Logo
>

RI dan Korsel Jalin Kerja Sama Dorong Industri 4.0 di Sektor Manufaktur

Ditulis oleh Harun Rasyid
RI dan Korsel Jalin Kerja Sama Dorong Industri 4.0 di Sektor Manufaktur

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan komitmennya mendorong akselerasi penerapan industri 4.0 di sektor manufaktur untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

    Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi mengatakan, percepatan transformasi digital untuk industri manufaktur butuh kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan terkait, baik di tingkat nasional maupun internasional.

    “Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan guna memastikan bahwa Indonesia dapat bersaing secara global dalam era digital ini,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Senin, 27 Januari 2025.

    Andi menyebutkan, industri 4.0 yang terbilang penting bagi sektor manufaktur membuat pemerintah meluncurkan berbagai inisiatif, salah satunya adalah 'Making Indonesia 4.0' yang bertujuan untuk mempercepat adopsi teknologi digital di sektor tersebut.

    “Namun tantangan besar tetap ada, termasuk kesiapan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia yang terampil, dan kesenjangan digital yang masih ada di beberapa daerah,” ungkapnya.

    Demi melewati tantangan tersebut, Kemenperin melakukan kerja sama bilateral dengan pemerintah Korea Selatan yang diwakilkan oleh International Economic Affairs Bureau, Ministry of Economy and Finance (MOEF) mengenai digitalisasi industri manufaktur di Indonesia.

    Langkah kerja sama bilateral ini dikukuhkan dengan penandatanganan Memorandum of Arrangement (MoA) pada 22 Januari 2025.

    Penandatanganan MoA dilaksanakan oleh Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakan Jasa Industri (POPTIKJI), Priyadi Arie Nugroho yang bertindak sebagai perwakilan Kemenperin, dengan Choi Dong Il selaku Director of Trade Policy Coordination Division yang menjadi perwakilan MOEF.

    Sementara itu, Kepala POPTIKJI, Priyadi, mengatakan bahwa pihaknya yakin terhadap penerapan konsep Smart Factory yang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas produksi, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar global.

    “Dengan pengalaman Korea Selatan yang telah lebih dahulu berhasil mengembangkan ekosistem smart factory, kami optimistis bahwa kolaborasi ini akan menjadi inspirasi, panduan berharga dan langkah awal dalam melakukan lompatan besar bagi industri manufaktur Indonesia dalam bertransformasi,” jelasnya.

    Sementara itu, Choi Dong Il juga merespok inisiatif kerja sama tersebut dengan dukungan berupa pengembangan pedoman smart factory dalam menopang digitalisasi industri manufaktur di Indonesia.

    Proyek ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing sektor manufaktur Indonesia, sekaligus mendorong kolaborasi antara perusahaan Korea Selatan dan Indonesia dalam menciptakan peluang bermitra di pasar dunia.

    “Kami berharap lebih banyak proyek baik seperti ini akan ditemukan di masa depan, dan proyek-proyek kerja sama ekonomi yang terkait dengan perdagangan akan terus memberikan peluang untuk memberi napas baru dalam hubungan perdagangan antara Korea dan Indonesia,” jelas Choi.

    Pada kesempatan yang sama, Direktur Akses Industri Internasional (AII) Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII), Dewi Muliana, kerja sama bilateral Indonesia dan Korea Selatan merupakan salah satu bentuk partisipasi aktif AII untuk melaksanakan tugasnya, sebagai koordinator dalam peningkatan implementasi kerja sama teknik di bidang industri dengan berbagai mitra strategis.

    Adapun tujuan kerja sama ini antara lain untuk meningkatkan daya saing industri, ekspor, investasi di dalam negeri, dan keikut sertaan dalam rantai suplai global.

    “Kerja sama dengan Korea Selatan yang dijajaki melalui penyampaian proposal The Digitalization of The Manufacturing Industry in Indonesia oleh POPTIKJI ini, diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di sektor industri manufaktur di Indonesia melalui penyusunan panduan untuk smart factory, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor industri manufaktur di Indonesia,” ujar Dewi.

    Strategi Tingkatkan Ekspor ke Korea Selatan

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendukung pertemuan pengusaha Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) di berbagai forum bisnis. Dukungan ini bertujuan untuk meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Korsel.

    Pertemuan pengusaha ini, juga akan mendukung program-program prioritas dari Kemendag seperti perluasan pasar ekspor dan peningkatan UMKM BISA Ekspor.

    Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi dalam ASEAN-Korea Trade and Investment Facilities Mission to Indonesia, di Jakarta, Senin, 20 Januari 2025.

    Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara ASEAN Korea Center (AKC) bersama Korean Importers Association (Koima), Kemendag, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul, dan dukungan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

    Forum ini dihadiri 60 pelaku usaha Indonesia dan 11 pelaku usaha dari Korsel. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Usaha Ad Interim KBRI Seoul Zelda Wulan Kartika, Ketua Asosiasi Importir Korea Kim Byung Kwan, dan Kepala Unit Perdagangan dan Investasi ASEAN-Korea Center Win Min Phyoe.

    Lebih lanjut, Puntodewi mengaku cukup optimis dengan program UMKM BISA Ekspor yang dianggap dapat menumbuhkan pasar ekspor produk lokal ke Korsel.

    “Kegiatan ini juga bermanfaat bagi implementasi peningkatan ekspor Kemendag RI. Kami harap, hasilnya bagus dan ekspor kita ke Korea Selatan dapat meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima kabarbursa.com, Senin, 20 Januari 2025.

    Puntodewi mengatakan, hingga saat ini Korsel merupakan salah satu mitra ekonomi penting bagi Indonesia khususnya di wilayah Asia Timur.

    Dari catatan Kemendag, hubungan perdagangan dan investasi Indonesia dengan Negeri Ginseng ini telah berkembang pesat selama bertahun-tahun. Pada periode Januari hingga November 2024, total perdagangan kedua negara mencapai USD18,37 miliar.

    Sehingga sejauh ini, kerja sama bisnis antara Indonesia dan Korsel telah berjalan seimbang serta saling menguntungkan.

    “Perdagangan yang seimbang ini menunjukkan bagaimana Indonesia dan Korea Selatan tumbuh bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama,” tutup Puntodewi. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.