Logo
>

Reli Harga Emas Terhenti di Hari Pembukaan Pemerintahan AS

Koreksi tajam harga emas memunculkan tanda bahwa reli tiga pekan terakhir rapuh, terseret aksi jual lintas aset dan ketidakpastian arah suku bunga Federal Reserve.

Ditulis oleh Yunila Wati
Reli Harga Emas Terhenti di Hari Pembukaan Pemerintahan AS
Ilustrasi cincin platinum. Foto: Itshot.

KABARBURSA.COM - Harga emas global kembali menunjukkan betapa rentannya logam mulia ketika pasar memasuki fase “normalisasi paksa” setelah gejolak politik di Amerika Serikat mereda. Penurunan 1 persen pada perdagangan Jumat pagi WIB, 14 November 2025, menjadi sinyal bahwa reli pengaman yang semula mengangkat harga ke level tertinggi dalam tiga pekan, justru berbalik arah begitu kepastian kembali muncul. Pelaku pasar bergegas melepas aset defensifnya.

Pergerakan emas spot menuju ke USD4.151,86 per ons—turun 1,1 persen—dan terjadi hanya beberapa jam setelah menyentuh USD4.244,94, level terbaik sejak 21 Oktober. Lonjakan intraday yang kemudian berubah menjadi koreksi tajam itu menggambarkan pasar yang terlalu cepat membangun narasi bullish, lalu sama cepatnya mengoreksinya. 

Kondisi ini diperparah oleh aksi jual terkoordinasi yang terjadi di lintas kelas aset. Saham melemah, obligasi terkoreksi, dolar terpukul, bahkan kripto terkena tekanan. Ketika semua kanal investasi serentak mengalami pelepasan posisi, emas kehilangan pijakan yang semula tampak kokoh.

Tai Wong menggambarkan situasi itu sebagai pola klasik “buy the rumor, sell it all,” dan jika melihat kronologinya, narasi ini tidak berlebihan. Selama 43 hari penutupan pemerintahan AS, pasar membangun asumsi tentang potensi pelemahan ekonomi yang cukup dalam untuk mendorong Federal Reserve memangkas suku bunga. 

Begitu pemerintah kembali dibuka melalui pendanaan sementara hingga 30 Januari, ekspektasi tersebut langsung berubah arah. Kepastian administratif yang kembali pulih justru memicu aksi jual, Bukan karena fundamental emas memburuk, tetapi karena pelaku pasar membongkar posisi perlindungan yang sebelumnya mereka bangun.

Harapan Pemangkasan Suku Bunga Lanjutan Masih Suram

Di sisi lain, data dan komentar pejabat The Fed memberi warna tambahan terhadap volatilitas harga. Harapan bahwa data ekonomi pasca shutdown akan memperlihatkan pelemahan pasar tenaga kerja, dan membuka jalan untuk satu kali pemangkasan suku bunga pada Desember, sempat menopang harga. 

Namun sentimen itu berbalik setelah dua faktor muncul secara bersamaan, yaitu kekhawatiran inflasi yang belum benar-benar mereda dan sinyal stabilitas pasar tenaga kerja yang membuat bank sentral lebih berhati-hati. 

Chairman Jerome Powell bahkan secara gamblang menyebut bahwa tambahan pemangkasan suku bunga tahun ini belum terjamin, apalagi mengingat kualitas data ekonomi yang terdistorsi oleh penutupan pemerintah.

Ketidakpastian terhadap arah suku bunga inilah yang menciptakan ruang tarik ulur di pasar emas. Biasanya, prospek suku bunga lebih rendah menjadi bahan bakar utama bagi logam kuning karena menurunkan opportunity cost aset tanpa imbal hasil. 

Namun kali ini, pasar tidak hanya berkutat pada suku bunga. Pasar mencerna ketegangan antara inflasi yang membandel, prospek ekonomi yang kabur, dan sikap Fed yang kembali pragmatis. Ketidaksinkronan ini membuat reli emas kehilangan momentum secara mendadak.

Perak, Platinum dan Paladium Anjlok

Perak bahkan mencatat pelemahan lebih dalam, turun 2,3 persen ke USD52,18 per ons setelah sebelumnya melesat ke level tertinggi sejak 17 Oktober. Kinerja logam industri, yaitu platinum dan palladium, masing-masing anjlok 2,8 persen dan 3,7 persen.

Hal ini mengindikasikan bahwa pasar komoditas berisiko tinggi sedang mengalami fase pelepasan risiko menyeluruh. Jika sebelumnya logam mulia dipandang sebagai tempat berlindung dari ketidakpastian kebijakan, kini investor justru memilih likuiditas sebelum kejelasan arah suku bunga benar-benar hadir.

Jadi, koreksi harga emas kali ini tidak berdiri sendiri. Emas menjadi bagian dari peta sentimen global yang masih retak. Ekspektasi pasar yang tidak sinkron dengan komunikasi The Fed, inflasi yang belum tertaklukkan sepenuhnya, serta kembalinya fungsi pemerintahan AS, justru menghapus alasan investor untuk mempertahankan posisi aman. 

Dengan latar seperti ini, performa emas dalam beberapa hari mendatang kemungkinan akan sangat bergantung pada dua hal, yaitu kejernihan data tenaga kerja AS setelah jeda panjang dan sejauh apa The Fed bersedia mengubah tuntunan pasarnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79