakan domestik, serta permintaan baru yang datang dari sektor teknologi, khususnya AI, yang kini menjadi pendorong utama konsumsi listrik dunia.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79