Logo
>

Manufaktur China Masih Terkontraksi, Sentimen ini Berpengaruh Besar

Ditulis oleh Yunila Wati
Manufaktur China Masih Terkontraksi, Sentimen ini Berpengaruh Besar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Aktivitas manufaktur China diperkirakan akan tetap tertekan untuk bulan keempat berturut-turut sejak Agustus. Hal ini disampaikan dalam jajak pendapat Reuters yang dirilis pada Jumat, 30 Agustus 2024. Indeks manajer pembelian (PMI) resmi diproyeksikan mencapai 49,5, sedikit meningkat dari 49,4 di Juli 2024, namun masih berada di zona kontraksi. Angka 50 poin merupakan batas kritis yang membedakan antara pertumbuhan dan kontraksi dalam aktivitas ekonomi.

    Ekonomi raksasa senilai USD19 triliun ini memulai paruh kedua tahun dengan langkah yang goyang, menghadapi ekspor yang lesu, harga yang stagnan, dan indikator pinjaman bank di Juli 2024 yang menunjukkan lemahnya permintaan. Harapan akan pemulihan setelah pencabutan pembatasan COVID pada 2022 tampaknya belum terwujud bagi ekonomi terbesar kedua di dunia ini.

    Beijing, bulan lalu, memberi sinyal akan menyimpang dari rencana biasanya dengan mengalihkan dana ke proyek infrastruktur daripada membanjiri pasar dengan stimulus langsung. Meskipun penjualan ritel bulan lalu menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan, rincian mengenai strategi konkret untuk menghidupkan kembali pasar konsumen yang terdiri dari 1,4 miliar orang masih belum jelas. Para pejabat hanya berkomitmen untuk "meningkatkan konsumsi guna memperluas permintaan domestik."

    Salah satu hambatan utama pengeluaran konsumen adalah kemerosotan parah di sektor properti yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir. Dengan sekitar 70 persen kekayaan rumah tangga berada dalam bentuk real estat, yang sebelumnya menyumbang seperempat dari ekonomi, konsumen tampaknya semakin menahan belanja mereka.

    Tidak ada tanda-tanda bahwa kebijakan pemulihan kepercayaan berdampak positif, dengan harga rumah baru turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun pada bulan Juli.

    Para analis umumnya mendukung dukungan yang ditargetkan untuk pengeluaran konsumen, namun memperingatkan bahwa lebih banyak langkah kebijakan mungkin diperlukan jika pemerintah ingin mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar 5 persen.

    PMI resmi akan diumumkan pada Sabtu, 31 Agustus 2024, sementara survei pabrik Caixin untuk sektor swasta dijadwalkan pada 2 September 2024, dengan prediksi angka akan naik menjadi 50,0.

    Manufaktur Indonesia

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka fakta pahit bahwa Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia kini telah merosot ke zona kontraksi. Indikator ini menandakan satu hal: industri manufaktur sedang menghadapi ancaman serius.

    Meskipun permintaan masih ada, kompetisi dari impor yang tak terkontrol menjadi racun mematikan bagi industri dalam negeri. Sri Mulyani mengakui bahwa setidaknya ada empat sektor industri yang paling parah terdampak pada Juli 2024.

    “Demand memang masih memadai tapi kompetisi dari impor. Menperin dan Mendag meminta dan sekarang dalam proses dalam bentuk apakah anti dumping, apakah bea masuk untuk menjaga proteksi industri dalam negeri,” tuturnya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa 13 Agustus 2024.

    Sri Mulyani menjelaskan bahwa industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) kini berada di titik nadir, dengan pertumbuhan yang stagnan alias 0 persen.

    Industri alas kaki hanya mampu bertahan dengan pertumbuhan 1,9 persen year-on-year, sementara industri karet sedikit lebih baik dengan pertumbuhan 2,1 persen. Namun, yang paling mencemaskan adalah industri mesin yang mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen pada Juli 2024.

    Karena itu, Sri Mulyani menekankan bahwa langkah-langkah konkret untuk melindungi industri lokal harus segera diambil. Apakah itu melalui PMK, bea masuk, atau tarif tambahan, pemerintah tidak bisa tinggal diam.

    “Ini mengambarkan area manufaktur yang sedang mengalami tekanan. Entah saingan barang impor. Oleh karena itu, menteri terkait mereka akan melakukan langkah-langkah yang keluarnya dalam bentuk PMK. Entah menggunakan bea masuk, entah pakai cara tarif, atau cara lain,” jelasnya.

    Namun, di tengah kabar buruk ini, ada sedikit angin segar. Indeks Keyakinan Bisnis dalam survei PMI masih menunjukkan peningkatan. Ini menunjukkan bahwa meski dihantam dari segala arah, pelaku usaha masih optimis terhadap prospek dalam 12 bulan ke depan.

    Beberapa sektor seperti makanan minuman, farmasi, dan logam dasar bahkan menunjukkan performa gemilang yang menopang PMI secara keseluruhan, dengan industri logam dasar tumbuh dua digit hingga 18,1 persen (yoy), disusul industri kimia dan makanan minuman yang masing-masing tumbuh 8 persen dan 5,5 persen.

    Sri Mulyani menilai agregat demand positif, konsumsi membaik, investasi baik, konsumsi pemerintah menuju normal, ekspor membaik, impor membaik. 

    “Ada harapan PMI tidak akan terlalu lama di bawah 50,” imbuhnya.

    Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur nasional turun dari level ekspansi 50,7.

    Paul Smith, Economis Director S&P Global Market Intelligence, menyatakan bahwa perlambatan ini dipicu oleh penurunan tajam pada kondisi operasional yang sudah mempengaruhi pasar.

    “Dengan permintaan baru berkurang dan produksi turun untuk pertama kali dalam 2 tahun sehingga produsen lebih waspada, aktivitas pembelian sedikit dikurangi dan ketenagakerjaan menurun pada kecepatan tertinggi sejak bulan September 2021,” kata Paul dalam laporan tersebut.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79