KABARBURSA.COM - Saham perusahaan asuransi Amerika Serikat (AS) anjlok pada Jumat, 11 Januari 2025, setelah analis memprediksi kerugian yang ditanggung akibat kebakaran hebat di Los Angeles bisa mencapai USD20 miliar (sekitar Rp306 triliun dengan kurs Rp16.000). Jika angka ini benar, kebakaran tersebut akan menjadi bencana termahal dalam sejarah California.
Meski angin kencang yang memperparah kebakaran sempat mereda dan membantu petugas memadamkan api, prakiraan cuaca menyebutkan angin kencang bisa kembali melanda akhir pekan ini.
J.P. Morgan menggandakan proyeksi kerugian asuransi menjadi lebih dari USD20 miliar (sekitar Rp306 triliun). Sementara itu, Wells Fargo memprediksi jumlah yang sama dan memperkirakan total kerugian ekonomi akibat bencana ini bisa melampaui USD60 miliar (sekitar Rp918 triliun).
Untuk memberikan stabilitas di tengah kehancuran ini, Komisioner Asuransi California, Ricardo Lara, memberlakukan moratorium selama satu tahun. Kebijakan ini menghentikan pembatalan dan penghentian polis oleh perusahaan asuransi. Lara juga meminta perusahaan asuransi menangguhkan pembatalan polis yang telah diterbitkan sebelum kebakaran terjadi.
“Fokus utama saya sekarang adalah memastikan korban kebakaran mendapatkan manfaat asuransi mereka secepat mungkin,” tegas Lara dalam konferensi pers yang dikutip Reuters, Jumat, 10 Januari 2025.
Wilayah Pacific Palisades, salah satu kawasan paling mahal di Amerika Serikat yang dihuni para selebritas dan rumah mewah bernilai jutaan dolar, sebelumnya memiliki biaya asuransi yang tergolong murah. Namun, biaya ini diperkirakan melonjak pasca-bencana serta karena regulasi baru yang diberlakukan akhir tahun lalu.
Morningstar DBRS mencatat, meskipun perusahaan asuransi besar di AS berada dalam kondisi keuangan yang baik, pasar asuransi properti di California tetap penuh tantangan. Banyak perusahaan mempertimbangkan untuk menarik produk mereka atau bahkan keluar sepenuhnya dari pasar asuransi properti California.
Pada perdagangan Jumat, indeks S&P Insurance Select Industry (.SPSIINS) turun hingga 3,2 persen.
Kerugian Makin Meningkat
[caption id="attachment_112049" align="alignnone" width="1200"] Orang-orang berpelukan saat mereka kembali ke rumah mereka setelah terbakar di tengah Kebakaran Eaton di Altadena, 9 Januari. Foto: REUTERS/Ringo Chiu[/caption]
Kebakaran hebat yang melalap kawasan ikonis Los Angeles dan merangsek hingga Hollywood Hills telah merenggut 10 korban jiwa dan menghancurkan hampir 10.000 bangunan. Penyebab kebakaran masih belum diketahui secara pasti dan tengah dalam proses penyelidikan.
Menurut laporan pejabat pemadam kebakaran California pada Kamis, 9 Januari 2025, setidaknya ada lima kebakaran besar yang melanda wilayah tersebut:
Palisades: Kebakaran pertama yang muncul pada Selasa ini menjadi yang terbesar di kawasan itu dan berpotensi menjadi kebakaran paling merusak dalam sejarah California. Api telah menghanguskan hampir 20.000 hektare, termasuk wilayah elit Pacific Palisades. Hingga Kamis malam, kebakaran ini baru bisa dikendalikan sekitar 6 persen.
Eaton: Kebakaran ini terjadi di bagian utara Los Angeles, termasuk wilayah seperti Altadena. Dengan luas wilayah terdampak hampir 14.000 hektare, kebakaran ini menjadi yang terbesar kedua di daerah tersebut dan masih belum dapat dikendalikan.
Hurst: Berlokasi di sebelah utara San Fernando, api mulai berkobar pada Selasa malam dan meluas hingga mencakup 670 hektar. Namun, petugas pemadam kebakaran telah mulai mengendalikan situasi.
Lidia: Kebakaran ini muncul pada Rabu sore di daerah pegunungan Acton, sebelah utara Los Angeles, dan membakar sekitar 350 hektare. Pihak berwenang melaporkan api sudah dapat dikendalikan hingga 60 persen.
Kenneth: Kebakaran terbaru ini terjadi pada Kamis di perbatasan Los Angeles dan Ventura. Hingga saat ini, api telah melahap sekitar 1.000 hektare.
Lembaga peramal cuaca swasta, AccuWeather, memperkirakan kerugian ekonomi dan kerusakan akibat kebakaran ini mencapai USD135 miliar hingga USD150 miliar (sekitar Rp2.067 triliun hingga Rp2.296 triliun). Angka tersebut menjadi pertanda bahwa proses pemulihan akan berlangsung lama. Ini belum menghitung lonjakan premi asuransi properti.
“Butuh waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk menentukan total kerugian yang ditanggung asuransi. Namun, kebakaran Los Angeles ini kemungkinan menjadi salah satu yang termahal dalam sejarah California,” tulis Moody’s Ratings dalam laporannya.
Raymond James memperkirakan kerugian yang ditanggung asuransi berada di kisaran USD11 miliar hingga USD17,5 miliar (sekitar Rp168 triliun hingga Rp268 triliun). Ia juga memprediksi bencana ini bisa menjadi kebakaran hutan termahal dalam sejarah AS. Sementara itu, analis Morningstar DBRS memperkirakan angka kerugian lebih dari USD8 miliar (sekitar Rp122 triliun).
“Perusahaan asuransi utama di AS secara signifikan telah mengurangi cakupan mereka di California karena risiko kebakaran hutan yang mahal dan sulit diprediksi, ditambah regulasi ketat dalam penetapan harga premi,” ungkap analis Jefferies dalam laporannya.
Kerugian akibat bencana alam terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan menggerus keuntungan perusahaan asuransi karena tingginya pembayaran klaim atas kerusakan properti, gangguan bisnis, dan tuntutan hukum.
Bencana alam yang kian parah dan sering memaksa industri asuransi untuk mundur dari wilayah berisiko tinggi, terutama Florida dan California.
Saham perusahaan asuransi besar pun terjungkal. Saham Travelers turun 4 persen pada perdagangan kemarin sore. Perusahaan asuransi multi-lini berbasis di Los Angeles, Mercury General, merosot 22 persen. Sementara Allstate anjlok 7 persen. Saham Chubb dan AIG juga ikut tertekan masing-masing 4 persen dan 1,3 persen.
Mercury General mengungkapkan pada Jumat bahwa mereka masih membutuhkan waktu untuk menghitung total kerugian. Namun, mereka memperkirakan kerugian akibat kebakaran ini akan melebihi batas cakupan reasuransi sebesar USD150 juta (sekitar Rp2,3 triliun).
Badai kerugian tak hanya terjadi di AS. Saham perusahaan asuransi Eropa seperti Beazley, Lancashire, dan Hiscox masing-masing merosot antara 3 persen hingga 5,7 persen.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.