Logo
>

Indonesia Desak AS Berikan Tarif Seimbang

Desakan ini muncul dalam rangkaian negosiasi bilateral yang tengah berlangsung antara kedua negara, menyusul kebijakan tarif tambahan yang diterapkan oleh Paman Sam.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Indonesia Desak AS Berikan Tarif Seimbang
Suasana food court di AEON Sentul City. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pemerintah Indonesia mendesak Amerika Serikat (AS) agar memberikan perlakuan tarif yang lebih adil terhadap produk-produk unggulan ekspor asal Indonesia. Desakan ini muncul dalam rangkaian negosiasi bilateral yang tengah berlangsung antara kedua negara, menyusul kebijakan tarif tambahan yang diterapkan oleh Paman Sam.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa dalam proses perundingan tersebut, kedua belah pihak telah menyampaikan harapannya masing-masing, khususnya terkait penyesuaian tarif yang dianggap tidak lagi kompetitif bagi Indonesia.

    “Tentu Amerika sudah menyampaikan apa yang mereka harapkan. Tentu paket pertama yang terkait dengan tarif diharapkan bisa menjadi tarif yang berimbang. Hal yang sama juga diminta oleh Indonesia,” ujar Airlangga dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Jumat, 18 April 2025.

    Airlangga menegaskan, Indonesia meminta agar 20 produk ekspor unggulannya yang masuk ke pasar AS tidak dikenai tarif lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing, baik dari kawasan ASEAN maupun non-ASEAN. Produk-produk tersebut antara lain meliputi tekstil, garmen, alas kaki, furniture, dan produk perikanan seperti udang.

    “Apabila Amerika sudah diberikan tarif yang berimbang, maka Indonesia juga mengharapkan kepada 20 produk unggulan Indonesia yang diekspor ke Amerika untuk diberikan tarif yang seimbang pula. Tarif tersebut tidak lebih tinggi daripada negara-negara pesaing Indonesia,” tegasnya.

    Selain menyangkut tarif, Airlangga juga mengungkapkan bahwa dalam pembahasan negosiasi terdapat sejumlah permintaan dari pihak Amerika terkait non-tariff measures atau hambatan non-tarif. Pemerintah Indonesia, kata dia, telah menindaklanjuti dengan menyampaikan dokumen respons resmi terhadap isu-isu tersebut.

    “Yang kedua, terkait dengan non-tariff measures, ada beberapa hal yang diminta, dan untuk itu Indonesia sudah menyampaikan dokumen sebagai respons terhadap hal-hal yang terkait dengan non-tariff measures tersebut,” jelasnya.

    Tarif Ekspor Produk Unggulan RI Tembus 47 Persen

    Airlangga pun sempat membeberkan imbas tarif tambahan tersebut tarif masuk produk-produk unggulan RI kini lebih lebih tinggi dibandingkan beberapa negara pesaing.

    "Saat sekarang untuk produk ekspor utama Indonesia seperti garment, alas kaki, tekstil, furniture, dan udang itu menjadi produk yang Indonesia mendapatkan tarif biaya masuk lebih tinggi dibandingkan beberapa negara pesaing baik dari ASEAN maupun non-ASEAN negara," ungkap dia dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Jumat 18 April 2025.

    Ia pun merinci tarif dasar yang dikenakan untuk produk unggulan seperti tekstil, garmen, dan alas kaki sebelumnya dikenai tarif dasar antara 10 hingga 37 persen.

    Namun, sejak awal April, adanya tambahan tarif sebesar 10 persen membuat total bea masuk melonjak menjadi antara 20 hingga 47 persen, tergantung pada jenis produknya.

    Ia menegaskan, penerapan tarif yang lebih tinggi terhadap produk unggulan tersebut membuat posisi produk Indonesia menjadi kurang kompetitif. 

    “Dengan berlakunya tarif selama 90 hari untuk 10 persen, maka tarif rata-rata Indonesia untuk khusus di tekstil, garment ini kan antara 10 persen sampai dengan 37 persen. Maka dengan diberlakukannya 10 persen tambahan, maka tarifnya itu menjadi 10 ditambah 10 ataupun 37 ditambah 10,” jelasnya.

    Menurut Airlangga, beban tarif tersebut tidak hanya dirasakan oleh pembeli di AS, tapi juga diminta untuk ditanggung bersama oleh eksportir Indonesia. 

    “Ini juga menjadi concern bagi Indonesia karena dengan tambahan 10 persen ini, ekspor kita biayanya lebih tinggi. Karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di-sharing dengan Indonesia, bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut,” tegasnya.

    Oleh karena itu, isu ini dibahas dalam pertemuan bilateral Indonesia dengan pejabat perdagangan Amerika, termasuk USTR dan Secretary of Commerce. Dalam pertemuan itu, Indonesia dan AS sepakat membentuk tim teknis untuk merumuskan langkah-langkah lanjutan, termasuk membahas tarif dan kemitraan ekonomi strategis lainnya.

    “Indonesia menyepakati dengan Amerika akan diberikan langkah-langkah lanjutan dengan tim teknis baik dari USTR maupun dari Secretary of Commerce,” ungkap Airlangga.

    Yang menarik, kata dia, kedua negara juga sepakat untuk menyelesaikan perundingan ini dalam waktu yang relatif cepat. 

    “Indonesia dan Amerika Serikat bersepakat untuk menyelesaikan perundingan ini dalam waktu 60 hari dan sudah disepakati kerangka ataupun pre-vote acuannya,” ujarnya.

    Format kesepakatan juga telah dirancang, mencakup kemitraan perdagangan, investasi, hingga mineral penting. 

    “Formatnya pun sudah disepakati, format dari pre-vote perjanjian tersebut dan scoping-nya termasuk kemitraan perdagangan investasi, kemitraan dari mineral penting dan juga terkait dengan reliability daripada koridor rantai pasok yang mempunyai resiliensi tinggi,” jelas Airlangga.

    Airlangga menyebut, proses negosiasi berjalan secara positif dan membangun. Indonesia dan Amerika Serikat pun sepakat menargetkan penyelesaian pembahasan dalam kurun waktu 60 hari. Saat ini, kerangka kemitraan di bidang perdagangan dan investasi telah disusun, yang akan dimatangkan melalui satu hingga tiga sesi pertemuan lanjutan.

    “Hasil-hasil pertemuan tersebut akan dilanjuti dengan berbagai pertemuan, bisa satu, dua, atau tiga putaran. Dan kami berharap dalam 60 hari kerangka tersebut bisa ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang akan disetujui antara Indonesia dan Amerika Serikat,” pungkas Airlangga. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.