KABARBURSA.COM – Gempuran tarif baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai bikin pabrikan mobil Inggris kelabakan. Jaguar Land Rover (JLR), salah satu pemain otomotif terbesar di Inggris, resmi menghentikan sementara pengiriman kendaraan ke AS pada April ini. Kebijakan ini jadi sinyal awal dari dampak nyata tarif 25 persen untuk mobil impor yang diberlakukan AS terhadap mitra dagang utamanya.
“AS adalah pasar penting bagi merek mewah kami,” tulis JLR, dikutip dari AP di Jakarta, Minggu, 6 April 2025.
Mereka menyebut jeda pengiriman ini sebagai langkah jangka pendek sembari merumuskan strategi jangka menengah dan panjang dalam menyesuaikan diri dengan aturan dagang baru.
Para analis memperkirakan langkah serupa akan segera diikuti pabrikan Inggris lain. Industri otomotif Negeri Ratu Elizabeth memang sudah setengah megap—tertekan oleh lesunya permintaan dalam negeri dan tekanan untuk beralih ke kendaraan listrik. Tambahan tarif dari Trump dinilai jadi pukulan lanjutan yang makin membebani.
“Ada kemungkinan besar produsen lain akan mengambil langkah serupa,” kata pakar otomotif dari University of Birmingham, David Bailey. Menurutnya, perusahaan kini cenderung menahan napas sambil menunggu kepastian arah kebijakan AS.
Data dari Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT) menunjukkan produksi mobil di Inggris sepanjang 2024 turun 13,9 persen menjadi hanya 779.584 unit. Lebih dari 77 persen kendaraan itu ditujukan untuk pasar ekspor, termasuk model ikonik seperti Nissan Qashqai, BMW Mini, Toyota Corolla, hingga Jaguar dan Land Rover.
Kepala Eksekutif SMMT, Mike Hawes, menyesalkan momentum buruk tarif ini. “Industri kami sudah menghadapi berbagai tekanan, dan pengumuman ini datang di waktu yang paling tidak tepat,” ujarnya. Ia berharap pembicaraan dagang antara Inggris dan AS bisa dipercepat demi menjaga lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Beberapa produsen sebenarnya sudah mengantisipasi tarif dengan menggenjot pengiriman lebih awal. SMMT mencatat ekspor mobil ke AS melonjak 38,5 persen pada Desember 2024 dibanding tahun sebelumnya, naik lagi 12,4 persen di Januari, dan 34,6 persen pada Februari 2025. Strategi ini terbukti membantu produsen menghindari biaya tambahan dalam waktu dekat.
“Ini bagian dari strategi untuk mendahului kebijakan tarif,” ujar Bailey.
Mobil adalah komoditas ekspor tunggal terbesar Inggris ke AS dengan nilai mencapai GBP8,3 miliar (sekitar USD10,7 miliar) dalam 12 bulan terakhir hingga September 2024. Namun dalam skala total perdagangan, mobil hanya sebagian kecil dari hubungan ekonomi Inggris-AS yang didominasi sektor jasa.
Menurut data pemerintah Inggris, total ekspor barang dan jasa ke AS mencapai GBP179,4 miliar (sekitar USD231,2 miliar) selama periode tersebut. Dari jumlah itu, sektor jasa menyumbang 68,2 persen.
Peta Negara Sasaran Tarif Trump
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sebelumnya merilis daftar tarif baru yang diumumkan langsung dari Rose Garden di Gedung Putih. Dalam kebijakan terbarunya, puluhan negara masuk dalam daftar target tarif dagang resiprokal.
Trump menyebut kebijakan tersebut sebagai langkah untuk mengembalikan keseimbangan dalam perdagangan internasional. “Negara kita telah dijarah, dirampok, bahkan diperkosa dalam sistem perdagangan dunia yang timpang,” ujarnya lantang di hadapan para pendukung yang memberi tepuk tangan, meski pernyataan ini juga menuai kecaman dari sejumlah ekonom dan politisi.
Melalui unggahan di akun Instagram resminya @potus, Gedung Putih merinci besaran tarif berdasarkan defisit perdagangan bilateral masing-masing negara terhadap AS. China, sebagai eksportir terbesar ke Negeri Paman Sam, dijatuhi tarif sebesar 34 persen. Vietnam dikenai beban lebih besar lagi, yakni 46 persen. Indonesia pun ikut masuk radar, dengan tarif baru sebesar 32 persen—jauh lebih tinggi dari tarif normal yang biasanya di bawah 5 persen.
Dalam daftar tarif resiprokal tersebut, tidak semua negara dikenai bea masuk tinggi. Sejumlah negara seperti Inggris, Australia, dan Brasil justru tergolong dalam kelompok dengan tarif paling ringan. Ketiganya hanya dikenai tarif tambahan 10 persen sebagai bentuk penyesuaian atas surplus dagang bilateral, yang ditambah dengan tarif dasar 10 persen sehingga total bea masuk menjadi 20 persen.
Tarif ini tidak asal tetapkan. Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) mengklaim telah menyusun formula khusus untuk menghitung besaran tarif resiprokal. Rumus yang digunakan adalah:
Δτᵢ = (xᵢ - mᵢ) / (ε * φ * mᵢ)
Dengan kata lain, perubahan tarif dihitung berdasarkan selisih ekspor dan impor tiap negara terhadap AS, kemudian dibagi oleh dua variabel: elastisitas permintaan impor (ε) dan seberapa besar tarif memengaruhi harga (φ). Negara dengan surplus besar dinilai terlalu banyak mengambil keuntungan dari pasar AS, sehingga dikenai tarif yang lebih tinggi.
Dalam dokumen ringkasan USTR, nilai elastisitas (ε) ditetapkan 4, sementara tingkat pengaruh harga (φ) sebesar 0,25. Data perdagangan yang digunakan berasal dari tahun 2024. Dengan formula ini, tarif resiprokal yang dikenakan AS berkisar antara 10 persen hingga 99 persen. Jika dihitung berdasarkan bobot volume impor, rata-rata tarif global yang dikenakan berada di angka 41 persen.
Siapa yang paling terdampak dari kebijakan ini?
Tak mengherankan jika China menempati posisi teratas dalam daftar dengan tarif 34 persen. Menurut Gedung Putih, angka itu sebenarnya sudah “diberi diskon” dari nilai awal 67 persen. Vietnam—yang selama ini dianggap sebagai pelarian investor dari China—justru dikenai tarif lebih besar, yakni 46 persen dari hitungan awal 90 persen. Indonesia tak luput, dikenakan tarif 32 persen dari hitungan mentah 64 persen. AS menilai Indonesia masih punya banyak hambatan dagang non-tarif yang merugikan pelaku usaha asing.
Beberapa negara Asia lainnya juga masuk daftar tarif tinggi. Thailand dikenai tarif 36 persen, Malaysia 24 persen, dan Singapura dikenai tarif dasar 10 persen. Sementara itu, Bangladesh dijatuhi tarif 37 persen, Kamboja 49 persen, dan Sri Lanka 44 persen.(*)