Logo
>

Ponsel jadi Penyebab Impor RI Melonjak

Ditulis oleh KabarBursa.com
Ponsel jadi Penyebab Impor RI Melonjak

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kenaikan signifikan impor Indonesia pada Juli mengejutkan pasar dan melebihi prediksi sebelumnya. Apa yang memicu lonjakan ini?

    Pada Kamis 15 Agustus 2024, Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa nilai impor Indonesia mencapai USD 21,74 miliar bulan lalu, melesat 11,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

    Angka tersebut mencerminkan perbaikan dari bulan Juni, ketika impor hanya tumbuh sebesar 7,58 persen. Diperkirakan impor justru akan terkontraksi sebesar 1,4 persen yoy. Secara bulanan (month-to-month/mtm), impor bahkan melonjak hingga 17,82 persen.

    “Jika kita telusuri lebih lanjut, komponen utama yang mendorong impor berasal dari kelompok mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, yang termasuk dalam kategori HS84. Selain itu, mesin dan perlengkapan elektrik, terutama smartphone yang termasuk dalam HS85, turut menjadi penyumbang signifikan," jelas Amalia dalam konferensi pers di Jakarta.

    Impor mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya tercatat mencapai USD 3,17 miliar pada Juli, melonjak 21,25 persen mtm dan 8,66 persen yoy. Sementara itu, impor mesin dan perlengkapan elektrik, termasuk smartphone, membukukan nilai USD 2,31 miliar, meningkat 16,38 persen mtm dan 2,13 persen yoy.

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan signifikan dalam ekspor dan impor pada April 2024. Total nilai ekspor pada bulan tersebut mencapai USD19,62 miliar, turun -12,97 persen secara bulanan (mtm) dibandingkan dengan Maret 2024 yang tercatat sebesar USD22,54 miliar.

    "Penurunan nilai ekspor pada April 2024 ini dipicu oleh melemahnya ekspor non-migas, terutama pada sektor logam mulia dan perhiasan/permata yang berkontribusi pada penurunan sebesar -2,12 persen. Kemudian, diikuti oleh sektor mesin dan perlengkapan elektrik dengan penurunan sebesar -1,44 persen serta kendaraan dan komponennya sebesar -0,77 persen," ujar Pudji Ismartini, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, dalam rilis resmi BPS pada Rabu, 15 Mei 2024 lalu.

    Pudji menjelaskan secara lebih mendetail bahwa ekspor non-migas mengalami penurunan sebesar -14,06 persen atau mencapai USD18,27 miliar pada Maret 2024, dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat angka USD21,25 miliar.

    Sementara itu, ekspor migas justru mengalami kenaikan sebesar 5,03 persen, mencapai nilai USD1,35 miliar, naik dari angka Maret 2024 yang berada di level USD1,29 miliar."Peningkatan ekspor migas ini ditopang oleh kenaikan nilai ekspor gas, dengan kontribusi sebesar 0,80 persen," jelasnya lebih lanjut.

    Jika dilihat dari sudut pandang tahunan, ekspor pada April 2024 justru mencatatkan kenaikan sebesar 1,72 persen secara year-on-year (yoy). Nilai ekspor pada April 2024 mencapai USD19,62 miliar, sedikit meningkat dibandingkan dengan Maret 2023 yang mencatatkan angka USD19,28 miliar.

    “Kenaikan tahunan ini disebabkan oleh peningkatan ekspor non-migas, terutama di sektor logam mulia, perhiasan/permata, besi dan baja, serta nikel dan produk turunannya,” tambah Pudji.

    Di sisi lain, nilai impor pada April 2024 juga mengalami penurunan tajam, mencapai USD16,06 miliar atau turun -10,60 persen secara bulanan, dibandingkan dengan Maret 2024 yang tercatat sebesar USD17,96 miliar.

    Secara lebih rinci, impor migas turun sebesar 11,01 persen menjadi USD2,96 miliar, dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat angka USD3,33 miliar. Sedangkan impor non-migas juga mencatat penurunan -10,51 persen secara bulanan, atau mencapai USD13,10 miliar dari bulan sebelumnya yang mencapai USD15,63 miliar.

    "Penurunan bulanan dalam nilai impor ini sebagian besar dipengaruhi oleh melemahnya impor non-migas, yang menyumbang penurunan sebesar -8,57 persen," ujar Pudji.Namun, jika dibandingkan secara tahunan, impor pada April 2024 justru mencatatkan peningkatan sebesar 4,62 persen yoy, naik dari angka USD15,35 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Secara rinci, impor migas dan non-migas masing-masing naik sebesar 0,18 persen dan 5,68 persen.

    “Kenaikan impor non-migas ini didorong oleh lonjakan impor komoditas gula dan kembang gula, logam mulia dan perhiasan/permata, serta kendaraan dan komponennya,” tutup Pudji.

    Kinerja Industri Ponsel Kuartal 1-2024

    Volume pengiriman ponsel di Indonesia pada kuartal I-2024 mencapai angka mengesankan, yakni 10 juta unit. Lonjakan ini mencerminkan pertumbuhan yang positif sebesar 27,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), dan kenaikan 11,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (QoQ). Menurut data dari IDC, momentum Ramadhan yang jatuh pada pertengahan Maret lalu menjadi faktor pendorong utama yang menggerakkan pasar ponsel dalam negeri.

    Seluruh segmen ponsel yang dijual di Indonesia mengalami pertumbuhan yang solid sepanjang Januari hingga Maret 2024. Menurut laporan IDC, segmen ponsel premium dengan harga di atas 600 dollar AS (sekitar Rp 9,58 juta) mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 12,8 persen YoY, dipimpin oleh Apple sebagai penggerak utama di kategori ini.

    Sementara itu, segmen kelas menengah (mid-range) dengan rentang harga 200 dollar hingga 600 dollar AS (sekitar Rp 3,1 juta - Rp 9,58 juta) mengalami lonjakan yang paling tajam, yakni mencapai 73,4 persen YoY. Pertumbuhan ini terjadi berkat lonjakan penjualan dari Apple, Samsung, Vivo, dan Xiaomi yang mendominasi segmen harga ini.

    Di sisi lain, segmen ponsel entry-level dengan harga di bawah 200 dollar AS (sekitar Rp 3,1 juta) juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,8 persen, dengan Transsion yang menjual merek Infinix, Tecno, dan iTel sebagai pemimpin pasar.

    Teknologi 5G kian diminati oleh konsumen Indonesia. Pangsa pasar ponsel 5G di tanah air tercatat melonjak signifikan dari 17,6 persen pada kuartal I-2023 menjadi 28,2 persen pada kuartal I-2024. IDC mencatat, pertumbuhan tajam ini ditopang oleh peluncuran model-model baru dari berbagai vendor. OPPO, Vivo, dan Xiaomi menjadi pendorong utama di sektor 5G, sementara Samsung terus mempertahankan dominasinya dengan penawaran 5G yang semakin meluas.

    Harga ponsel 5G di Indonesia juga kian terjangkau. IDC melaporkan bahwa harga jual rata-rata (ASP) ponsel 5G di Indonesia turun sebesar 21,3 persen YoY dan 23,4 persen QoQ, hingga mencapai rata-rata 469 dollar AS (sekitar Rp 7,4 juta) pada kuartal I-2024. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi