KABARBURSA.COM - Bursa saham Asia dibuka menguat pada perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025, mengikuti tren positif yang terjadi di Wall Street dan bursa Eropa pada sesi sebelumnya. Indeks Kospi dan Nikkei semringah.
Kenaikan indeks di bursa utama Asia menjadi sinyal adanya minat beli yang kembali muncul setelah periode volatilitas tinggi. Indeks ASX 200 Australia dibuka naik 0,16 persen dan terus menguat hingga 1,13 persen ke posisi 9.404,20 pada pukul 8:15 WIB.
Penguatan ini menunjukkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Australia menjelang rilis data ketenagakerjaan bulan September, meskipun ekspektasi menunjukkan tingkat pengangguran akan naik ke 4,3 persen dari 4,2 persen di bulan sebelumnya.
Sektor keuangan dan pertambangan menjadi penopang utama pergerakan bursa Australia, didorong rebound harga komoditas seperti batu bara dan logam dasar.
Sementara itu, bursa Korea Selatan juga mencatat penguatan signifikan. Indeks Kospi melonjak 1,78 persen ke level 3.722,44, sedangkan Kosdaq naik 0,2 persen. Kinerja saham teknologi dan otomotif menjadi motor utama kenaikan, dengan investor merespons positif laporan keuangan perusahaan besar yang stabil meski dihadapkan pada tantangan ekspor akibat ketegangan perdagangan global.
Penguatan won Korea terhadap dolar AS juga turut memperkuat daya beli investor domestik.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,81 persen ke 48.058,92 setelah sempat melonjak 0,95 persen pada awal perdagangan. Indeks Topix juga menguat 0,8 persen, mencerminkan penguatan menyeluruh di pasar Jepang.
Dorongan datang dari saham-saham teknologi dan produsen komponen elektronik, seiring pelemahan yen yang mendukung daya saing ekspor Jepang. Kenaikan ini turut dipicu oleh sikap investor yang kembali mengambil risiko setelah volatilitas di pasar global sedikit mereda.
IHSG Masih Berusaha Keluar dari Tekanan
Di sisi lain, pasar Indonesia masih berupaya keluar dari tekanan. Setelah gagal rebound kemarin dan ditutup melemah 0,19 persen di level 8.051, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpotensi bangkit hari ini.
Secara teknikal, IHSG masih bertahan di atas level support penting di 8.000, memberikan peluang untuk rebound jangka pendek. Beberapa analis memperkirakan indeks dapat menguji area resistensi di 8.100–8.150, sementara area support terdekat berada di kisaran 7.900–8.000.
Tekanan eksternal dari volatilitas global masih membayangi, namun aliran dana asing yang mulai stabil bisa memberikan dorongan bagi IHSG untuk kembali menguat.
Rupiah Sesi Pagi Melemah terhadap Dolar AS
Dari sisi makro global, pergerakan mata uang turut mempengaruhi sentimen. Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama dunia setelah rilis Beige Book The Fed menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi Amerika Serikat relatif stagnan.
Sinyal meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan melemahnya belanja rumah tangga memperkuat ekspektasi bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan. Indeks Dolar AS (DXY) turun 0,32 persen ke 98,72, menunjukkan penurunan minat terhadap greenback.
Euro menguat setelah pemerintah Prancis mengumumkan rencana menangguhkan reformasi pensiun yang kontroversial, meningkatkan stabilitas politik di kawasan. Dolar Australia dan Selandia Baru juga rebound, mencerminkan perbaikan sentimen risiko di pasar Asia.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun ke 4,04 persen, menunjukkan pergeseran investor ke aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat di level Rp16.576 per dolar, melemah tipis 0,16 persen pada sesi pagi. Tekanan terhadap rupiah lebih disebabkan oleh pelemahan global greenback yang tidak sepenuhnya direspons positif oleh pasar domestik, seiring masih tingginya ketergantungan terhadap aliran modal asing.
Secara keseluruhan, penguatan bursa Asia hari ini mencerminkan adanya perbaikan sentimen pasar yang berhati-hati. Investor tampak mulai masuk kembali ke aset berisiko setelah seminggu terakhir dibayangi ketegangan dagang AS–China dan kenaikan Indeks Volatilitas Cboe (VIX) di atas 21,6, level tertinggi sejak akhir Mei.
Meskipun kekhawatiran tersebut belum sepenuhnya mereda, laporan laba yang kuat dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global memberikan landasan bagi pemulihan jangka pendek di pasar saham Asia.(*)