Logo
>

Investor Disarankan Pilih Reksa Dana Pendapatan Tetap di Tengah Volatilitas Ekonomi

Volatilitas pasar dan tekanan global dorong investor beralih ke reksa dana pendapatan tetap berfitur income bulanan, di tengah capital outflow asing dari IHSG.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Investor Disarankan Pilih Reksa Dana Pendapatan Tetap di Tengah Volatilitas Ekonomi
Ilustrasi reksa dana. (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM - Investor disarankan untuk berinvestasi pada instrumen reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan fitur pendapatan pasif rutin bulanan dalam menghadapi volatilitas ekonomi dan pasar modal.

Head of Wealth Management Mirae Asset Sekuritas Arief Maulana, menjelaskan bahwa ketidakpastian makro ekonomi yang tinggi serta meningkatnya volatilitas pasar saat ini dapat menjadi momentum bagi investor untuk berinvestasi pada instrumen yang relatif stabil dan berpendapatan rutin.

"Reksa dana pendapatan tetap pendapatan pasif rutin bulanan (monthly passive income bond fund) menjadi alternatif yang strategis, apalagi di tengah volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi seperti sekarang," ujar Arief dalam keterangannya, Rabu, 16 Juli 2025.

Terkait volatilitas dan ketidakpastian ekonomi yang tinggi, Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, menyampaikan bahwa saat ini sedang terjadi tren capital outflow yang cukup besar di pasar saham Indonesia meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih positif. 

IHSG tercatat masih menguat ke 7.091 dari posisi akhir tahun 7.079, ketika aliran dana asing bergerak keluar (foreign outflow) Rp57,9 triliun sejak awal tahun (year to date/YTD) hingga 11 Juli 2025. 

Sepanjang Juli, foreign outflow sudah terjadi sebesar Rp4,3 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan saham di dalam negeri yang menguat itu didukung oleh investor domestik. 

Di sisi lain, tren harga obligasi masih menunjukkan kenaikan (dan penurunan imbal hasil/yield), sejalan dengan aliran dana asing masuk (foreign inflow) yang cukup besar.

Sepanjang Juli, tercatat nett buy asing Rp 17,2 triliun MTD, atau Rp 70 triliun YTD, dipengaruhi pemangkasan BI Rate pada semester I/2025 dan ekspektasi penurunan The Fed Fund Rate (FFR) pada semester II/2025.

"Di tengah tekanan Trump agar The Fed menurunkan FFR secara agresif, kami memprediksi Bank Sentral AS masih akan berusaha berhati-hati dan melihat perkembangan data ekonomi untuk menentukan seberapa besar dan seberapa cepat penurunan suku bunga ke depan," jelasnya. 

Perdagangan Saham Naik, IHSG Menguat 2,65 Persen Pekan Lalu

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat data perdagangan saham selama pekan lalu periode 7-11 Juli 2025 ditutup di zona positif.

Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan, rata-rata frekuensi transaksi harian selama pekan lalu meningkat sebesar 9,77 persen menjadi 1,14 juta kali transaksi dari 1,04 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya. 

"Kemudian peningkatan turut dialami oleh rata-rata nilai transaksi harian BEI yaitu sebesar 6,65 persen menjadi Rp11,08 triliun dari Rp10,39 triliun pada pekan sebelumnya," ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu, 12 Juli 2025.

Rata-rata volume transaksi harian bursa pekan lalu tercatat 20,09 miliar lembar saham, meningkat 3,34 persen dibanding pekan sebelumnya sebesar 19,44 miliar lembar saham. 

Selain itu, kapitalisasi pasar BEI turut mengalami kenaikan sebesar 2,77 persen menjadi Rp12.404 triliun dari Rp12.070 triliun pada sepekan sebelumnya. 

"Kemudian, pergerakan IHSG selama sepekan mengalami kenaikan sebesar 2,65 persen dan ditutup pada level 7.047,438 dari 6.865,192 pada pekan sebelumnya," jelas Kautsar. 

Adapun investor asing pada Jumat, 11 Juli 2025, mencatatkan nilai beli bersih Rp460,11 miliar dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp57,865 triliun.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.