KABARBURSA.COM - Perum Bulog memastikan stok beras nasional dalam kondisi aman menjelang bulan Ramadan dan Idulfitri. Direktur Utama Perum Bulog, Mayor Jenderal TNI Novi Helmy Prasetya, mengatakan sampai 27 Februari 2025, stok beras yang dikuasai mencapai 1.951.975 ton.
“Bulan puasa Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, Bulog menguasai stok komoditas pangan penugasan, yaitu beras sejumlah 1.951.975 ton per tanggal 27 Februari 2025,” kata Novi dalam rapat bersama Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Senin, 3 Maret 2025.
Dari total stok tersebut, 1.901.024 ton merupakan beras medium atau beras PSO penugasan, sedangkan 50.951 ton lainnya adalah beras premium komersial. Stok ini tersebar di 26 kantor wilayah dan 477 kompleks pergudangan di seluruh Indonesia. Selain beras, Bulog juga menyimpan komoditas lain seperti tepung terigu, minyak goreng, gula pasir, dan telur sebagai bagian dari bisnis komersialnya.
“Dengan jumlah stok tersebut yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, maka Bulog bertekad untuk dapat mengendalikan harga sesuai dengan penugasan pemerintah,” ujar Novi Helmy.
Untuk meredam lonjakan harga, Bulog menjalankan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sebanyak 150 ribu ton beras disiapkan dalam program ini yang berlaku mulai 24 Februari hingga 29 Maret 2025. Dalam praktiknya, Bulog menggandeng berbagai pihak untuk mendistribusikan beras SPHP.
Pasar murah digelar di titik layanan PT Pos di seluruh Indonesia, sedangkan para pedagang dan pengecer juga ikut menyalurkan stok. Jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) binaan Bulog turut ambil bagian, bersama dengan Gerakan Pangan Murah yang bekerja sama dengan pemerintah daerah.
Novi menambahkan, Bulog juga mengerahkan Satuan Tugas Pengendali Harga dan bersinergi dengan BUMN Pangan untuk memastikan program ini berjalan efektif.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, sebelumnya mengusulkan pembentukan Bulog mini di setiap kabupaten/kota sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga pangan. Menurutnya, selama ini pemerintah terlalu bergantung pada operasi pasar, yang hanya menjadi solusi sementara.
“Jangan sampai pangan ini nanti menjadi indikator yang kalau daya beli masyarakat turun, bisa mengakibatkan melemahnya perekonomian dan pertumbuhan perekonomian secara nasional,” kata Riyono dalam diskusi bertema Dialektika Demokrasi bertema Menjaga Stabilitas Harga Pangan Jelang Ramadan di Gedung Nusantara I, DPR RI, Kamis, 27 Februari 2025, lalu.
Dengan anggaran Rp16 triliun yang tersedia di Badan Pangan Nasional untuk menyerap 3 juta ton beras, ia berharap pemerintah bertindak cepat agar tidak muncul kepanikan menjelang Ramadan. Selain itu, politikus Partai Keadilan Sejahtera ini menekankan pentingnya langkah konkret untuk menjaga stabilitas harga pangan. Tren tahunan menunjukkan harga bahan pokok selalu naik menjelang puasa.
“Dinamika ini selalu terjadi setiap tahun. Namun, yang perlu kita pastikan adalah bagaimana pemerintah hadir untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pangan,” katanya.
Riyono pun menyoroti kenaikan harga pangan bukan hanya soal stok, tetapi juga karena daya beli masyarakat yang melemah dan kebijakan harga yang sering terlambat diambil. Dari hasil pemantauan Komisi IV DPR di beberapa daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, ditemukan bahwa harga beras, minyak goreng, cabai, ayam, dan ikan terus merangkak naik.
Harga beras Bulog, misalnya, berada di kisaran Rp12.000–13.000 per kilogram, sementara harga ayam potong naik dari Rp35.000 menjadi Rp38.000 per kilogram. Riyono juga menyoroti peran Bulog yang dinilai masih terlalu kecil untuk benar-benar mengendalikan harga di pasar. Saat ini, Bulog hanya menguasai sekitar 3–5 persen peredaran beras nasional sehingga dampaknya terhadap stabilitas harga belum optimal.
“Bulog harus lebih diperkuat. Jangan sampai hanya menjadi pemain kecil di pasar,” katanya.
Panen Raya Dimulai, Bulog Tetap Serap Gabah
Meski Ramadan biasanya jadi periode melambatnya aktivitas, Bulog memastikan penyerapan gabah petani tetap berjalan optimal. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, A. Widiarso, mengatakan serapan gabah tak akan terhambat.
“Bulog tetap melaksanakan penugasan pemerintah yaitu penyerapan gabah dan beras hasil panen petani dalam negeri,” kata Widiarso.
Dengan panen raya yang mulai berjalan, Bulog aktif mengkampanyekan program pembelian gabah kering panen (GKP) petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. Pemerintah berharap harga ini bisa menguntungkan petani sekaligus menjaga stabilitas pasokan beras di tengah lonjakan permintaan menjelang Lebaran. “Ini adalah bentuk nyata kehadiran pemerintah dalam menyejahterakan petani,” ujarnya.
Tahun ini, Bulog mendapat mandat menyerap 3 juta ton gabah setara beras. Agar penyerapan maksimal, Bulog bekerja sama dengan Dinas Pertanian, kelompok tani, gabungan kelompok tani, penggilingan, serta TNI-Polri.
Selain menjaga harga petani, penyerapan gabah ini juga memastikan stok beras nasional tetap aman hingga Lebaran. Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan cadangan beras pemerintah (CBP) maupun hasil pembelian gabah domestik dalam kondisi cukup. “Untuk saat ini total stok beras yang dikuasai Perum Bulog kurang lebih sebanyak 1,9 juta ton,” kata Suyamto.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengatakan Bulog mampu menyerap 2 juta ton beras dalam negeri hingga April 2025. “Februari, Maret, April harus mampu menyerap di atas 2 juta ton secara bertahap,” kata Zulhas dalam jumpa pers di Jakarta beberapa waktu lalu.
Serapan ini dianggap penting untuk menjaga pasokan dan harga tetap stabil di tengah dinamika global. Dengan stok mendekati 2 juta ton dan strategi distribusi yang agresif, Bulog optimistis bisa melewati Ramadan dan Idulfitri tanpa gejolak harga beras yang berarti.(*)