KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan kinerja beberapa industri padat karya pada kuartal III-2024 masih menunjukkan pertumbuhan, meski sektor industri Indonesia menghadapi berbagai masalah.
“Meski beberapa industri padat karya tumbuh cukup baik, ada sejumlah masalah yang harus segera diselesaikan,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 13 November 2024.
Dia memaparkan, berdasarkan data yang ada, industri padat karya menunjukkan pertumbuhan yang positif. Contohnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 7,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), industri alas kaki mengalami kenaikan 10,1 persen, dan industri furnitur mencatatkan pertumbuhan 6,8 persen yoy pada kuartal III-2024.
Meski begitu, ia tidak menampik adanya sejumlah tantangan, terutama terkait dengan penutupan pabrik di sektor-sektor tersebut.
Namun, Sri Mulyani menekankan, meski sektor padat karya masih menunjukkan angka pertumbuhan yang positif, hal tersebut tidak serta-merta mencerminkan kondisi riil industri secara keseluruhan.
"Meskipun ada angka yang tampak besar, kita harus hati-hati agar tidak salah interpretasi, karena bisa menyesatkan,” ucap Sri Mulyani.
Menurut laporan dari S&P Global menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia, yang diukur melalui Purchasing Managers' Index (PMI), berada pada angka 49,2 untuk bulan Oktober. Angka ini menyebutkan bahwa aktivitas manufaktur Indonesia masih terkontraksi, karena PMI di bawah 50 mengindikasikan penurunan dalam aktivitas ekonomi.
Kondisi ini sudah berlangsung selama empat bulan berturut-turut, sejak Juli 2024. Menurut S&P Global, meskipun keyakinan terhadap prospek ekonomi secara umum masih ada, namun tingkat optimisme merosot ke level terendah dalam empat bulan terakhir.
Selain itu, data dari Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) mengungkapkan bahwa hampir 15.500 pekerja di sektor TPT telah menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 9 September 2024.
PHK ini terkait dengan penutupan pabrik-pabrik dan upaya efisiensi dari sejumlah pelaku industri pertekstilan.
Presiden KSPN Ristadi menyebutkan bahwa sejak awal 2024, sudah ada 15.415 anggota KSPN yang terdampak PHK, terutama akibat penutupan pabrik di sektor tekstil.
Sritex Rumahkan 2.500 Karyawannya
Sementara itu, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer dijadwalkan untuk mengunjungi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) pada Jumat, 15 November besok untuk memastikan bahwa perusahaan tekstil yang tengah menghadapi masalah kebangkrutan tersebut tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
“Saya akan pastikan tidak ada PHK di Sritex Jumat besok, karena hal ini sangat penting,” kata Immanuel dalam konferensi pers di kantor Kementerian Ketenagakerjaan di Jakarta, Rabu, 13 November 2024.
Sebelumnya, pada 28 Oktober lalu, Noel, panggilan akrabnya, juga telah melakukan kunjungan serupa untuk memastikan tidak ada PHK di Sritex, sebagai tindak lanjut dari instruksi Presiden Prabowo Subianto. Namun, belakangan muncul kabar bahwa perusahaan tersebut justru memecat ribuan pekerjanya.
[caption id="attachment_99493" align="aligncenter" width="792"] SRITEX - Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer dijadwalkan untuk mengunjungi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) pada Jumat, 15 November besok untuk memastikan bahwa perusahaan tekstil yang tengah menghadapi masalah kebangkrutan tersebut tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. (Foto: Int)[/caption]
Menanggapi hal tersebut, Presiden Komisaris Sritex Iwan Kurniawan Lukminto dengan tegas membantah kabar terkait PHK massal. Kata dia, perusahaannya tidak memberhentikan satu pun karyawan meski tengah mengalami proses kepailitan.
“Hingga sekarang ini, Sritex tidak melakukan PHK. Tidak ada satu pun karyawan yang diberhentikan meskipun dalam status kepailitan,” tegas Iwan di kesempatan yang sama.
Namun dia mengaku bahwa Sritex memang terpaksa meliburkan sekitar 2.500 karyawan akibat gangguan pada proses produksi. Hal ini disebabkan oleh kesulitan pasokan bahan baku yang terkendala pada aspek administrasi.
Katanya, saat ini pasokan bahan baku yang tersedia hanya cukup untuk tiga minggu ke depan.
“Kami hanya meliburkan sekitar 2.500 karyawan karena ada kekurangan bahan baku,” ungkap Iwan.
Iwan juga tidak menutup kemungkinan jumlah karyawan yang diliburkan akan meningkat tergantung pada keputusan kurator dan hakim pengawas terkait kelanjutan operasi perusahaan.
Sritex Ajukan Kasasi ke MA
Sebelumnya, Sritex telah secara resmi mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) pasca Pengadilan Negeri Niaga Semarang mengeluarkan putusan pailit terhadap perusahaan tersebut.
Langkah ini diambil menyusul permohonan pembatalan perdamaian dari PT Indo Bharat Rayon, salah satu kreditur, yang menilai Sritex dan tiga perusahaan terkait tidak memenuhi kewajiban pembayaran utang.
Manajemen Sritex menegaskan bahwa pengajuan kasasi ini merupakan komitmen perusahaan terhadap semua pemangku kepentingan, termasuk kreditur, pelanggan, karyawan, dan pemasok.
“Kami menghormati putusan hukum dan segera melakukan konsolidasi internal serta dengan para pemangku kepentingan,” kata Sritex, Jumat, 25 Oktober 2024.
Kasasi diajukan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah pailit secara baik dan melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.