Logo
>

RI Ajak Jepang Perluas Investasi di Sektor Perdagangan

Total nilai perdagangan Indonesia - Jepang periode Januari - Maret 2025 mencapai USD 7,70 miliar

Ditulis oleh Hutama Prayoga
RI Ajak Jepang Perluas Investasi di Sektor Perdagangan
Aktifitas Bongkar Muat Ekspor Impor di Pelabuhan Peti Kemas Makassar. Foto: KabarBursa.com/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Indonesia tengah mengajak Jepang untuk memperluas investasinya di tanah air, khususnya di sektor perdagangan. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Perdagangan, Budi Santoso saat bertemu Menteri Negara Urusan Luar Negeri Jepang Miyaji Takuma pada Jumat, 16 Mei 2025 di Jeju, Korea Selatan. 

Budi menyatakan Indonesia mengundang Jepang untuk meningkatkan investasi di tanah air, khususnya di sektor perdagangan dan industri pendukung.

"Terkait hal tersebut, Indonesia terbuka untuk mendengarkan dan mencari solusi bersama untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif apabila terdapat hambatan atau kendala dalam proses investasi," ujar dia dalam keterangan tertulis, Sabtu, 17 Mei 2025.

Budi menyebut di tengah ketidakpastian global akibat tensi perang dagang, Indonesia akan terus memperluas jangkauan pasarnya ke negara-negara nontradisional sebagai strategi diversifikasi dan penguatan ketahanan ekonomi.

"Kami percaya, pendekatan kolaboratif dan terbuka adalah kunci untuk menjaga stabilitas perdagangan kawasan dan global," kata Mendag. 

Selain itu, Budi juga meminta dukungan Jepang pada proses aksesi Indonesia dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). 

"Indonesia meminta dukungan penuh Jepang agar Accession Working Group dapat segera terbentuk sehingga Indonesia bisa memulai proses negosiasi akses pasar, antara lain pada perdagangan barang, jasa, investasi, dan pengadaan pemerintah," pungkasnya. 

Perlu diketahui, total nilai perdagangan Indonesia - Jepang periode Januari - Maret 2025 mencapai USD 7,70 miliar. Sementara pada 2024, total nilai perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 35,67 miliar.

Adapun angka tersebut meliputi  nilai ekspor Indonesia ke Jepang sebesar USD 20,71 miliar dan impor sebesar USD 14,96 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus neraca perdagangan terhadap Jepang sebesar USD5,74 miliar.

Ekonomi Tumbuh 4,87 Persen: Investasi Masih Lemah?

Sebelumnya diberitakan, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I 2025. Pemerintah menyebut capaian ini sebagai bentuk ketahanan ekonomi nasional, meski tanda-tanda perlambatan dan ketimpangan antar sektor mulai terlihat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pemerintah tetap optimis meski menghadapi dinamika ekonomi global yang tidak mudah. 

“Di tengah tantangan perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang cukup resilien. Optimisme terus dijaga, didukung komitmen Pemerintah dengan memastikan APBN bekerja optimal dalam melindungi masyarakat, termasuk memastikan ekonomi tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 6 Mei 2025.

Adapun, pertumbuhan ekonomi triwulan I ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89 persen, didorong oleh libur tahun baru, pergeseran Ramadan dan Idulfitri ke awal tahun, serta daya beli masyarakat yang ditopang berbagai insentif fiskal. 

Pemerintah memberikan berbagai stimulus seperti THR, diskon tarif listrik dan tol, insentif PPN DTP untuk properti, dan PPh 21 DTP untuk sektor padat karya. Harga pangan juga dinilai tetap terkendali berkat peran Bulog dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga.

Namun, di sisi investasi, pertumbuhan tercatat terbatas hanya 2,12 persen. Investasi bangunan melambat, mencerminkan kinerja sektor konstruksi yang juga tumbuh terbatas di angka 2,18 persen. Selain itu, investasi mesin non-kendaraan juga mengalami perlambatan. 

Konsumsi Pemerintah bahkan terkontraksi 1,38 persen akibat basis data belanja yang tinggi pada triwulan I 2024, saat pemilu dan penyaluran bansos dipercepat karena dampak El Nino.

Ekspor tumbuh stabil 6,78 persen, terutama ditopang oleh kenaikan ekspor sawit dan besi baja. Dari sisi produksi, sektor pertanian menunjukkan lonjakan signifikan sebesar 10,52 persen berkat panen raya dan peningkatan permintaan selama Ramadan. 

Pemerintah mencatat produksi beras nasional pada awal 2025 tumbuh lebih dari 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan stok di Bulog mencapai 2,5 juta ton.

Sementara itu, sektor industri pengolahan tumbuh 4,55 persen didukung hilirisasi, dan sektor perdagangan tumbuh 5,03 persen. Mobilitas masyarakat yang meningkat turut mendorong sektor transportasi dan akomodasi tumbuh masing-masing 9,01 persen dan 5,75 persen. Sektor jasa informasi dan komunikasi juga mencatat pertumbuhan tinggi 7,72 persen, dipacu oleh adopsi teknologi digital dan AI.

Meski demikian, tidak semua sektor bergerak positif. Sektor pertambangan mengalami kontraksi akibat harga komoditas global yang melemah. 

Sektor konstruksi juga lesu, dipengaruhi oleh sikap wait and see investor. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan belum merata dan masih bergantung pada konsumsi serta insentif fiskal pemerintah.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.