KABARBURSA.COM - Pengembangan industri otomotif nasional diproyeksikan menjadi penggerak besar penciptaan lapangan kerja di Tanah Air. Lebih dari 1,1 juta tenaga kerja berpotensi terserap, terdiri atas 100 ribu pekerja langsung dan 1 juta tenaga kerja tidak langsung yang tersebar di sepanjang rantai nilai industri.
Pemerintah menargetkan sektor ini menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional, dengan potensi kontribusi mencapai USD25 miliar. Dalam acara Tiga Juta Ekspor bagi Indonesia, Perjalanan Tumbuh Bersama Membangun Kesejahteraan Bangsa yang digelar PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Karawang, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan komitmen pemerintah memperkuat daya saing industri otomotif melalui ekspor dan penguasaan teknologi mutakhir seperti semikonduktor dan kecerdasan artifisial (AI).
“Kita perlu memperluas penetrasi mobil produksi nasional di pasar global,” ujar Airlangga. Tahun lalu nilai ekspor mobil Indonesia menembus USD6 miliar. Hingga Agustus 2025, ekspor kendaraan roda empat telah mencapai 375 ribu unit, dan Gaikindo menargetkan angka 500 ribu unit hingga akhir tahun.
Keberhasilan TMMIN menembus ekspor kumulatif 3 juta unit kendaraan menjadi tonggak bersejarah industri otomotif nasional. Sejak pengiriman perdana ke Brunei Darussalam pada 1987, mobil buatan Indonesia kini melaju di lebih dari 100 negara, dari Asia hingga Amerika Latin, melintasi Timur Tengah dan Afrika.
Airlangga menambahkan, Presiden Prabowo Subianto juga aktif membuka akses pasar baru bagi ekspor otomotif Indonesia, termasuk melalui keikutsertaan dalam blok perdagangan CP-TPP. Salah satu potensi terbesar datang dari Meksiko, negara yang sebelumnya menerapkan trade-in quota. “Kami berharap ekspor mobil Indonesia ke Meksiko meningkat signifikan dalam dua tahun ke depan,” katanya.
Saat ini, produksi mobil Toyota Indonesia rata-rata mencapai 300 ribu unit per tahun, didukung oleh rantai pasok domestik yang kuat. Ekosistem ini mencakup sekitar 540 pemasok tier 2 dan 240 pemasok tier 1, yang melibatkan industri baja, plastik, ban, kaca, hingga komponen otomotif.
Kontribusi sektor alat angkutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2024 mencapai 1,40% secara langsung, dan berdampak hingga 6% secara tidak langsung berkat panjangnya rantai nilai dari hulu ke hilir.
Lebih jauh, Airlangga menyoroti pentingnya penguasaan teknologi semikonduktor dan AI sebagai fondasi daya saing jangka panjang. Dunia kini memasuki fase baru integrasi AI dalam kendaraan. Diperkirakan 90% mobil baru global pada 2025 akan dilengkapi fitur AI terintegrasi. Nilai pasar sistem AI untuk Advanced Driver-Assistance Systems (ADAS) saja diproyeksikan mencapai USD95 miliar pada 2030.
Airlangga juga menegaskan bahwa Presiden Prabowo telah menginstruksikan penguatan ekosistem semikonduktor nasional. Beberapa produsen sudah beroperasi di Indonesia, termasuk Infineon, yang menjadi salah satu pionir dalam rantai pasok teknologi tinggi Tanah Air.(*)