KABARBURSA.COM – Arus modal asing mulai menunjukkan tanda-tanda balik badan di pasar saham Indonesia. Setelah sepanjang tahun didominasi aksi jual bersih, data terbaru memberi kejutan positif. Asing kembali mencatat net buy hampir Rp13 triliun hanya dalam satu bulan terakhir.
Angka ini tidak hanya besar secara nominal, tetapi juga menjadi sinyal awal bahwa investor global mulai mengatur ulang portofolionya menjelang periode window dressing yang tinggal menghitung pekan.
Direktur Utama BEI Iman Rachman, menegaskan adanya perubahan arah tersebut. Secara year to date, asing memang masih mencatat net sell Rp41,8 triliun. Namun justru karena latar belakang yang negatif itulah, pembalikan Rp13 triliun dalam empat minggu terakhir menjadi indikasi kuat bahwa sentimen asing mulai pulih.
Mereka bukan lagi sepenuhnya menjadi pihak yang keluar, tetapi perlahan kembali menempatkan posisi baru. Sebuah pola yang biasanya menandai awal perubahan tren, meskipun belum sepenuhnya solid.
Lebih menarik lagi, arus balik ini terjadi ketika porsi kepemilikan asing terhadap saham Indonesia turun cukup signifikan dari 46,5 persen menjadi 41,9 persen dalam setahun terakhir. Penurunan kepemilikan biasanya sejalan dengan penurunan aktivitas, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Nilai transaksi harian asing naik dari Rp4,94 triliun menjadi Rp5,93 triliun. Aktivitas naik, meski bobot kepemilikan turun. Ini menandakan bahwa investor global sedang aktif melakukan rotasi, bukan sekadar pasif menahan posisi lama.
Fenomena seperti ini biasanya muncul pada fase transisi sentimen, yaitu ketika pelaku besar mulai menyusun kembali portofolio untuk dua tujuan, mengambil posisi lebih awal sebelum momentum positif muncul dan memaksimalkan efek window dressing di akhir tahun.
Stabilitas dan Yield Tinggi Jadi Daya Tarik Pasar Indonesia
Dengan ekspektasi pasar global terhadap penurunan suku bunga The Fed yang kian kuat, Indonesia kembali menjadi destinasi menarik bagi modal asing yang mencari stabilitas pertumbuhan dan yield yang relatif tinggi.
Pendorong lainnya adalah perbaikan sentimen domestik yang perlahan muncul. Optimisme terhadap ekonomi Indonesia, stabilitas fiskal, dan prospek suku bunga BI yang berpotensi turun menjadi katalis tambahan.
Investor asing mungkin masih mencatat net sell besar secara akumulatif, tetapi tren terbaru menunjukkan adanya perubahan perilaku yang layak dicermati. Mereka aktif kembali, bukan hanya hadir sebagai pelengkap transaksi.
Dengan jumlah investor asing mencapai 23.417 dan nilai aset Rp3.864 triliun, dampak arus balik ini terhadap IHSG bisa sangat signifikan. Apalagi porsi transaksi asing yang mencapai 38,3 persen dari total perdagangan membuat setiap perubahan sikap mereka langsung terasa pada volatilitas indeks.
Jika net buy terus berlanjut hingga akhir Desember, IHSG berpeluang besar keluar dari fase stagnan dan memasuki tren pemulihan yang lebih kuat.
Namun pasar tetap perlu waspada. Net buy yang besar ini muncul setelah periode panjang penjualan agresif, sehingga sebagian dari arus masuk bisa saja bersifat oportunistik.
Selama kondisi global masih rentan, terutama terkait arah kebijakan The Fed dan tensi geopolitik, risiko pembalikan kembali tetap ada. Dalam banyak kasus, fase awal arus masuk seperti ini masih lebih menyerupai positioning daripada komitmen jangka panjang.
Singkatnya, arus masuk Rp13 triliun dalam sebulan terakhir memang mengirim sinyal balik badan asing. Tetapi apakah ini awal dari tren baru atau hanya manuver sementara menjelang window dressing akan ditentukan oleh dua bulan terakhir tahun ini.
Yang jelas, investor domestik tidak lagi berdiri sendirian. Modal asing mulai kembali masuk dan kini pasar menunggu apakah langkah ini akan berlanjut menjadi pemicu reli penutup tahun.(*)