Logo
>

Harga Minyak Dunia Anjlok, BBM Diproyeksi Turun

Ditulis oleh KabarBursa.com
Harga Minyak Dunia Anjlok, BBM Diproyeksi Turun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di Indonesia diproyeksi akan kembali mengalami penurunan pada Oktober 2024. Ini akan menjadi penurunan kedua berturut-turut, seiring dengan tren melemahnya harga minyak dunia.

    Ekonom energi dari Universitas Padjadjaran, Yayan Satyakti, menyebutkan bahwa tren bearish masih menyelimuti harga minyak global sepanjang Agustus hingga awal bulan ini.

    Hal ini tercermin dari data beberapa acuan minyak internasional yang sering digunakan oleh Indonesia, seperti OPEC Basket Price, New York Singapore Platts, Mean of Platts Singapore (MOPS), dan Brent yang menjadi acuan Indonesia Crude Price (ICP).

    “Data menunjukkan penurunan yang konsisten. Oleh karena itu, wajar jika harga BBM nonsubsidi turun. Penurunan ini bukan karena kebijakan pemerintah untuk menjaga daya beli, melainkan karena kondisi global yang tengah mengalami surplus pasokan,” ujar Yayan pada Senin 2 September 2024.

    Surplus pasokan minyak dunia ini, menurut Yayan, dipengaruhi oleh faktor musim panas dan rencana OPEC+ untuk kembali meningkatkan produksi hingga mencapai 180.000 barel per hari (bph) pada Oktober.

    Yayan memproyeksikan bahwa harga minyak dunia, khususnya Brent, akan bergerak turun atau setidaknya bertahan di kisaran US$75—US$85 per barel pada Oktober.

    “Jadi besar kemungkinan harga BBM nonsubsidi akan kembali turun pada Oktober,” tambahnya.

    Pada 1 September 2024, PT Pertamina (Persero) telah menurunkan harga BBM jenis nonsubsidi. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menyatakan bahwa Pertamax Turbo (RON 98) turun menjadi Rp14.475, Pertamax Green (RON 95) menjadi Rp13.650, Pertamax (RON 92) turun menjadi Rp12.950, Pertamina Dex (CN 53) menjadi Rp14.550, dan Dexlite (CN 51) disesuaikan menjadi Rp14.050 per liter.

    “Harga ini berlaku di provinsi dengan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen, seperti di wilayah DKI Jakarta,” jelas Heppy dalam keterangan resminya, Minggu 1 September 2024.

    Heppy menambahkan bahwa harga BBM nonsubsidi akan terus disesuaikan mengikuti tren harga rata-rata minyak yang dipublikasikan oleh MOPS atau Argus, serta mempertimbangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

    “Selain penurunan harga, Pertamina Patra Niaga juga menawarkan berbagai promo dan program loyalitas melalui aplikasi MyPertamina. Kami juga berkomitmen untuk menyediakan produk berkualitas dengan harga kompetitif di seluruh Indonesia,” lanjut Heppy.

    Minyak Dunia Terus Tertekan

    Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan di tengah tanda-tanda bahwa OPEC+ akan melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi pada Oktober, sementara ekonomi China semakin tertekan.

    Brent untuk pengiriman November merosot ke US$76 per barel setelah turun lebih dari 2 persen pada Jumat, sementara West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati US$73 per barel.

    OPEC+ berencana menambah 180.000 barel per hari secara bertahap, memulihkan produksi yang telah dihentikan sejak 2022, menurut para delegasi yang terlibat dalam diskusi tersebut.

    Selama akhir pekan, data ekonomi China juga menunjukkan bahwa aktivitas pabrik berkontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Agustus, ditambah dengan semakin dalamnya kemerosotan sektor perumahan, yang meningkatkan kekhawatiran bahwa negara pengimpor minyak terbesar dunia tersebut mungkin kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini.

    Penjualan solar di India juga mencatat penurunan tajam bulan lalu.

    Minyak telah kehilangan sebagian besar keuntungannya tahun ini akibat ekspektasi pasokan yang melimpah dan tanda-tanda hambatan ekonomi, termasuk di AS, yang menekan harga.

    Volatilitas telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dengan minyak mentah berjangka menghadapi beberapa perubahan intraday terbesar selama Agustus.

    OPEC+ telah berulang kali menyatakan bahwa mereka dapat menunda atau membatalkan kenaikan produksi yang direncanakan jika diperlukan, meskipun krisis politik di Libya yang telah mengurangi separuh produksi negara tersebut mungkin memberi aliansi tersebut ruang untuk menambah lebih banyak barel.

    “Masih ada keraguan apakah pasar benar-benar membutuhkan tambahan pasokan ini,” kata Warren Patterson, Kepala Strategi Komoditas untuk ING Groep NV di Singapura. “Kekhawatiran tentang permintaan dari China tidak akan hilang dalam waktu dekat.”

    Brent untuk pengiriman November turun 0,8 persen menjadi US$76,32 per barel pada pukul 14.25 waktu Singapura. WTI untuk pengiriman Oktober turun 0,7 persen menjadi US$73,03 per barel.

    Investor merespons data terbaru yang menunjukkan lonjakan signifikan dalam belanja konsumen AS pada bulan Juli. Peningkatan ini mengisyaratkan bahwa ekonomi tetap kuat di awal kuartal ketiga, yang bisa meredupkan harapan akan penurunan suku bunga setengah poin persentase dari The Fed pada bulan September.

    Suku bunga yang lebih rendah biasanya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

    Krisis Minyak Timur Tengah

    Dari Timur Tengah, National Oil Corporation (NOC) Libya melaporkan bahwa penutupan ladang minyak baru-baru ini telah mengakibatkan hilangnya sekitar 63 persen dari total produksi minyak negara tersebut. Konflik yang terus berlangsung antara faksi-faksi di wilayah timur dan barat Libya menjadi penyebab utama penurunan produksi ini.

    Menurut konsultan Rapidan Energy Group, kerugian produksi ini diperkirakan mencapai antara 900.000 hingga 1 juta barel per hari (bph) dan bisa berlangsung selama beberapa minggu.

    Pemerintah Libya yang berbasis di timur mengumumkan penutupan semua ladang minyak pada hari Senin, menghentikan produksi dan ekspor. Hal ini menyebabkan harga minyak mencapai level tertinggi dalam hampir dua minggu pada 26 Agustus.

    "Menarik melihat bagaimana penutupan produksi minyak mentah Libya memiliki dampak yang begitu besar terhadap harga pasar minyak," ujar Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics.

    Sementara itu, pasokan minyak dari Irak diperkirakan akan menyusut setelah produksi negara tersebut melampaui kuota yang ditetapkan oleh OPEC+, demikian disampaikan oleh seorang sumber yang memiliki pengetahuan langsung mengenai masalah ini kepada Reuters pada hari Kamis.

    Irak berencana mengurangi produksi minyaknya menjadi antara 3,85 juta hingga 3,9 juta barel per hari pada bulan depan.

    Di AS, jumlah rig minyak aktif tetap tidak berubah pada 483 minggu ini, meskipun mengalami peningkatan satu rig pada bulan Agustus, menurut Baker Hughes. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi