KABARBURSA.COM - Saham PT Chandra Daya Investasi (CDIA) kembali menjadi sorotan setelah mencatatkan pergerakan yang sangat fluktuatif. Pada perdagangan terakhir, harga sahamnya ditutup melemah 4,59 persen ke level Rp1.560 per saham.
Pelemahan ini terjadi setelah sebelumnya saham sempat menyentuh level tertinggi harian Rp1.650, namun kemudian tertekan hingga ke titik terendah di Rp1.560.
Meski begitu, jika ditarik lebih panjang, performa CDIA masih spektakuler: dalam sebulan terakhir harga sahamnya telah melesat 60 persen, bahkan secara year-to-date melonjak lebih dari 721 persen, dari Rp256 di awal tahun hingga menyentuh puncak di Rp2.100.
Lonjakan luar biasa ini menandakan minat pasar yang tinggi, meski dibayangi risiko volatilitas ekstrem.
Mengutip data Stockbit, Senin, 18 Agustus 2025, dari sisi fundamental, valuasi CDIA memang tampak cukup mahal. Price to Earnings (PE) Ratio yang diannualisasi berada di level 401 kali, jauh di atas median PE IHSG yang hanya 8,58 kali. Price to Book Value (PBV) juga mencapai 18,56 kali, menunjukkan harga sahamnya diperdagangkan jauh di atas nilai buku.
Dengan rasio valuasi seperti ini, CDIA praktis masuk ke kategori saham berisiko tinggi karena investor membayar sangat mahal untuk prospek masa depan. Namun, ada faktor yang menarik, yaitu CDIA mencatatkan laba signifikan pada 2024 sebesar Rp484 miliar, melonjak drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp3 miliar.
Lompatan laba ini membuat net profit margin kuartalan mencapai hampir 30 persen, serta YoY net income growth yang menembus 17.000 persen. Angka tersebut menandakan adanya titik balik yang dramatis dalam kinerja perseroan, meski belum tentu berkelanjutan.
Di sisi keuangan, kondisi neraca CDIA terbilang cukup sehat. Total ekuitas mencapai Rp10,49 triliun, dengan current ratio 9,01 kali dan quick ratio 8,97 kali, mencerminkan likuiditas yang sangat kuat.
Rasio utang terhadap ekuitas hanya 0,45 kali, sementara kas kuartalan mencapai Rp2,9 triliun. Namun, arus kas operasional masih negatif dengan free cash flow kuartalan minus Rp1,1 triliun, yang menandakan perusahaan masih menghadapi tekanan pada manajemen kas meskipun di atas kertas memiliki likuiditas tinggi.
Sementara itu, mengutip data Investing, jika menilik sisi teknikal, saham CDIA berada dalam kondisi yang sangat menarik sekaligus berisiko. Rangkuman indikator teknikal menunjukkan sinyal “Beli”, dengan dukungan kuat dari moving average yang semuanya konsisten memberikan rekomendasi beli dari MA5 hingga MA200.
Indikator MACD juga positif, sementara Williams %R dan Ultimate Oscillator mengonfirmasi momentum bullish. Namun, ada catatan penting: RSI berada di level 100, yang berarti saham ini sudah berada di zona jenuh beli (overbought) ekstrem.
Indikator stochastic pun menampilkan sinyal jenuh jual (oversold), memperlihatkan adanya tarik-menarik antara tekanan jual jangka pendek dan tren naik jangka menengah. Volatilitas pun tinggi dengan ATR mencapai 183 poin, sehingga fluktuasi harga berpotensi sangat tajam.
Valuasi Tinggi, Perhatikan Risikonya
Melihat semua data tersebut, CDIA dapat disebut sebagai saham momentum yang sedang diperdagangkan dengan valuasi premium. Bagi investor dengan profil risiko agresif, saham ini bisa menjadi peluang spekulatif jangka pendek karena tren teknikal masih mendukung.
Namun, investor konservatif harus berhati-hati, sebab valuasi yang terlalu tinggi dan ketidakpastian arus kas operasional bisa menjadi faktor risiko serius.
Strategi terbaik adalah melakukan pembelian secara bertahap dengan disiplin cut loss jika harga turun di bawah Rp1.500, sambil mengatur target jual di area Rp1.900–Rp2.000 yang berdekatan dengan level ARA.
Untuk jangka panjang, sebaiknya menunggu konfirmasi konsistensi kinerja keuangan, terutama keberlanjutan laba dan perbaikan arus kas, sebelum menempatkan dana besar.
Dengan kata lain, CDIA memang pantas masuk radar investor, tetapi lebih cocok diperlakukan sebagai saham momentum berisiko tinggi. Bagi yang ingin masuk, lakukan dengan strategi trading yang disiplin, bukan dengan orientasi investasi jangka panjang hingga fundamentalnya lebih solid.(*)