KABARBURSA.COM – Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus mendukung berbagai aktivitas bisnis, termasuk logistik. Bahkan kecerdasan buatan ini disebut-sebut telah meningkatkan efektivitas dan margin perusahaan angkutan.
Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mengatakan, sudah banyak provider yang menawarkan platform atau teknologi dengan kecerdasan buatan untuk membantu proses bisnis.
“Kalau di transportasi, e-commerce, AI berperan besar ke dalam efisiensi dalam melakukan routing,” kata Sugi kepada kabarbursa.com, Jumat, 3 Januari 2025.
Menurutnya, perusahaan logistik yang menggunakan AI dalam proses bisnisnya dapat lebih maksimal dalam hal manajemen muatan. Tanpa penggunaan AI, perusahaan truk hanya dapat memaksimalkan kapasitas angkutan sebesar 70 persen.
Sebaliknya, perusahaan yang memanfaatkan teknologi AI untuk melakukan routing dapat meningkat hingga 90 persen. Kendati demikian, tidak semua bisnis logistik dapat terbantu dengan AI.
“Kalau di warehouse (gudang), tidak terlalu banyak berpengaruh. Karena proses semuanya sudah menggunakan RSID. Itu sudah sangat membantu di dalam proses penyimpanan, pengelolaan inventory maupun pengelolaan order,” jelasnya.
Belum Banyak Digunakan
Meski AI banyak membantu memaksimalkan bisnis logistik, belum banyak perusahaan yang memanfaatkan AI untuk membantu bisnisnya.
Menurutnya, saat ini penggunaan AI hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan besar. Sementara perusahaan angkutan dengan skala kecil hanya menggunakan metode konvensional dalam hal routing.
“Perusahaan yang sudah menggunakan yang besar-besar yang kecil masih belum menggunakan masih dengan menggunakan sistem transport manajemen yang masih ada,” ujarnya.
Agar dapat meningkatkan pendapatan dan efektivitas kinerja di bisnis logistik, Sugi menyarankan agar perusahaan angkutan mulai berinvestasi untuk menggunakan teknologi ini. Di sisi lain, sudah banyak juga perusahaan teknologi yang menawarkan teknologi AI untuk membantu pemaksimalan kinerja perusahaan angkutan.
Teknologi Ramah Lingkungan
Selain penggunaan AI, teknologi baru yang banyak membantu bisnis angkutan adalah truk listrik. Kendaraan komersial ramah lingkungan ini tidak hanya ramah lingkungan tapi juga meningkatkan keuntungan.
Mantan Wakil Ketua II Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) ini menyambut baik hadirnya truk listrik, terutama di segmen light truck (truk ringan), di bisnis angkutan di Indonesia.
Menurutnya, saat ini truk listrik hanya relevan untuk segmen fleet management atau kegiatan transportasi yang wilayah kerjanya hanya di satu kota.
“Truk listrik itu relevan untuk mengerjakan distribusi di Indomaret dan Alfamart. Sangat memungkinkan untuk menggunakan truk listrik,” kata Sugi.
Menurutnya, hal yang perlu dipertimbangkan adalah daya jelajah truk. Jika truk listrik jarak tempuhnya hanya 200 km hanya akan bertahan satu hingga dua hari. Sementara untuk muatan di dalam kota menggunakan light truck konvensional waktu isi solarnya bisa sampai tiga hari sekali.
Lebih lanjut, Sugi menjelaskan, faktor yang harus dipertimbangkan sebelum menggunakan truk listrik adalah biaya investasinya. Truk listrik di kategori light truck tidak boleh terlalu mahal karena tidak akan sebanding dengan biaya pengiriman barang.
“Kalau secara investasi, merek apapun, itu harga kisaran di Rp350-450 jutaan. Jika ingin jual truk listrik, harga tidak boleh lebih dari itu,” jelasnya.
Kalau harga di kisaran Rp1 miliar, kata dia, tetap dapat dikonversi ke biaya operasional. Meski begitu, akan berat untuk menjalankan usaha karena masih ada ongkos lain yang harus diperhitungkan seperti biaya sopir, tol, dan biaya lain yang mendesak.
“Apalagi belinya pakai leasing. Semakin mahal (harga truk) semakin mahal pula bunga dan cicilan. Transporter tidak akan sanggup jika terlalu mahal biaya cicilannya,” jelasnya.
Sugi menilai, keuntungan menggunakan truk listrik dibandingkan truk konvensional adalah dari segi biaya bahan bakar. Ia menjelaskan, rasio bahan bakar truk konvensional adalah 6-7 km per liter.
“Kalau sehari jalan 200 km PP dibagi 6, itu sehari menghabiskan 33 liter kali Rp6.800. jadi total biaya uang jalan adalah Rp200-250 ribu,” imbuhnya.
Sedangkan untuk biaya tol dan sopir tetap sama antara truk konvensional dan truk listrik. Ongkos sopir, kata dia, adalah Rp250 ribu dikalikan 25 hari. Ongkos sopir tersebut sudah sesuai dengan UMR.
“Jadi ongkos yang bisa disimpan adalah dari biaya solar. Biaya sekali isi daya truk listrik adalah Rp10-20 ribu. Sedangkan ongkos truk konvensional Rp250 ribu. Jadi transporter dapat menyimpan pendapatan hingga Rp180 ribu,” jelasnya. (*)