Logo
>

PMI Manufaktur Anjlok, Masih Ada Pasar Ekspor Baru?

Ditulis oleh KabarBursa.com
PMI Manufaktur Anjlok, Masih Ada Pasar Ekspor Baru?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia menjadi sorotan utama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Setelah 34 bulan berturut-turut mengalami ekspansi, PMI kini memasuki level kontraksi, mendorong Jokowi untuk menginstruksikan para menteri dalam upaya mitigasi.

    "Saya ingin penyebab penurunan ini diteliti secara mendalam dan segera diatasi, karena tren ini sudah terlihat selama empat bulan terakhir," ujar Jokowi dalam sidang kabinet perdana di IKN pada Senin 12 Agustus 2024.

    Jokowi menekankan perlunya dorongan terhadap konsumsi produk lokal, kemudahan akses bahan baku domestik, dan perlindungan terhadap industri dalam negeri.

    Beliau juga mendorong pencarian pasar ekspor baru untuk mengatasi perlambatan ekonomi dari mitra dagang utama Indonesia. "Kita perlu mengeksplorasi pasar nontradisional dan menemukan potensi ekspor baru," tegas Jokowi.

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan bahwa penurunan PMI manufaktur disebabkan oleh berbagai faktor. Agus menggarisbawahi pentingnya sinergi kebijakan pemerintah untuk mendukung kinerja industri manufaktur.

    Ia yakin bahwa jika pemerintah segera melaksanakan kebijakan pro-industri, PMI manufaktur Indonesia dapat kembali mengalami pertumbuhan. "Kami percaya bahwa dengan kebijakan yang mendukung industri dalam negeri, PMI akan kembali ke posisi ekspansi," ujar Agus.

    Namun, Agus mengakui bahwa sektor manufaktur tengah menghadapi tantangan berat, termasuk isu logistik global yang merugikan. Ia mengingatkan agar para menteri tidak mengeluarkan kebijakan yang justru memperburuk keadaan industri.

    Menurut Agus, hasil survei PMI manufaktur bulan Juli 2024 menjadi cermin bagi para menteri dan pemangku kepentingan untuk memahami urgensi keselarasan langkah dan visi dalam membangun industri domestik.

    “Kemenperin tidak bisa berjalan sendiri dalam hal ini. Memelihara kinerja sektor manufaktur bukan hanya soal menjaga nilai tambah tetap dihasilkan di tanah air, tetapi juga melindungi ketersediaan lapangan kerja bagi rakyat Indonesia,” ungkap Agus.

    Sebagai informasi, S&P Global baru-baru ini merilis data PMI manufaktur Indonesia untuk Juli 2024 yang tercatat pada angka 49,3, turun dari angka 50,7 di bulan Juni 2024.

    Meskipun penurunan ini relatif kecil, angka tersebut menandai kontraksi pertama sejak Agustus 2021 setelah 34 bulan berturut-turut mengalami ekspansi.

    Penurunan PMI manufaktur pada Juli 2024 dipengaruhi oleh penurunan bersamaan dalam output dan pesanan baru. Permintaan pasar yang menurun menjadi faktor utama penyebab penurunan penjualan.

    Hasil survei menunjukkan bahwa produsen merespons kondisi ini dengan mengurangi sedikit aktivitas pembelian mereka pada bulan Juli, menandai penurunan pertama sejak Agustus 2021.

    Kinerja PMI Manufaktur Agustus 2024

    PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 tercatat pada angka 48,2, menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 49,3. Penurunan ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi, dengan angka PMI di bawah ambang batas 50 yang menandakan ekspansi.

    Penurunan PMI ini merupakan yang kedua berturut-turut, setelah bulan sebelumnya juga mengalami penurunan. Ini menandakan bahwa sektor manufaktur terus menghadapi tantangan.

    Penurunan PMI pada Agustus dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, terjadi penurunan dalam volume produksi, yang dipengaruhi oleh melemahnya permintaan pasar. Pengurangan dalam pesanan baru menunjukkan berkurangnya permintaan dari pelanggan. Produsen mengurangi aktivitas pembelian bahan baku sebagai respons terhadap penurunan permintaan dan output.

    Penurunan PMI ini mengindikasikan tantangan yang lebih luas dalam ekonomi Indonesia, khususnya dalam sektor industri. Hal ini dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di sektor manufaktur.

    Pemerintah dan pemangku kepentingan industri kemungkinan akan memantau situasi ini dengan cermat dan mempertimbangkan langkah-langkah untuk mendukung sektor manufaktur, seperti kebijakan pro-industri dan upaya untuk meningkatkan permintaan domestik dan ekspor.

    Kinerja PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 menunjukkan adanya tekanan signifikan pada sektor industri. Penurunan ini menggarisbawahi tantangan yang dihadapi oleh manufaktur dan kebutuhan untuk strategi yang efektif guna mendorong pemulihan dan pertumbuhan di masa depan.

    Sektor energi, terutama energi terbarukan, menunjukkan kinerja yang positif berkat investasi dalam proyek-proyek hijau. Sektor manufaktur juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun ada tantangan. Sektor otomotif dan elektronik mengalami pertumbuhan moderat, didorong oleh permintaan domestik dan ekspor yang stabil.

    Kenaikan biaya bahan baku dan energi mempengaruhi margin keuntungan perusahaan, terutama di sektor-sektor yang bergantung pada bahan baku impor. Perlambatan ekonomi global dan ketegangan perdagangan berdampak pada permintaan ekspor dari Indonesia, terutama untuk produk-produk manufaktur. Tantangan dalam infrastruktur dan logistik mempengaruhi efisiensi operasional dan biaya distribusi barang. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi