Logo
>

Empat Bank Beri Keringanan 80 Persen buat Utang KRAS, DER Masih Tinggi

Krakatau Steel (KRAS) dapat keringanan 80 persen dari empat bank swasta, tapi DER masih tinggi dan rugi belum tertahan.

Ditulis oleh Syahrianto
Empat Bank Beri Keringanan 80 Persen buat Utang KRAS, DER Masih Tinggi
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) resmi memperoleh keringanan utang dari empat bank swasta melalui skema penyelesaian kewajiban dipercepat. (Foto: Dok. Krakatau Steel)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) resmi memperoleh keringanan utang dari empat bank swasta melalui skema penyelesaian kewajiban dipercepat dengan potongan pokok hingga 80 persen. 

    Langkah ini menjadi bagian dari restrukturisasi lanjutan yang ditempuh perseroan untuk menekan beban keuangan dan memperbaiki arus kas operasional yang masih ketat.

    Dalam keterbukaan informasi, manajemen Krakatau Steel menjelaskan bahwa total kewajiban yang diselesaikan dalam transaksi ini mencapai Rp248,24 miliar dan USD159,06 juta. 

    Dari nilai tersebut, perseroan hanya membayar Rp49,64 miliar dan USD31,81 juta kepada empat bank swasta, sementara sisanya dihapus sebagai keringanan pokok dan penghapusan bunga serta denda sebesar Rp112,92 miliar dan USD18,75 juta.

    Dengan penyelesaian ini, total utang restrukturisasi Krakatau Steel berkurang sekitar USD174,29 juta dari total USD1,39 miliar atau turun 12,5 persen. 

    “Dengan penurunan outstanding utang restrukturisasi, beban bunga perseroan akan turun dan tekanan terhadap arus kas di masa depan dapat berkurang,” tulis Corporate Secretary KRAS, Fedaus, dalam keterangannya.

    Krakatau Steel, sambung Fedaus, menyebut langkah ini sebagai bagian dari transformasi menyeluruh untuk memperkuat struktur keuangan dan mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan berbunga tinggi. 

    Selain itu, kesepakatan ini dinilai sebagai bentuk kepercayaan perbankan terhadap restrukturisasi jangka panjang perusahaan baja pelat merah tersebut.

    Meski demikian, posisi keuangan Krakatau Steel masih jauh dari ideal. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2025, total liabilitas perseroan mencapai USD2,53 miliar, sementara ekuitas hanya USD377,7 juta. Dengan rasio utang terhadap ekuitas (DER) sekitar 6,7 kali, beban keuangan perseroan masih tergolong berat.

    Rugi bersih semester I 2025 tercatat sebesar USD105,38 juta, memburuk dibanding rugi USD60 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kas dan setara kas juga menyusut dari USD100,3 juta pada akhir 2024 menjadi USD63,58 juta pada pertengahan 2025.

    Sebelumnya, Krakatau Steel juga tengah mengajukan dukungan dana sebesar USD500 juta ke Danantara. 

    Dukungan ini akan dikucurkan sebagian melalui Pinjaman Pemegang Saham (PPS) senilai USD250 juta untuk kebutuhan bahan baku pabrik Hot Strip Mill (HSM) dan Cold Rolling Mill (CRM), serta tambahan pendanaan restrukturisasi hingga USD500 juta setelah ada kesepakatan lanjutan dengan perbankan.

    Langkah kombinatif antara keringanan utang dari bank dan pembiayaan dari Danantara menjadi upaya perusahaan menjaga keberlangsungan produksi baja di tengah ketatnya likuiditas. 

    Dalam jangka pendek, manajemen memperkirakan tambahan dukungan pembiayaan dapat menaikkan EBITDA sekitar USD31,9 juta per tahun.

    Dari sisi operasional, Krakatau Steel mencatat pendapatan triwulan II 2025 sebesar USD460,83 juta atau Rp7,48 triliun dengan laba kotor USD33,97 juta dan margin 7,37 persen. Beban usaha berhasil ditekan 16 persen menjadi USD47,6 juta. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.