KABARBURSA.COM - Bongkahan batu bara tergeletak lesu di pasar global. Harga batu bara merosot hingga mencapai titik terendah dalam tiga pekan terakhir, dipicu oleh keputusan China yang semakin tegas dalam mengurangi konsumsi batu bara di masa depan.
Pada hari Jumat lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle, Australia, untuk kontrak pengiriman Oktober merosot sebesar 0,57 persen, mencapai level USD147,15 per ton. Ini merupakan harga terendah dalam tiga pekan terakhir dan mencerminkan penurunan mingguan sebesar 2,25 persen. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan akhir Juli, harga batu bara masih menunjukkan kenaikan sebesar 3,62 persen.
Tekanan terhadap harga batu bara yang terjadi selama empat hari berturut-turut pada pekan lalu, sebagian besar disebabkan oleh kebijakan China yang semakin jelas dalam mengurangi konsumsi bahan bakar fosil ini. Sebagai konsumen utama batu bara global, China tengah mengubah arah kebijakannya untuk mengurangi ketergantungan pada energi kotor.
Dalam laporan terbaru dari Global Energy Monitor yang dirilis pekan lalu, terungkap bahwa China hanya menyetujui 10 proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara selama semester pertama tahun 2024, dengan total kapasitas sebesar 9 gigawatt. Angka ini menurun drastis, sekitar 83 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pesan yang disampaikan oleh China sangat jelas: negara tersebut serius dalam upayanya menekan konsumsi batu bara. Sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, China kini lebih fokus pada pengurangan penggunaan bahan bakar fosil sebagai bagian dari komitmennya untuk mengendalikan emisi karbon dalam jangka panjang.
Tidak berhenti di situ, China juga tidak mengeluarkan satu pun izin untuk pembangunan pabrik baja yang menggunakan energi batu bara. Negara ini tengah mengalihkan fokusnya pada pengendalian emisi karbon dioksida dengan target ambisius untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030.
Langkah-langkah drastis ini mengguncang pasar energi global dan memberikan tekanan yang kuat terhadap harga batu bara. Meskipun begitu, China tetap teguh pada kebijakan keberlanjutannya. Kebijakan ini merupakan cerminan keseriusan negara tersebut dalam mengurangi ketergantungan pada energi yang tidak ramah lingkungan, meskipun tantangannya tidak kecil.
Dari sudut pandang teknikal, analisis harga batu bara menunjukkan bahwa tren saat ini masih berada dalam zona bullish dalam jangka pendek. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di angka 54, menunjukkan bahwa aset ini masih dalam posisi tren naik. RSI di atas 50 biasanya menandakan bahwa aset berada dalam posisi bullish, mengindikasikan adanya momentum positif dalam pergerakan harga.
Sementara itu, indikator Stochastic RSI berada di zona support, yang menandakan adanya potensi akumulasi yang bisa mendorong pembalikan arah. Secara teknikal, harga batu bara masih memiliki potensi untuk bangkit dari tekanan saat ini.
Target resistance terdekat yang bisa dicapai adalah pada level USD148,20 per ton. Jika level ini berhasil ditembus, rentang harga antara USD149,90 hingga USD150,50 per ton bisa menjadi target berikutnya. Tentu saja, pencapaian target ini sangat bergantung pada perkembangan lebih lanjut dari faktor eksternal, khususnya kebijakan China.
Di sisi lain, target support terdekat berada pada level USD145,70 per ton. Jika harga batu bara berhasil menembus level ini, ada kemungkinan harga akan meluncur lebih jauh ke arah USD144,10 per ton. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang sedang menghadapi ketidakpastian besar akibat perubahan kebijakan energi dari salah satu konsumen terbesar dunia.
Pada akhirnya, keputusan China untuk mengurangi konsumsi batu bara dan mengendalikan emisi karbon merupakan langkah krusial yang akan terus memengaruhi pasar energi global. Pasar akan terus beradaptasi terhadap perubahan ini, dan harga batu bara akan tetap berada dalam tekanan hingga pelaku pasar mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan China.
Tak cuma China, Batu bara India menyumbang lebih dari 80 persen dari total produksi batu bara domestik negara tersebut. Setelah masa jabatannya sebagai Menteri Batu Bara dan Pertambangan, G. Kishan Reddy mengungkapkan pentingnya meningkatkan produksi bahan bakar fosil dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor batu bara.
Reddy mengingatkan bahwa sepuluh tahun lalu, India menghadapi kekurangan batu bara yang menyebabkan krisis pasokan listrik. Kini, dalam konteks global, permintaan batu bara juga menunjukkan penurunan.
Di Eropa, kontrak batu bara mengalami penurunan tajam, merosot ke level terendah dalam sepuluh minggu terakhir. Hal ini terjadi karena para pembeli masih menunggu dan melihat perkembangan ekonomi untuk kuartal IV-2024. Harga batu bara merosot menjadi USD102,95 per ton, level terendah sejak 30 April.
"Semua pihak menunggu kuartal IV dengan penuh harapan," kata seorang trader asal Italia, sebagaimana dilaporkan oleh Montel News. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.